menyala likur ku menyala kebudyaan ku - News | Good News From Indonesia 2023

Menyala Likur-ku, Menyala kebudayaan-ku

Menyala Likur-ku, Menyala kebudayaan-ku
images info

#LombaArtikelPKN2023

#PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Apa yang kalian rasakan ketika pertama kali mendengar kata hari raya? Tentu senang bukan. Hari raya idul fitri merupakan salah satu peringatan hari besar umat muslim yang kehadirannya sangat ditunggu-tunggu oleh setiap kalangan, baik itu anak-anak, remaja, maupun orang tua. Karena hal tersebut menandakan bahwa bulan Ramadan sebentar lagi akan selesai, dengan sikap antusiasme tersebut mendorong para masyarakat untuk ikut serta dalam acara penyambutannya, berbagai daerah memiliki tradisi yang berbeda untuk merayakan hal tersebut termasuk di Bangka Belitung.

Masyarakat Bangka Belitung biasanya melakukan tradisi malam likur atau selikur sebagai acara penyambutan hari raya idul fitri, lampu likur merupakan penyalaan lampu obor dari bambu yang di beri sumbu dan minyak tanah, Malam likur ini merupakan sebuah agenda turun temurun yang harus kita lestarikan karena kegiatan ini memadukan antara kebudayaan dan kegiatan keagamaan. Menurut Diskominfo Babar, kata Likur ini berasal dari bahasa Melayu yang diartikan sebagai suatu kata untuk menyatakan bilangan antara 20 dan 30. Di negara Jiran kata Likur biasanya digunakan untuk mengatakan waktu malam 21 sampai 29 Ramadhan. Di Bangka Belitung penyalaan obor ini dilakukan pada 10 malam terakhir ramadan yang di mana terdapat malam lailaltul qadr.

Malam lailatul qadr merupakan malam paling baik di antara seribu bulan sehingga umat muslim berlomba-lomba dalam mencari keberkahan. Menurut Diskominfotik.bengkaliskab.go.id, Lampu obor ini dahulu kala dijadikan sebagai penerang jalan bagi nenek moyang yang ketika itu memang belum terdapat listrik dan juga sebagai penyemangat mereka dalam beribadah di 10 malam terakhir Ramadan. Lampu likur ini biasanya diletakkan di depan rumah, pada 10 malam terakhir dinyalakan likur 1, kemudian pada 9 malam terakhir dinyalakan likur 2, pada 8 malam terakhir dinyalakan likur 3 dan seterusnya sampai dinyalakannya likur ke-9 yang menandakan malam terakhir ramadan (Saxono,2019).

Penyalaan lampu obor ini dahulu kala juga masih dipasang dengan cara yang tradisional yaitu dengan menggunakan sisa-sisa kaleng bekas yang diisi dengan sumbu dan kemudian diletakkan pada bambu. Namun seiring berjalannya waktu penyalaan lampu obor atau lampu likur ini di ubah bentuknya menjadi sebuah variasi yang bermacam-macam. Tradisi malam likur ini sering dijadikan sebagai ajang dalam mengasah kekreatifan para warga, mereka dapat mengkreasikan berbagai ide mereka pada lampu likur tersebut. Seperti warga desa Mancung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat yang mengadakan festival lampu likur dengan menghiasi nya dengan cahaya nuansa islami yang dibentuk menyerupai kubah masjid.

Gemerlap cahaya dari lampu likur yang di pasang di jalanan tersebut menjadikan suasana malam menjadi lebih terang benderang dan membuat suasana jalanan menjadi ramai dengan banyak nya lalu lintas kendaraan. Festival lampu likur ini menjadi ajang perlombaan di Desa Mancung sehingga warga sangat antusias untuk berlomba-lomba dalam pembuatan kreasi lampu likur tersebut. Herlizon selaku Kepala Desa Mancung mengatakan bahwa festival lampu likur ini merupakan agenda tahunan yang dilakukan secara turun-menurun. "Tujuannya api likur ini karena sudah tradisi leluhur terdahulu dan sudah menjadi agenda tahunan. Agar tidak hilang ditelan zaman, kami memiliki ide untuk membuat lomba yang di buat dari kreasi api likur ini," jelas Herlizon, saat dihubungi Bangkapos.com,Selasa (18/4/2023) dini hari. Herlizon juga menjelaskan selain untuk melestarikan budaya tradisi ini juga merupakan sebuah ungkapan rasa kebahagiaan umat muslim dalam menyambut hari kemenangan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.