Kota Pekanbaru merupakan kota metropolitan dengan penduduk sangat padat. permasalahan kota Pekanbaru seperti banjir, jalan rusak, sampah, kemacetan, dan kriminalitas perlu manajemen pemerintah yang baik.
Hasil wawancara penulis dengan Pengamat Tata Kota, Mardianto Manan, mengatakan agar master plan terkait banjir perlu dijalankan serta ia mengatakan agar pemerintah tak sekedar teori dalam menjalankan roda pemerintahan
"Pemerintah perlu manajemen yang baik, itu kuncinya. Bukan hanya sekedar teori, lakukan master plan tersebut," ujar Mardianto.
Dimulai dari pembahasan banjir, permasalahan tersebut memang perlu dilakukan penanganan segera. Sebagai contoh, pembuatan kanal yang lebih luas dan terkoneksi dengan baik. selama ini, parit yang dibuat cenderung terputus sehingga perlu untuk dibongkar hal yang menghambat pembangunan parit ataupun drainase.
Support dan dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan. Di antaranya adalah memberikan izin teras rumahnya agar dibuat parit. Dengan demikian, air hujan dapat mengalir dan tidak membuat tersumbat.
Banjir di Pekanbaru juga disebabkan kurangnya daerah resapan air. Berdasarkan pantauan lapangan penulis pada Jum'at (14/06/2024), banyaknya ruko membuat air tak dapat meresap ke dalam tanah dengan baik. Hal itulah yahg membuat air merembes ke jalanan.
Penulis juga melakukan pemantauan lapangan pada beberapa daerah di Pekanbaru, termasuk Kecamatan Rumbai yang menjadi langganan banjir.
Potong 62 Hewan Kurban, Masjid Istiqlal Distribusi Daging ke 25 Ribu Masyarakat
Kecamatan Rumbai sering mengalami banjir diakibatkan resapan air yang berkurang akibat pembangunan pertokoan dan pusat perbelanjaan (mall). Kondisi tersebut diperparah dengan besi pintu air yang berada di sekitar Sungai Siak dicuri. Peristiwa itu tidak efektif untuk menahan air yang keluar masuk.
Contoh lainnya juga terjadi pada Jalan Bangau Sakti. Drainase di daerah tersebut saat ini sedang diperbaiki. Banjir di sana disebabkan karena parit yang tidak interkoneksi dan menyebabkan air merembes ke jalan membuat struktur jalan menjadi rusak.
Kota Pekanbaru juga tidak luput dari permasalahan kemacetan. Biasanya, keramaian sering terjadi saat jam sibuk, seperti pagi dan sore hari. Kemacetan diakibatkan banyak faktor, di antaranya putaran balik yang diatur oleh ‘pak ogah’.
Jalan Riau, sebuah jalan di Kota Pekanbaru, memiliki beragam aktivitas kantoran seperti pusat perbelanjaan, hotel, dan pertokoan. Namun, hampir setiap hari mengalami kemacetan. Berdasarkan pantauan di lapangan, kemacetan di jalan tersebut disebabkan karena banyaknya simpang kecil yang pengendara tidak tertib saat keluar gang.
Kemacetan juga diperparah dengan adanya proyek pengerjaan IPAL. Solusi atas masalah tersebut adalah perlu adanya perlebaran jalan. Penulis berpendapat bahwa semestinya, jalan yang memiliki aktivitas tinggi, ukuran jalannya minimal bisa lebih luas lagi.
Dampak dan Implikasi PPN 12%, Tantangan Baru untuk Masyarakat di Indonesia?
Tingkat kriminalitas kota juga menjadi sorotan dan perlu diperhatikan lebih baik. Kejadian pencurian besi pada Tugu Zapin akhir-akhir ini menjadi evaluasi bagi pemerintah. Sebab, semestinya cagar budaya yang melambangkan budaya Melayu dijaga dan dirawat semaksimal mungkin. Polisi diharapkan juga harus lebih sering berpatroli bersama masyarakat. Dengan begitu, akan tercipta ruang aman, terutama malam hari.
Pada pengelolaan sampah, perlu adanya manajemen pengangkutan sampah oleh truk pengangkut agar tidak menumpuk pada satu tempat. Tentunya, penambahan personil sampah dan truk sangat diperlukan. Ketegasan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pekanbaru terhadap masyarakat yang masih suka membuang sampah sembarangan juga meningkat.
Sosialisasi dan pembatasan plastik sekali pakai perlu diterapkan di pusat perbelanjaan maupun produsen yang menciptakan plastik. Sampah yang menumpuk tentu menimbulkan bau yang tak sedap. Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit yang sangat menganggu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News