Kelompok tani merupakan sekumpulan masyarakat yang tergabung dalam komunitas yang didasari oleh kesamaan kepentingan,kesamaan kondisi lingkungan sosial serta potensi desa.
Dalam sekala besar kelompok tani bergabung menjadi gapoktan komunitas ini bergerak atas dasar peningkatan jaringan ekonomi dan pemasaran. Seperti yang terdapat di desa saya di dusun Butuh Kidul, Triwidadi, Pajangan, Bantul.
Daerah ini merupakan penghasil komoditas kelapa yang diolah menjadi gula kelapa. Produk tersebut dijual oleh Komunitas Ngudi Mulyo secara terbatas di sekitar tempat tinggal.
Usaha ini kemudian berkembang menjadi unit usaha kelompok tani setelah mendapatkan dukungan berupa rumah produksi, peralatan, dan pamdus oleh dinas terkait. Selain mendapatkan bantuan, Kelompok Tani Ngudi Mulyo juga mendapatkan pelatihan produksi gula kelapa, gula jahe, gula kacang, dan gula semut.
Namun, Kelompok Tani Ngudi Mulyo memilih fokus pada produksi gula kelapa karena faktor ketersediaan bahan bakunya apa lagi pada saat musim kemarau ini nira kelapa cukup sedikit didapatkan.
Kemudian pada tahun 2016 legalitas usaha (PIRT) diterbitkan oleh dinas kesehatan yang berlaku hingga pada tahun 2021 dan menjadi aktivitas ekonomi kelompok tani guna memenuhi kebutuhan hidup.
Namun seiring waktu berjalan petani di desa saya mengalami kendala pada bangunan rumah produksi yang minim ventilasi, sehingga menyebabkan siklus asap pembakaran terhambat, karena resiko kesehatan rumah produksi hanya aktif digunakan rentan waktu 2 bulan saja.
Proses produksi lalu dilanjutkan di rumah masing-masing anggota. Cara ini berjalan efektif dan rumah produksi mulai ditinggalkan. Untuk pemasaran dilakukan secara individual dan keuntungan pun langsung diambil masing-masing individu.
Dampaknya unit usaha Kelompok Tani Ngudi Mulyo tidak lagi dikelola dalam satu manajemen. Saat ini kondisi rumah produksi masih berhenti dan ijin usaha kelompok tidak diperpanjang lagi. Pamdus kemudian dimanfaatkan oleh warga yang belum memiliki sumur di rumah.
Faktanya usaha ini masih mengalami kesulitan dalam pemasaran, karena ijin usaha tidak diperpanjang sampai saat ini dan sistem pemasaran masih konvensional. Kondisi produksi gula jawa untuk sekarang di desa kami mulai menurun karena kebanyakan diproduksi oleh ibu-ibu rumah tangga, sehingga jumlahnya tidak banyak lagi. Banyak anggota Kelompok Tani Ngudi Mulyo yang berharap usaha kelompok ini lancar lagi seperti dulu.
Disamping itu penyerapan tenaga kerja juga menjadi berkurang, karena tidak semua masyarakat kami memiliki sumber daya alam yang cukup. Untuk bertahan banyak ibu-ibu menggunakan bahan dasar gula refinasi untuk pembuatan gula jawa.
Melihat kondisi demikian tentu menjadi keprihatinan bagi kami generasi muda. Kelompok tani memiliki harapan untuk menghidupkan kembali sentra produksi gula kelapa secara kolektif. Artinya dikembalikan pada rumah produksi dan pemasaran dilakukan dengan cara-cara lebih moderen.
Kelompok Tani Ngudi Mulyo memerlukan alternatif strategi untuk memulai rencangan baru antara lain:
Pertama, terkait kondisi bangunan yang beresiko bagi kesehatan.
Kedua, manajemen atau pengolahaan unit usaha.
Ketiga, sistem pemasaran produk.
Agar menjadi solusi yang menguntungkan secara kolektif, preferensi anggota kelompok perlu menjadi bahan pertimbangan pemyusunan alternatif tindakan.
Sebab saat ini ada anggota yang masih menjalankan produksi dengan sumber daya pribadi dan ada anggota yang tidak menjalankan karena minim sumber daya.
Individu dalam hal ini adalah semua anggota kelompok tani yang masih menjadi produsen rumah tangga gula kelapa karena kepemilikan sumber daya bahan baku. Setiap anggota pasti punya tujuan meningkatkan penjualan.
Hal tersebut tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan finansial dan sumber alamnya. Kelompok/unit usaha di satu sisi memiliki manajemen dan legalitas yang dibutuhkan oleh individu untuk dapat mencapai sebuah tujuan. Sementara itu, kelompok bertujuan memperluas manfaat ekonomi kepada seluruh anggota dan warga dusun secara umum.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News