#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung
Menurut Badan Pusat Statistik 2021, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman yang terdiri dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya 1.340 suku bangsa, 2.500 bahasa serta kekayaan warisan budaya. [1]Salah satu suku di Indonesia yang menjadi suku terbesar adalah suku jawa dengan total 41% dari jumlah populasi. Di setiap suku, terdapat kebudayaan yang terdiri dari tradisi yang masing-masing memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Baik dalam bentuk ide-ide, aktivitas, serta artefak budaya.
Di era globalisasi seperti saat ini, telah membawa perubahan signifikan dalam perilaku dan identitas budaya, terutama pada generasi muda yang sangat dipengaruhi oleh teknologi. Salah satu yang menonjol adalah “strawberry generation” atau Generasi Z yang sering distereotipekan sebagai generasi yang mudah rapuh, overthinking, bahkan sering dianggap kurang tertarik dengan kebudayaan lokal. Untuk itu, saya sebagai bagian dari strawberry generation ingin menunjukkan bahwa tidak semua generasi ini memiliki sikap seperti yang distereotipekan orang-orang. Di sisi lain juga banyak strawberry generation yang memiliki ide kreatif dan inovatif untuk melestarikan berbagai kebudayaan yang ada.
Saya adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta, sebuah kota yang dikenal sebagai “Kota Budaya”. Saya merasa sangat beruntung dilahirkan di kota yang notabene-nya kaya akan aktivitas kebudayaan yang masih lekat dengan tradisi lokal. Hal ini telah membangkitkan minat saya untuk berusaha mengupayakan dan melestarikan kebudayaan yang ada. Sebagai individu, saya memiliki rasa untuk ikut berkontribusi dalam upaya ini. Jika tidak kita siapa lagi? Sejak kecil, saya telah menunjukkan ketertarikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan. Mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga sekarang, saya sering mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan seni tari. Salah satu contohnya adalah ketika saya menampilkan performance tarian-tarian tradisonal seperti jatilan maupun tarian yang lainnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan media, kita dapat mendorong kebudayaan melalui strategi dan inovasi yang menarik. Sebagai contoh, aktivitas kunjungan ke museum atau pameran seni yang saat ini menjadi fokus perhatian bagi generasi muda termasuk strawberry generation. Saya aktif mengikuti berbagai platform media sosial, seperti akun tamanbudayayogya, museum.benteng.vredeburg, dan lain sebagainya untuk mendapatkan infromasi terupdate tentang pameran-pameran yang akan diselenggarakan. Taman Budaya Yogyakarta (TBY) seringkali menjadi tempat diadakannya pameran seni dari berbagai penyelenggara. Saya telah mengunjungi beberapa pameran di Taman Budaya Yogyakarta, salah satunya adalah pameran “Behind the Eye” karya Khadir Supartini. Pameran tersebut sangat menarik bagi generasi muda, termasuk saya karena mengusung tema glow in the dark yang sangat aesthetic dan instagramable, sehingga cocok untuk dibagikan di berbagai media sosial. Dengan mengunjungi museum dan pameran seni, kita dapat memperluas pengetahuan kita tentang warisan budaya, sehingga menurut saya hal ini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan kebudayaan yang memiliki nilai penting.
Kawan GNFI, kita sebagai generasi muda juga dapat melestarikan kebudayan dengan mengikuti trend-trend yang sedang marak saat ini. Misalnya "trend berkain". Dengan mengikuti trend tersebut dapat menjadi langkah awal untuk menjaga budaya kita. Saya sendiri sangat tertarik dengan trend ini, dimulai dari sewaktu sekolah di mana setiap hari kamis pahing setiap siswa diwajibkan untuk memakai pakaian daerah Yogyakarta atau bisa disebut pakaian lurik. Tidak berhenti di situ, setelah lulus sekolah saya juga sering menggunakan kain dari Yogyakarta. Misalnya saat sedang kuliah, kunjungan museum atau pameran seni. Dimulai dari hal-hal kecil seperti melakukan inovasi fashion dengan kain daerah, pastinya kita sudah sedikit-banyak memberikan upaya untuk melestarikan budaya kita agar tetap lestari dan tidak punah.
Selain mengikuti trend yang sedang marak saat ini, kita sebagai generasi muda termasuk strawberry generation juga perlu melihat fenomena disekitar. Misalnya melihat fenomena yang berkaitan dengan anak-anak saat ini. Dengan adanya perkembangan teknologi, anak-anak saat ini lebih cenderung memilih bermain dengan gadget atau permainan yang lebih canggih dibandingkan permainan tradisional yang mengandalkan peralatan sederhana. Hal ini dapat menyebabkan permainan tradisional dapat tergeser dan terancam punah. Untuk itu, sebagai bagian dari strawberry generation, saya merasa penting untuk mengenalkan permainan tradisonal kepada anak-anak. Saya telah terlibat dalam sebuah organisasi, yang mana kami berusaha mengenalkan dan mengajak anak-anak untuk memainkan permainan tradisonal seperti egrang, dakon, bekel, dan lainnya. Tujuan dari upaya tersebut adalah untuk menjaga warisan dan identitas budaya agar permainan-permainan tersebut tidak terlupakan dan terus dikembangkan oleh generasi yang mendatang.
Demikianlah beberapa upaya yang dapat saya lakukan sebagai strawberry generation untuk melestarikan kebudayaan. Berbagai cara dapat dilakukan, namun yang paling penting adalah self-awareness (kesadaran diri) akan betapa pentingnya kebudayaan sebagai bagian dari identitas bangsa kita. Jadi, Kawan GNFI mari bersama-sama terus lestarikan budaya kita agar tetap eksis dan tidak tergeser oleh adanya budaya asing. Semoga dengan adanya tulisan ini dapat menjawab stereotipe yang sering diberikan kepada strawberry generation.
[1]https://www.bps.go.id/publication/2022/06/30/6a2dabc16d556ab9d075f918/statistik-sosial-budaya-2021.html
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News