turbulensi politik di filipina keluarga duterte dan marcos kawan atau lawan - News | Good News From Indonesia 2024

Turbulensi Politik di Filipina: Keluarga Duterte dan Marcos, Kawan atau Lawan?

Turbulensi Politik di Filipina: Keluarga Duterte dan Marcos, Kawan atau Lawan?
images info

Meskipun tahun 2024 memiliki potensi untuk menjadi perayaan demokrasi global, gelombang gejolak di Filipina tampaknya semakin kuat. Presiden saat ini, Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr., yang baru terpilih pertengahan 2022 dan belum dua tahun masa jabatannya, namun aliansinya dengan Duterte sudah nampak mulai retak.

Pada hari Minggu (28 Januari), Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan pendahulunya Rodrigo Duterte menyampaikan pidato kepada kerumunan besar dalam acara terpisah. Acara ini mencerminkan adanya perpecahan yang dalam di antara elit pemerintah.

Rodrigo Duterte mengadakan rapat umum di kampung halamannya, Davao, yang dihadiri oleh lebih dari 40.000 orang. Sementara itu, di tempat lain, Marcos memperkenalkan slogan baru untuk pemerintahannya, "Bagong Pilipinas" atau "Filipina Baru," di depan sekitar 400.000 orang di Manila.

Di Filipina, pemilihan presiden berbeda dari beberapa negara lain. Di sana, presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah. Pada tahun 2022, Duterte-Carpio memenangkan posisi wakil presiden dengan 32,21 juta suara, atau sekitar 61,5% dari total suara. Duterte-Carpio juga memiliki angka persetujuan tertinggi di antara empat pejabat teratas negara itu. Sementara itu, Marcos Jr. mendapatkan 31,62 juta suara atau sekitar 58,7% dari total suara.

Sepanjang masa jabatan mereka, duo presiden dan wakil presiden ini menghadapi tantangan besar terkait kejahatan yang dilakukan di bawah kepemimpinan ayah mereka. Rodrigo Duterte dikenal sebagai kekuatan di balik perang narkoba di seluruh negeri, yang telah mengakibatkan ribuan kematian. Sementara itu, Ferdinand Marcos Sr., mantan diktator, berkuasa selama periode korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia dari tahun 1965 hingga 1986 sebelum dia digulingkan.

Meski begitu, keturunan kedua pemimpin tersebut tetap menikmati dukungan domestik yang signifikan, sebagian karena adanya dinasti politik yang kuat di Filipina. Namun, ketegangan antara kedua keluarga semakin meningkat karena mereka berupaya memperkuat basis dukungan dan mengamankan posisi strategis menjelang pemilihan umum tengah periode dan pertarungan presiden 2028, di mana Sara Duterte diperkirakan akan bertarung.

Dalam perselisihan terbaru, Marcos telah mendukung upaya untuk mengamandemen Konstitusi 1987. Konstitusi ini dibuat oleh ayahnya, Ferdinand Marcos Sr, untuk membuka pintu lebih lebar bagi investasi asing. Namun, keluarga Duterte menentang langkah ini. Duterte dengan tegas menyampaikan hal ini dalam pertemuan di Davao pada hari Minggu lalu, memperingatkan Marcos bahwa dia bisa menghadapi nasib yang sama dengan ayahnya jika dia terus berusaha mengubah konstitusi.

Para kritikus memperingatkan bahwa langkah tersebut bisa membuka jalan bagi Marcos untuk mencari masa jabatan enam tahun lagi, yang saat ini dilarang. Hal ini juga akan membuatnya bersaing langsung dengan Sara Duterte untuk posisi teratas.

Retaknya koalisi Marcos-Duterte menjadi lebih jelas sejak tahun lalu. Hal ini terjadi ketika sekutu Marcos di Kongres mulai mempertanyakan permintaan Dana Rahasia Wakil Presiden Sara Duterte, dan ketika pemerintah memperkuat hubungannya dengan Amerika Serikat setelah sebelumnya cenderung ke China. Upaya terbaru untuk mengamandemen Konstitusi, didukung oleh Marcos, telah lebih meningkatkan ketegangan antara kedua belah pihak menjelang pemilihan umum yang akan datang.

Rafaela David, yang menjabat sebagai presiden partai politik Akbayan, menyatakan dalam pernyataannya pada hari Minggu bahwa pertemuan di Manila dan Davao menyoroti situasi yang memprihatinkan. Menurutnya, perang antara dinasti politik yang berkuasa hanya memperkuat kepentingan dinasti dan elit politik yang ada sambil mengabaikan kebutuhan mendesak rakyat Filipina.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

DP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.