Pegunungan Cycloop adalah kawasan pegunungan yang membentang sepanjang Kabupaten Jayapura, Papua. Terdapat 4 puncak gunung tertinggi yang membentang sepanjang Pegunungan Cycloop, di antaranya Gunung Butefon, Gunung Dafonsoro, Gunung Helufoi, Gunung Adumama, Gunung Helufoi, Gunung Rafeni, dan Gunung Rohbong yang menjadi habitat flora dan fauna langka.
Baru-baru ini, sebuah penelitian dipimpin oleh James Kempten, seorang ilmuan dari Universitas Oxford di kerajaan Inggris. Dalam sebuah ekspedisi ke pegunungan Cycloop, penelitian gabungan dilakukan antara tim James Kempten dan peneliti dari Universitas Cenderawasih, LSM YAPPENDA (Yayasan Pelayanan Papua Nenda), serta dibantu warga lokal asli Papua untuk penunjuk jalan kawasan pegunungan.
Ekspedisi yang berlangsung selama 4 minggu ini telah berhasil mendokumentasikan dan menemukan hewan langka, yang mana keberadaannya terakhir terdokumentasikan 62 tahun yang lalu dan beberapa spesies hewan baru. Penasaran? Berikut bisa Kawan GNFI simak ulasannya!
Penemuan Kembali Ekidna
Ekidna dengan nama latin Zaglossus attenboroughi atau masyarakat sekitar menyebutnya payangko, ialah mamalia unik yang telah ditemukan kembali setelah 62 tahun menghilang dari catatan dunia sains. Para peneliti berhasil mendokumentasikan kembali hewan ini dari hasil pemasangan 80 kamera trap dan berhasil 'menangkapnya' pada kamera terakhir.
Dengan penemuan bukti keberadaan hewan ini, tentu sangat membanggakan bagi dunia penelitian. Terutama karena eksistensi terakhir keberadaan hewan ini terakhir terdokumentasikan pada tahun 1961 berbentuk hewan yang telah diawetkan dan disimpan di Naturalis Biodiversity Centre di Leiden, Belanda.
Dari yang Unik hingga Eksotis, Ini Dia 8 Hewan Huruf R yang Mengagumkan
“Mamalia berukuran sedikit lebih kecil dari kucing rumahan, memiliki duri landak, moncong trenggeling dan kaki mole” kata James Kempton dalam penggambarannya tentang Ekidna yang ditemukan.
Ekidna attenboroughi adalah hewan dengan yang memiliki moncong panjang suka menggali tanah untuk mencari makan berupa semut dan rayap. Hewan ini tergolong spesies mamalia yang dapat bertelur yang apabila telah menetas dapat menyusui anaknya.
Di dunia, terdapat 5 mamalia bertelur (monotrememata) dengan persebaran tiga ekidna dengan paruh panjang dan endemic pulau New Guinea, satu spesies tinggal di Australia serta satu spesies yang tinggal di Pegunungan Cycloop ini. Sebagai tambahan, hewan platypus atau mamalia berparuh bebek masih satu keluarga dengan ekidna.
Cara berkembangbiak Ekidna
Payangko hidup soliter dan akan berkelompok pada saat musim kawin tiba. Musim tersebut berlangsung antara bulan Juni dan September. Selepas ritual kawin, payangko akan hamil dan bertelur. Telur akan menetas dalam 10 hari ke depan.
Bayi payangko terlahir buta, tanpa bulu, dan masih sangat lemah, sehingga perlu dirawat dalam kantong betina untuk disusui hingga layak untuk disapih. Masa menyusui berlangsung sekitar 7 bulan. Masa usia payangko berkisar 45 tahun di alam liar dan 50 tahun di penangkaran. Hewan ini tergolong kedalam sangat terancam punah pada rilis daftar hewan IUCN.
Penemuan Spesies Baru yang Mengagumkan
Selain penemuan Ekidna attenboroughi, tim peneliti telah menemukan hal mengagumkan lainnya, seperti penemuan burung pemakan madu Mayr (Ptiloprora mayr). Penemuan burung tersebut mengagumkan mengingat hewan ini telah lama tidak terlihat dan catatan terakhir terlihat adalah di tahun 2008. Dalam ekspedisi itu, peneliti memasang jebakan baik berupa jaring dan perangkap penerangan malam untuk menangkap spesies yang aktif pada malam hari untuk diidentifikasi.
Hasilnya, banyak spesies serangga baru yang telah ditemukan dan belum pernah terdokumentasikan sebelumnya. Dalam penelusuran tim ke dalam lantai gua Pegunungan Cycloop yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, para peneliti menemukan kalajenking cambuk, laba-laba buta, dan jangkrik gua buta.
Khasiat Hewan Undur Undur Untuk Obat Diabetes
Penemuan Udang Gunung
Dalam ekspedisi ini, para peneliti dibuat takjub dengan penemuan spesies udang di Pegunungan Cycloop. Ya, Kawan tidak salah membaca, ada penemuan udang yang berhasil ditemukan hidup di tanah.
“Rasanya seperti tidak percaya, kami berada di atas gunung tingi, di hutan tropis diaatas 2.000 meter, lalu ketika mengamati di batu, diantara daun-daun di tanah, kami malah menemukan ada udang. Kami menyebutnya udang langit," sebut Leonidas seperti dikutip dari BBC News Indonesia.
Pegunungan cycloop yang memiliki kelembapan tanah yang tinggi dan diyakini menjadi tempat hidup yang layak untuk udang ini.
Masa Depan untuk Pelestarian
Penemuan ekidna adalah salah satu pemantik untuk dilakukannya ekspedisi-ekspedisi selanjutnya guna mencari dan mendokumentasikan spesies baru hingga meneliti jumlah berapa hewan yang langka agar upaya konservasi lebih terarah.
Ancaman terbesar dalam upaya konservasi ialah perburuan dan alih fungsi lahan.
Penelitian yang dilakukan oleh kerja sama BRIN, BKSDA Papua, dan yayasan YAPPENDA ini juga memiliki tujuan untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa Papua agar lebih peduli akan alam dan kelak akan menjadi penerus para ilmuan. Harapannya, semoga segenap masyarakat berupaya aktif menjaga kelestarian alam bumi Papua yang mengagumkan ini.
Tiga Orang Utan Korban Perdagangan Hewan Dipulangkan dari Thailand
Sumber
- https://www.liputan6.com/hot/read/5450578/mamalia-bertelur-ditemukan-kembali-di-hutan-papua-sempat-punah-62-tahun
- https://news.detik.com/bbc-world/d-7028878/spesies-mamalia-yang-hilang-62-tahun-ditemukan-di-hutan-papua
- https://www.instagram.com/p/C2qjoidBPVp/?igsh=NzNnNTlmb3k5bHE5
- https://youtu.be/A-XHgtG7U3k?si=rHTPbVOZohelX-T5
- https://youtu.be/m19xYsG-u8E?si=0MSWkpzHNkTqlaYM
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News