#LombaArtikeIPKN2023 #PekanBudayaNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kemajemukan yang sangat luar biasa, terdiri dari berbagai macam ras, suku, agama dan budaya. Kemajemukan yang disebutkan terakhir juga memiliki jumlah yang sangat banyak, salah satunya adalah kebudayaan jawa. Layaknya sebuah peradaban, Jawa sebagai suku memiliki bermacam-macam kebudayaan yang sampai saat ini terus dilestarikan. Diantara budaya yang terus dijaga hingga saat ini adalah batik dan bahasa jawa itu sendiri.
Pertama, batik merupakan budaya di Indonesia khususnya Jawa yang sampai saat ini masih terus dilestarikan. Pelestarian batik dapat dilihat dalam beberapa fenomena dimasyarakat, salah satunya adalah batik telah menjadi seragam bagi anak-anak sekolah baik dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Bukan hanya sebatas melengkapi seragam putih dan pramuka, melainkan turut meng-install rasa bangga kepada tunas bangsa akan kebudayaan ngerinya, dalam hal ini adalah batik. Akibatnya, batik menjadi salah satu pakaian formal di Indonesia-bukan hanya jas. Hal ini dapat dilihat dalam institusi pemerintahan yang sering menggunakan batik ketika menghadiri acara-acara resmi, bahkan ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah dalam pertemuan internasional, para delegasi dari berbagai negara dikenalkan batik dan menggunakannya. Hal ini menjadi indikasi bahwa batik tidak jarang digunakan sebagai dresscode pada suatu acara tertentu.
Lebih jauh lagi, dalam masyarakat awam batik juga digunakan dalam acara-acara yang sakral, salah satunya adalah ketika datang ke acara pernikahan. Pernikahan menyimpan banyak nilai kesakralan, tidak hanya dinilai sebagai pesta dengan makanan dan minuman saja, melainkan lebih dari itu. Dalam pernikahan terdapat dua insan dan dua keluarga besar yang bersatu menyatakan kesetiaan untuk sehidup semati. Dalam kacamata agama, kedua mempelai telah menempuh serangkaian upacara untuk menghalalkan apa yang haram dilakukan diluar pernikahan. Banyak doa yang dipanjatkan dalam acara pernikahan menambah nilai kesakralan. Dengan demikian, secara tidak langsung batik dinilai sebagai pakain yang cocok dan sopan untuk digunakan pada acara yang memiliki nilai kesakralan. Namun disisi lain batik memiliki nilai tersendiri yaitu pada aspek keindahan. Dengan menggunakan batik, maka resepsi pernikahan menjadi semakin meriah dan penuh motif serta warna-warni. Pelestarian batik sebagai budaya puncaknya terjadi pada tahun 2009, dimana tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Selanjutnya yang kedua adalah Bahsa Jawa. Secara garis besar Bahasa Jawa memiliki dua jenis yaitu ngoko dan krama. Perbedaan diatara keduanya terletak pada penggunaanya, Bahasa Jawa Ngoko digunakan ketika berbicara kepada yang lebih muda dan seumuran. Adapun Bahasa Jawa Krama digunkan kepada orang yang lebih tua dan kepada orang-orang tertentu yang dihormati. Penggunaan Bahasa Jawa sendiri seakan terus berkurang, hal ini dapat diperkuat dengan munculnya fenomena pada generasi milenial dan gen Z yang berbicara menggunakan Bahasa Idonesia kepada putra-putrinya sejak kecil. Hal ini menjadikan generasi anak-anak mereka, ketika besar menjadi lupa atau bahkan tidak mengenali Bahasa Jawa. Akibatnya, Bahasa Jawa sebagai salah satu alat atau cara untuk menghormati orang yang lebih besar dan mulia menjadi luntur. Padahal peradaban menghormati orang yang lebih tua sudah dilestarikan selama berabad-abad.
Melihat fenomena di atas, maka diperlukan bagi orang Jawa yang termasuk generasi muda untuk kembali mempelajari Bahasa Jawa. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menempuh pendidikan, baik sekolah menengah ataupun sekolah tinggi pada daerah yang memiliki budaya Bahasa Jawa masih kental, seperti Yogyakarta dan Surakarta. Memang tidak bisa mempelajarinya di dalam kelas kecuali mengambil jurusan tentang kebudayaan jawa, akan tetapi setidaknya bisa belajar kepada penduduk asli setempat yang sekaligus dapat menjadi tempat pembiasaan. Sebab bagaimanapun, pembiasaan diri untuk menggunakan bahasa menjadi kunci utama melekatnya penguasaan bahasa, demikian juga Bahasa Jawa. Selanjutnya ketika sudah berhasil dikuasai, maka peradaban jawa akan kembali seperti sedia kala. Semakin banyak generasi muda yang dapat menguasai dan mempraktekan Bahas Jawa maka semakin luas peradaban Jawa yang dibangkitkan. Hal ini secara tidak langsung dapat melestarikan Bahasa Jawa, semakin banyak yang menggunakan maka semakin lestari, kebalikannya jika semakin sedikit maka perlahan-lahan Bahasa Jawa akan hilang. Tentu keberlangsungan Bahasa Jawa harus dilanjutkan jangan sampai hilang seperti bahasa daerah yang hilang dari bangsa Indonesia.
Uraian di atas merupakan sedikit dari berbagai bukti dari peran manusia sebagai aktor utama dalam melestarikan budaya. batik sebagai budaya sangat lekat dengan pakaian, jika tidak ada manusia yang menggunakannya maka akan hilang. Demikian dengan bahasa, manusia sebagai makhluk sosial memerlukan bahasa untuk menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. Sebagai salah satu alat barinteraksi maka jika tidak ada manusia yang berinteraksi menggunakan Bahasa Jawa, maka akan hilang eksistensi Bahasa Jawa tersebut sebagaimana bahasa-bahasa daerah yang lain.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News