Museum Subak sebagai Lokasi Kunjungan Delegasi World Water Forum di Bali 2024
World Water Forum 2024 di Bali akan segera berlangsung. Pertemuan internasional ini mengundang para delegasi dari pemangku kepentingan terkait bidang pengelolaan sumber daya air.
Selain menggelar forum ilmiah, para delegasi juga akan mendatangi beberapa lokasi di Bali untuk karya wisata. Salah satu lokasinya yakni Museum Subak.
Museum Subak merupakan museum khusus tipe A yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan. Pendirian Museum Subak digagas oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, seorang Gubernur Kepala Daerah Tingat I Bali. Museum milik Pemerintah Kabupaten Tabanan ini diresmikan pada tahun 1991.
Subak adalah lembaga tradisional di bidang pertanian yang telah ada sejak abad XI. Subak pun berkembang hingga kini dilandasi oleh filosofi "Tri Hita Karana" atau tiga penyebab kebahagiaan, yakni hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.
Selain itu, subak masih berpegang pada jati diri dengan ciri khas landasan “Paras-Paros Sarpa Naya Selulung Subayan Taka”. Artinya adalah saling memberi dan menerima atau berat sama dipikul ringan sama dijinjing.
Sejak tahun 2012, Subak telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. I Gusti Ketut Kaler, pakar adat dan agama Provinsi Bali, mencetuskan gagasan melestarikan lembaga adat subak menjadi Cagar Budaya Museum Subak yang selanjutnya bernama Museum Subak.
Forum Air Sedunia (World Water Forum) di Bali Didukung Kendaraan Listrik dan Kapal Perang
Museum Subak terletak di Kabupaten Tabanan. Daerah Tabanan dipilih sebagai lokasi museum karena memiliki subak terbanyak, areal terluas, dan lumbung beras Bali.
Bangunan dan Koleksi Museum Subak
Bangunan Museum Subak terdiri dari bangunan museum induk dan museum terbuka. Bangunan atau komplek suci dengan padmasana, pura bedugul, dan lainnya. Tata ruang dan tata letak sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar mengikuti pola pembangunan tradisional yaitu Tri Mandala, Tri Angga, dan Asta Kosala-Kosali.
Bangunan utama terdiri dari dua gedung yakni pusat informasi dan gedung pameran. Adapun museum terbuka merupakan wujud Subak murni untuk memeragakan proses sistem irigasi hingga kegiatan petani di sawah.
Di Museum Subak, pengunjung dapat melihat berbagai koleksi terkait subak. Hal ini meliputi peralatan tradisional yang digunakan, mulai dari alat pemotong hingga alat pembajak sawah.
Lebih lanjut, pengunjung juga bisa mengetahui soal sistem irigasi subak dan pengolahan sawah secara menyeluruh, mulai dari membuka lahan hingga upacara ritual keagamaan. Ada pula replika pembagian air irigasi, lengkap dengan alat-alatnya, serta miniatur rumah tradisional petani di Bali. Hal inilah yang akan menjadi ruang belajar sekaligus kegiatan karya wisata delegasi World Water Forum 2024.
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Museum Subak
Museum Subak beroperasi pada hari Senin—Kamis pukul 08.00—15.30 Wita dan hari Jumat pukul 08.00—12.30 Wita. Adapun harga tiket masuk Museum Subak adalah untuk wisatawan nusantara Rp5.000 (anak) dan Rp10.000 (orang dewasa). Adapun untuk wisatawan mancanegara yakni Rp10.000 untuk (anak) dan Rp15.000 (orang dewasa)
Akses Menuju Museum Subak
Museum Subak beralamat di Jalan Gatot Subroto nomor 5B, Banjar Anyar, Kecamatan Kediri. Untuk menuju ke lokasi, dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai misalnya, berjarak 31—34 kilometer dengan durasi berkendara kurang lebih 1 jam 30 menit.
Water for Shared Prosperity, Tema World Water Forum ke-10 yang Sejalan Tujuan UNICEF
Momentum World Water Forum 2024 di Bali, Indonesia akan Segera Membuka Museum Air Pertama
Museum Subak akan menjadi salah satu museum yang akan kunjungi delegasi World Water Forum atau Forum Air Sedunia 2024. Kawasan Museum Subak Tabanan pun ditata dan dilakukan pembangunan ulang menyambut perhelatan tersebut.
Bahkan, Pemerintah Indonesia segera membuka Museum Air pertamanya di pada momentum World Water Forum 2024 di Bali. Museum yang dibangun oleh Kementerian PUPR sejak 2023 tersebut berada di atas lahan enam hektare di sekitar area Museum Subak.
Itulah sekilas mengenai Museum Subak yang akan menjadi salah satu lokasi kunjungan delegasi World Water Forum 2024. Kawan GNFI, kita tentu berharap gelaran World Water Forum 2024 berjalan lancar dan kita patut berbangga pula atas kekayaan kearifan lokal dan cagar budaya di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News