tari bedhaya semang kisah hubungan sultan agung dan ratu kidul - News | Good News From Indonesia 2024

Tari Bedhaya Semang, Kisah Hubungan Sultan Agung dan Ratu Kidul

Tari Bedhaya Semang, Kisah Hubungan Sultan Agung dan Ratu Kidul
images info

Tari Bedhaya Semang menyimpan kisah mistis dan sejarah yang erat kaitannya dengan Kesultanan Mataram dan legenda Ratu Kidul. Tarian sakral ini tidak hanya memesona secara estetika, tetapi juga sarat makna dan nilai budaya yang lekat dengan tradisi Jawa. Yuk, simak selengkapnya mengenai Tari Bedhaya Semang yang memiliki beragam mitos.

Baca Juga : Legenda Kanjeng Ratu Kidul, Simbolisasi Indonesia Sebagai Bangsa Bahari

Sejarah Tari Bedhaya Semang

Tari Bedhaya Semang diperkenalkan oleh Sultan Hamengku Buwono II pada tahun 1792. Tarian ini menceritakan tentang pertemuan antara Ratu Kidul dan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam. Kata "semang" berarti khawatir atau was-was, menggambarkan keraguan hati Sultan Agung saat Ratu Kidul mempersembahkan tarian kepadanya.

Dalam cerita tarian ini, Ratu Kidul dan Sultan Agung bertemu di pantai yang menjadi batas antara Kerajaan Mataram Islam dan Kerajaan Nyi Roro Kidul. Mereka saling tertarik, sehingga Sultan Agung mengikuti Ratu Kidul ke istananya di dasar laut dan tinggal bersama untuk sementara waktu.

Namun, roh Sunan Kalijaga muncul dan memberi nasihat kepada Sultan Agung bahwa Ratu Kidul bukanlah manusia karena kecantikannya yang abadi seperti bulan, terutama saat bulan purnama. Ternyata, pertemuan Sultan Agung dengan Ratu Kidul terjadi pada malam bulan purnama, yang membuat Sultan terpesona oleh kecantikan Ratu Kidul.

Sunan Kalijaga berusaha mengingatkan Sultan Agung untuk fokus pada tugasnya mengayomi rakyat yang telah diabaikan karena terpikat oleh Ratu Kidul. Akhirnya, Sultan Agung meninggalkan Ratu Kidul. Namun, Ratu Kidul berjanji akan selalu melindungi Sultan Agung dan keturunannya kapan pun Kerajaan Mataram menghadapi bahaya.

Baca Juga : Sejarah Perjanjian Giyanti, Membagi Tanah Jawa Menjadi Dua

Fungsi Tari Bedhaya Semang

Tari Bedhaya Semang memiliki beberapa fungsi penting, terutama dalam konteks budaya dan tradisi Keraton Yogyakarta:

1. Ritual dan Upacara Keraton

Tari Bedhaya Semang ditampilkan dalam acara-acara keraton yang sangat istimewa, seperti peringatan pemberian takhta dan upacara Tingalan Dalem Jumenengan. Tarian ini menjadi bagian penting dari upacara tersebut, menandai momen-momen sakral dan bersejarah dalam kehidupan keraton.

2. Simbol Kebesaran dan Keagungan Keraton

Sebagai tarian sakral, Bedhaya Semang mencerminkan kebesaran dan keagungan Keraton Yogyakarta. Tarian ini menegaskan status keraton sebagai pusat kebudayaan dan spiritualitas, serta menunjukkan kekayaan tradisi dan seni yang dimiliki.

3. Penghormatan kepada Ratu Kidul

Tari Bedhaya Semang juga memiliki fungsi spiritual, di mana tarian ini dianggap sebagai penghormatan kepada Ratu Kidul, penguasa Laut Selatan. Kehadiran Ratu Kidul dan rombongannya dalam setiap pertunjukan dipercaya membawa berkah dan perlindungan bagi keraton dan masyarakatnya.

4. Pelestarian Budaya

Dengan mempertahankan dan menampilkan Tari Bedhaya Semang, Keraton Yogyakarta berperan aktif dalam melestarikan warisan budaya Jawa. Tarian ini menjadi sarana untuk menjaga dan meneruskan tradisi dan nilai-nilai leluhur kepada generasi mendatang.

5. Pendidikan dan Pembelajaran

Tari Bedhaya Semang juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi para penari dan masyarakat. Melalui proses pembelajaran dan penampilan tarian ini, para penari mempelajari disiplin, keanggunan, dan kehalusan gerak yang merupakan ciri khas seni tari Jawa.

Secara keseluruhan, Tari Bedhaya Semang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana spiritual, simbol kebesaran, pelestarian budaya, dan media pendidikan yang mendalam.

Jumlah Penari Tari Bedhaya Semang

Tari Bedhaya Semang memiliki makna mendalam yang tercermin dari jumlah penarinya, yakni sembilan orang. Jumlah ini melambangkan beberapa aspek penting:

1. Arah Mata Angin dan Bintang-Bintang

Jumlah sembilan melambangkan arah mata angin dan kedudukan bintang-bintang atau planet-planet dalam kehidupan alam semesta. Ini menunjukkan harmoni dan keseimbangan kosmis.

2. Lubang Hawa Manusia

Angka sembilan juga melambangkan lubang-lubang pada tubuh manusia (babadan hawa sanga dalam bahasa Jawa), yaitu dua lubang hidung, dua lubang mata, dua lubang telinga, satu lubang kemaluan, satu lubang mulut, dan satu lubang dubur.

Berikut adalah peran masing-masing penari dalam Tari Bedhaya Semang:

  • Batak: Melambangkan pikiran dan jiwa manusia.
  • Endhel: Melambangkan keinginan nafsu yang timbul dari hati.
  • Endhel Wedalan Ngajeng: Melambangkan tungkai kanan manusia.
  • Edhel Wedalan Wingking: Melambangkan tungkai kiri manusia.
  • Apit Ngajeng: Melambangkan lengan kanan manusia.
  • Apit Wingking: Melambangkan lengan kiri manusia.
  • Jangga: Melambangkan leher manusia atau gulu dalam bahasa Jawa
  • Dhadha: Melambangkan dada manusia, tempat mengendalikan diri.
  • Buntil: Melambangkan organ seksual.

Mitos Tari Bedhaya Semang

Tari Bedhaya Semang merupakan tari ritual utama yang digunakan untuk menghormati Nyai Lara Kidul, sering disebut sebagai "tarian roh" atau spirit dance. Tarian ini melibatkan sembilan penari wanita yang masih perawan serta satu “penari roh”, yaitu Nyai Lara Kidul sendiri.

Di Yogyakarta, tarian ini sudah lama tidak dipentaskan dan baru kembali dipertunjukkan pada bulan Oktober 2002 karena konon ada bahaya jika tidak dipentaskan. Versi lain dari tarian ini, yang dikenal sebagai Bedhaya Harjunowijoyo, dipertunjukkan untuk Sultan pada ulang tahunnya yang ke-66 pada tanggal 17 April 2010 di Kraton.

Sementara itu, di Solo, tarian ini diadakan setidaknya setahun sekali pada hari jadi penobatan Suhunan. Tarian ini hanya bisa dilakukan di Kraton dan di depan penonton yang sangat terpilih, biasanya dengan undangan khusus. Pada masa lalu, semua penari adalah gadis atau wanita muda yang belum menikah, dan beberapa di antaranya adalah selir penguasa.

Namun, saat ini di Solo, penarinya adalah putri dan anggota keluarga kerajaan yang lain, asalkan mereka mampu melakukan gerakan yang lambat dan rumit serta mencurahkan seluruh waktu dan energi untuk mempelajari tarian ini. Penari tidak boleh sedang menstruasi saat menari; jika ada yang sedang menstruasi, dia diganti agar jumlah penari tetap sembilan.

Para penari mengenakan pakaian seperti pengantin, sebuah detail penting yang menekankan aspek pernikahan suci dari ritual ini. Busana yang digunakan disebut dodot ageng atau basahan, yang biasanya digunakan oleh pengantin perempuan Jawa.

Penari juga mengenakan gelung bokor mengkurep, sebuah gelungan berukuran besar, serta berbagai aksesoris perhiasan yang terdiri atas centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha (rangkaian bunga melati yang dikenakan di gelungan dan menjuntai hingga dada bagian kanan).

Tarian ini juga dianggap memiliki instruksi yang sangat ketat dan penari sering kali tampak seperti orang yang sedang kesurupan. Sebelum abad ke-20, dan mungkin beberapa dekade ke dalamnya, jika diyakini bahwa Nyai Lara Kidul telah merasuki salah satu penari, dia akan dibawa ke kamar penguasa untuk hubungan seksual sebagai bagian dari pernikahan suci (hieros gamos). Menolak perhatian khusus dari Nyai Lara Kidul dianggap mengundang bencana.

Tari Bedhaya Semang mengandung makna mendalam yang melibatkan hubungan spiritual dengan Nyai Lara Kidul dan penghormatan terhadap kekuatan supranatural yang diyakini melindungi keraton dan penguasanya. Penari yang berpakaian seperti pengantin menekankan kesakralan dan keagungan ritual ini, yang dianggap membawa berkah dan perlindungan bagi kerajaan.

Tarian ini tidak hanya merupakan sebuah bentuk seni, tetapi juga sebuah ritus penting yang menekankan hubungan antara dunia nyata dan dunia roh, serta peran penguasa dalam menjaga keseimbangan dan harmoni dengan alam semesta.

Sumber:
https://www.nusantarainstitute.com/mitos-nyai-lara-kidul-sumber-ide-tari-bedhaya-semang-dan-ruwatan/
https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/284-tari-bedhaya
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=141

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
MP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.