Anak muda merupakan tonggak pembangunan negeri. Untuk menjadi negeri yang kuat, maju dan sejahtera diperlukan generasi muda yang optimis akan kondisi negerinya sendiri. Meski terlihat banyak hal yang belum sesuai dengan seharusnya, tapi generasi muda yang optimis akan memiliki harapan dan keyakinan serta mau untuk memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan negerinya.
Indonesia dengan populasi pemuda hampir seperempat dari jumlah penduduk seluruhnya yakni sekitar 66 juta dari total penduduk Indonesia yakni lebih dari 278 jiwa. Jumlah yang terus meningkat sejak tahun 2020 membuat Indonesia digadang-gadang akan mengalami bonus demografi pada 2030 hingga 2040-an. Indonesia akan memiliki banyak talenta muda yang berbakat yang dapat ikut andil dalam kemajuan bangsa.
Selama 5 tahun terakhir, tepanya sejak 2018, sebuah media berita online goodnewsfromindonesia.com atau yang disingkat GNFI melakuakn survei tahunan terkait optimisme generasi muda. Di tahun 2023 ini, bersama Populix, GNFI mengadakan kembali Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 yang dilaksanakan pada 10 hingga 17 Oktober 2023 dengan kriteria responden yakni warga negara Indonesia berusia 17-40 tahun.
Survei ini dilakukan secara nasional, disebar secara online dengan total 1.289 responden dari 5 pulau besar. Data yang telah terkumpul diolah secara kuantitatif dengan margin of error sebesar +/- 2,73%.
Survei ini akan menghasilkan Indeks Optimisme Indonesia dari 5 aspek yakni (1) aspek kebutuhan dasar, (2) aspek ekonomi dan kesehatan, (3) pendidikan dan kebudayaan, (4) kehidupan sosial, dan (5) politik dan hukum. Ada 2 aspek tembahan (tematik) yakni persoalan lingkungan dan aspek pemilu.
Pemaparan hasil survei dilaksanakan secara hybrid, yakni offline dan online oleh GNFI dan Populix pada Senin, 14 November 2023. Acara ini dibuka dengan sambutan dari Founder dan Editor in Chief GNFI, yakni Akhyari Haryanto. Di dalam sambutannya, beliau menjelaskan awal mula GNFI ini bisa terbentuk. Dimulai saat laptopnya jatuh di laut daerah Solomon Island saat akan bertolak menuju Indonesia.
Ada sebuah file yang sangat penting yang ikut hilang seiring hanyutnya laptop ke laut. File tersebut adalah hasil survei tentang optimisme anak muda pada saat itu, yakni tahun 2008. Survei dilakukan di Yogyakarta dan Solo pada sekitar 3.000-an pemuda, dan hasilnya sangat mencengangkan. Ternyata, 83% responden pesimis Indonesia akan menjadi negara yang maju.
Dan yang paling penting adalah jawaban dari pertanyaan kenapa berpendapat demikian dan didapat bahwa responden kurang mendapat informasi yang baik tentang Indonesia, dan inilah awal mula GNFI atau Good News from Indonesia terbentuk.
Selanjutnya, hasil survei Optimisme Generasi Muda Indonesia Tahun 2023 disampaikan oleh Timothy Astandu selaku co-Founder dan CEO Populix. Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah, hasil menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia memiliki tingkat optimisme yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia Tahun 2023 ini sebesar 7,77 dari skala 10.
Dari 5 aspek survei, yang memiliki nilai tertinggi adalah aspek pendidikan dan kebudayaan yang memiliki nilai indeks 8,55 disusul dengan aspek kebutuhan dasar yakni 8,38, kemudian aspek ekonomi dan kesehatan sebesar 8,31, kemudian aspek kehidupan sosial dengan nilai 7,87 dan yang paling rendah dan selisihnya cukup jauh, yakni aspek politik dan hukum dengan nilai 5,72. Pada aspek tambahan, yakni lingkungan dan pemilu, hasilnya ternyata generasi muda Indonesia optimis dengan nilai poin 7,23 untuk lingkungan dan 7.00 untuk pemilu.
Setelah selesai pemaparan hasil survei, dilanjutkan dengan diskusi bersama para narasumber yang berasal dari berbagai kalangan. Diskusi ini dimoderatori olrh Kanzal Ami yakni Gen Z dari GNFI dan Vivi Zhafi sebagai Head of Social Research of Populix.
Narasumber yang terlibat dalam diskusi yaitu 1) Renaldi Nur Ibrahim, Founder Youthranger Indonesia, 2) Ilham Saputra, Komisioner KPU periode 2017-2022, beliau juga lulusan Ilmu Politik UI, Anggota majelis hukum kebijakan public, hikmah dan HAM, pengurus wilayah Muhammadiyah Prov. Aceh dan Anggota Asosiasi Ilmu Politik Indonesia 2015, 4) Devi Rahmawati, Dosen dan Peneliti dalam program vokasi humas UI sekaligus pengamat sosial indo dan salah satu pendiri selasar.com. Aktif di program literasi digital Indonesia, 5) Timothy Astandu dan penutup dari Prof. Elwin Tobing, Ph.D., President of Inadata Education, Economic Development Consulting, dan Economic Expert from California State University.
Diskusi dimulai dengan sebuah pertanyaan, “Selama 3 tahun terakhir, hasil survey berada di atas angka 7, mengapa orang Indonesia ini optimis sekali?”
Pertanyaan ini dijawab oleh Renaldi sekalu founder dari Youthranger Indonesia, sebuah komunitas yang mewadahi anak muda untuk berorganisasi dan berkolaborasi. Renaldi mengatakan bahwa generasi muda Indonesia ini sebenarnya sangat kritis, optimis, dan memiliki motivasi tinggi. Akan tetapi karena kurangnya wadah yang tersedia, akhirnya mereka banyak merasa insecure, kurang percaya diri dan overthinking.
Sehingga, Youthranger hadir untuk memberikan wadah bagi generasi muda untuk bersama-sama mengembangkan dirinya dan sudah banyak yang merasakan manfaat dari komunitas ini.
Ilham Saputra sempat memberikan pendapatnya mengenai rendahnya tingkat optimisme generasi muda pada politik dan hukum Indonesia tahun 2023 padahal sebentar lagi memasuki tahun pemilu. Ilham mengatakan bahwa generasi muda harus lebih optimis dengan pemilu, karena 50% pemilih pada pemilu 2024 adalah anak muda maka jika mereka tidak optimis, ditakutkan akan banyak yang golput. Ilham mengajak anak muda untuk lebih kritis dan mencari informasi yang benar serta mencari tahu track record para calon agar bisa menggunakan hak pilihnyad dengan baik.
Timothy Astandu memberikan pendapatnya juga. Beliau mengatakan bahwa dengan tingginya nilai optimisme, makin tinggi juga ekspektasi, dan kesenjangan pun makin tinggi, apalagi di daerah-daerah.
Devi sebagai pengamat sosial juga memberikan pendapatnya, beliau mengatakan bahwa GNFI ini 3T: terkeren, terbaik, dan ternekat karena mampu menyaingi media-media mainstream yang banyak mengangkat berita kontroversional dan sensasional daripada berita yang baik-baik, dan GNFI ini mampu memberikan berita-berita baik. Devi mengatakan bahwa kita akan lebih pesimis ketika tidak mendapatkan berita yang baik, hal ini pun telah dibuktikan oleh berbagai penelitian sejak tahun 80an.
”Sederhananya, manusia itu akan optimis ketika punya control, yakni pengetahuan dan pendidikan, maka ketika tidak punya itu, dia akan takut. Saat ini, how caranya mengemas isu-isu berat menjadi mudah dcerna anak-anak muda,” ujar Devi menutup statement-nya.
Terakhir, diskusi ini ditutup oleh Pak elwan Tobing yang membangkitkan semangat anak muda agar terus memaksimalkan potensi diri agar Indonesia emas 2045 dapat dicapai dengan baik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News