Cut Meutia atau Cut Nyak Meutia, atau dikenal juga dengan julukan Cik Tunong, adalah salah satu pahlawan wanita nasional yang berasal dari Aceh.
Masa perjuangan Cut Meutia dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya dari tahun 1905 hingga 1910, ketika ia aktif bersama suaminya dalam memimpin perlawanan terhadap Belanda di Aceh.
Tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang perjuangan Cut Meutia dalam melawan penjajahan Belanda? Yuk, simak artikel ini yang akan memberikan penjelasan lengkap mengenai biografi Cut Meutia, salah satu pahlawan Aceh yang memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
1. Cut Nyak Meutia, Pahlawan Indonesia yang berasal dari Aceh

Salah satu pahlawan wanita Indonesia yang terkenal adalah Cut Meutia, atau dikenal juga dengan Tjoet Nyak Meutia. Cut Nyak Meutia adalah seorang pahlawan perempuan yang berasal dari Aceh. Ia lahir pada 15 Februari 1870 dan wafat pada 24 Oktober 1910.
Cut Meutia merupakan putri dari Teuku Ben Wawud, seorang uleebalang Perak di Aceh. Ia lahir tiga tahun sebelum pecahnya Perang Aceh. Cut Meutia dikenal sebagai gadis yang cantik, berkulit putih bersih, dan bertubuh tinggi semampai.
Saat menginjak usia dewasa, ia dipertunangkan dengan Teuku Syam Sareh, salah satu dari tiga anak angkat Cut Nyak Aisah. Pertunangan ini diatur oleh keluarga tanpa sepengetahuan mereka.
Meskipun akhirnya mereka menikah, Cut Meutia menolak untuk menjalankan kewajiban sebagai istri, sehingga pernikahan itu berakhir dengan perceraian.
Setelah itu, Cut Meutia menikah dengan adik dari Syam Sareh, yakni Teuku Cut Muhammad yang kemudian dikenal dengan gelar Teuku Cik Tunong.
Pada tahun 1905, Teuku Muhammad ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda. Sebelum wafat, ia berpesan kepada sahabatnya, Pang Nanggroe, untuk menikahi Cut Meutia dan merawat anak mereka, Teuku Raja Sabi.
Setelah kematian suami keduanya, Cut Meutia menikah dengan Pang Nanggroe dan melanjutkan perjuangan melawan Belanda bersama suaminya. Mereka bergabung dengan pasukan lain yang dipimpin oleh Teuku Muda Gantoe.
Baca juga: Tuanku Imam Bonjol, Asal Usul dan Perjuangannya bagi Tanah Minang
2. Pendidikan Cut Nyak Meutia yang Kental dengan Agama
Cut Meutia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang religius dan nasionalis. Ayahnya adalah keturunan asli Aceh yang menjadi ulèëbalang di desa Pirak, yang termasuk dalam wilayah Kehulubalangan Keureutoe.
Ibunya adalah seorang wanita yang taat beragama dan mengajarkan Cut Meutia tentang Islam dan adat Aceh. Cut Meutia memiliki empat saudara laki-laki, yaitu Teuku Cut Beurahim, Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasan, dan Teuku Muhammad Ali.
Pendidikan Cut Nyak Meutia tidak mendapatkan pendidikan formal, tetapi ia belajar membaca Al-Quran dan menulis huruf Arab dari ayahnya. Ia juga belajar tentang ilmu perang dan strategi militer dari suaminya.
Baca Juga: Biografi Raden Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan
3. Perjuangan Cut Nyak Meutia bersama Tiga Suaminya

Cut Meutia dan suaminya memimpin pasukan perang di Aceh Utara, berhasil meraih kemenangan dalam beberapa pertempuran melawan Belanda, seperti di Paya Cicem, Alue Kurieng, dan Gayo.
Selain memimpin, mereka juga merebut senjata Belanda untuk memperkuat perlawanan. Cut Meutia, yang tidak hanya berperan sebagai istri dan ibu, turut bertempur dan memberikan motivasi kepada suami serta pasukannya.
Namun, pada 1905, suami Cut Nyak Meutia, Teuku Chik Tunong, tertangkap dan dieksekusi oleh Belanda di Lhokseumawe setelah membunuh petugas patroli. Sebelum meninggal, Teuku Chik Tunong berwasiat agar sahabatnya, Pang Nanggroë, menikahi Cut Meutia dan merawat anak mereka.
Cut Meutia kemudian menikah dengan Pang Nanggroë sesuai wasiat dan melanjutkan perlawanan bersama pasukan yang dipimpin oleh Teuku Muda Gantoe.
Perjuangan Cut Nyak Meutia bersama suami barunya, Pang Nanggroë, tetap berlanjut melawan Belanda dengan taktik gerilya di Buket Bruek Ja. Mereka sering menyerang pos-pos Belanda dan mendapatkan dukungan dari ulama serta rakyat Aceh.
Namun, pada September 1910, Pang Nanggroë gugur dalam pertempuran di Paya Cicem akibat tembakan Belanda dan dimakamkan di samping masjid Lhoksukon.
Baca juga: Biografi HOS Tjokroaminoto, Guru Bangsa yang Bergelar Raja Jawa Tanpa Mahkota
4. Peran Cut Meutia dalam Gerilya Melawan Penjajah
Pada tahun 1907, pasukan Pang Nanggroe, bersama dengan Cut Meutia, melancarkan serangan terhadap pos pasukan Belanda yang awalnya dijaga oleh pekerja kereta api. Serangan ini mengakibatkan beberapa tentara Belanda tewas dan lainnya terluka.
Pada Juni 1907, mereka kembali melancarkan serangan ke pos Belanda di daerah Keude Bawang, yang menyebabkan satu tentara Belanda tewas dan lainnya terluka.
Melalui sabotase jalur logistik dan kereta api, taktik perang gerilya yang diterapkan Pang Nanggroe bersama Cut Meutia membuat Belanda kewalahan.
Pada Agustus 1910, Belanda menemukan lokasi basis pertahanan mereka, namun sebelum Belanda sempat mengepung, pasukan Pang Nanggroe dan Cut Meutia telah memindahkan markas mereka.
Perjuangan dan peran Cut Meutia bersama suaminya terus berlanjut dengan menyerang pos-pos Belanda untuk melemahkan kekuatan musuh.
Namun, pada September 1910, Pang Nanggroe tewas akibat tembakan Belanda di Paya Cicem dan dimakamkan di dekat masjid Lhoksukon. Cut Meutia kemudian mengambil alih kepemimpinan pasukan, meneruskan perjuangan melawan Belanda.
Basis pertahanan mereka dipindahkan ke wilayah Gayo dan Alas, di mana mereka bergabung dengan pasukan lain yang dipimpin oleh Teuku Seupot Mata.
Baca Juga: Profil Cut Nyak Dhien, Pahlawan Perempuan dari Aceh yang Pemberani
5. Wafatnya Cut Nyak Meutia
Pada Oktober 1910, pengejaran Pasukan Belanda terhadap Cut Meutia semakin intens. Untuk menghindari penangkapan, Cut Meutia menggerakkan pasukannya berpindah-pindah dari satu gunung ke gunung lainnya.
Namun, pada 24 Oktober 1910, pertempuran hebat terjadi di Alue Kurieng antara pasukan Cut Meutia dan tentara Belanda. Dalam pertempuran itu, Cut Meutia gugur, meninggalkan putranya yang kemudian diasuh oleh Teuku Syech Buwah.
6. Penghargaan dan tanda penghormatan untuk Cut Meutia

Cut Meutia merupakan salah satu ikon Pahlawan Perempuan Nasional Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia hingga akhir hayatnya. Pemerintah dan masyarakat setempat sangat menghormati sekaligus mengenang jasa-jasa yang dilakukan oleh Tjoet Meutia. Cut Nyak Meutia pun mendapat sejumlah penghargaan di antaranya:
- Dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dari Aceh berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 107/1964
- Nama Tjoet Meutia dikenal dengan mata uang nominal Rp1.000.
- Namanya diabadikan di beberapa nama tempat di Aceh dan beberapa daerah di Indonesia, yakni Taman Cut Meutia, Bekasi, Jawa Barat, Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat, Museum Rumah Cut Meutia, Aceh Utara, dan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia, Aceh Utara.
Nah, itu dia biografi Cut Meutia secara sekilas, pahlawan perempuan Indonesia dari Aceh yang berjuang sepanjang hayatnya untuk membela tanah air tercinta.
Jangan lupa simak juga informasi tentang profil para Pahlawan Nasional lainnya seperti Sultan Hasanuddin, Dewi Sartika, R.A. Kartini, Pattimura, dan Imam Bonjol .
sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_Meutia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News