gasiang tangkurak budaya mistis tanah minang - News | Good News From Indonesia 2023

Gasiang Tangkurak : Budaya Mistis Tanah Minang

Gasiang Tangkurak : Budaya Mistis Tanah Minang
images info

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Minangkabau tidak hanya dikenal elok budaya kuliner, musik, tradisi lisan, dan upacara adatnya saja. Namun, suku matrilineal yang cukup besar di sumatera ini memiliki budaya mistis yang erat kaitannya dengan unsur kepercayaan dinamisme dan animisme. Walaupun praktiknya sudah tidak sebesar dahulu, akan tetapi dapat dipastikan unsur kebudayaan mistis masih melekat kuat dalam nilai budaya yang berkembang di masyarakat Minangkabau.

Gasiang tangkurak tidak seperti gasing yang pada umumnya dijumpai yakni dimainkan untuk tujuan hiburan, dan diperjual belikan dengan mudah karena memiliki perbedaan mendasar dari segi bahan serta pembatasan hanya pada kelompok tertentu yang mampu membuat dan memainkannya.

Gasiang Tangkurak adalah salah satu instrument pendukung untuk pertunjukan basirompak yang dibuat dari bagian kerangka kepala bagian dahi orang yang sudah meninggal (Rahmadani, 2016). Budaya mistis dari tanah minang ini dalam perkembangannya aktif di daerah Taeh Baruah Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

Gasiang Tangkurak ini dikenal unik karena berbahan dasar dari bagian tulang dahi orang meninggal yang memiliki kriteria yakninya tingkat ilmu kebatinan tinggi serta taat dalam menjalankan syariat agama islam semasa hidup. Alasan hanya menggunakan bahan dasar tulang dahi yakninya berangkat dari kepercayaan bahwa tulang dahi ialah bagian terbaik serta penyimbolan dari kualitas semasa hidup seseorang, dan orang yang memiliki keteguhan dalam menjalankan syariat agama islam cenderung memiliki ilmu kebatinan yang tinggi.

Proses pengambilan tulang dahi tidak dapat dilakukan sembarang, melainkan hanya bisa diambil setelah hari ke seratus pasca dikuburkan. Langkah pertama yaitu menggunakan belati tajam untuk memotong bagian tulang dahi dan hanya dapat dilakukan oleh pelaku basirompak, kemudian tulang dahi tersebut di gantung pada bagian atas pohon tinggi dengan tujuan agar tidak diketahui oleh orang lain, tahapan berikutnya ialah pengambilan serta pengasapan kemenyan, yang disertai doa-doa yang dimaksudkan agar terjaganya nilai spiritual, adapun proses ini diulangi tujuh kali pada malam jumat. Setiap proses pengasapan selesai diharuskan untuk mengembalikan dan menggantungkan bagian tulang dahi di tempat semula. Pada jumat malam terakhir, proses dilanjutkan dengan membuat gasiang dengan memberikan tali pengikat yang berasal dari tali kafan yang biasanya digunakan untuk mengikat bagian kepala atau kaki pada jenazah. Keseluruhan proses harus rangkum dan tidak boleh terlewatkan satupun, serta prosesi ini secara keseluruhan biasanya dilakukan secara tertutup.

Gasiang tangkurak menjadi instrument penting dalam ritual basirompak sebab adanya keyakinan bahwa terdapat kekuatan magis yang terkandung, tradisi basirompak ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Mengutip (Marzan, 2002) asal mula kata sirompak ialah kata rampok atau paksa, dalam konteks ini dimaksudkan untuk memaksa perasaan atau hati seseorang perempuan agar menuruti kehendak laki-laki. Ritual basirompak berkaitan dengan kesenian magis, upacara ritual basirompak hanya dapat dilakukan oleh ahli dan dibantu oleh anggota atau dapat dikatakan bahwa aktivitas yang cukup kompleks ini melibatkan beberapa orang yaitu pemutar gasing, pemantra, dan pawang.

Berdasarkan kepercayaan, proses ritual dilakukan pada tempat khusus yang disebut tanjung, yang dimaksudkan tanjung adalah tempat yang memiliki aura mistis yang mengakar kuat. Ritual basirompak dilakukan dengan menyiapkan beberapa sesajian sebagai syarat, sesajian tersebut meliputi beras sudah di rendang, kemenyan, nasi kuning, bunga pangia-pangia, dan unsur apapun yang melekat di tubuh perempuan yang dituju. Prosesi ritual basirompak bersandar pada kepercayaan mengandalkan kekuatan roh gaib yang berada di alam serta penggunaan benda-benda sakral yang diyakini memiliki kekuatan mistis contohnya bagian tulang dahi yang dipakai untuk bahan dasar gasiang tangkurak.

Bukti bahwasanya gasiang tangkurak tidak asing lagi ditengah masyarakat Minangkabau ialah diangkatnya ke dalam tradisi lisan, disinggung pada bait lagu, dan diangkat ke layar lebar. Terlepas dari anggapan bahwa segala aktivitas mulai pembuatan dan ritual dengan gasiang tangkurak melibatkan ilmu hitam. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensinya dalam tutur lisan masyarakat masih cukup tinggi di era modern saat ini.

Referensi:

1.https://borobudurwriters.id/kronik-budaya-dan-sejarah/roh-roh-dalam-saluang-sirompak/

2.Arianda, M., & Yensharti, Y. (2023). Gasiang Tangkurak/Sirompak Sebagai Inspirasi Karya Musik Dalam Seni Pertunjukan Tradisi Minangkabau. Jurnal Riset Rumpun Seni, Desain dan Media (JURRSENDEM), 2(2), 180-189. e-ISSN: 2829-0186; p-ISSN: 2829-0283.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RD
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.