Pada perayaan memperingati HUT Ke-72 RI 17 agustus 2017 di Istana negara lalu, di sesi pembukaan ada hiburan pertunjukan tari Gandrung Banyuwangi.
Pertunjukkan Tari Gandrung berhasil membuat para undangan dan penonton yang hadir di Istana terpesona. Kostum, musik dan gerakan yang unik membuat semua mata penasaran dibalik tarian yang indah nan menawan itu. Nah, saya yang asli dari Banyuwangi akan sedikit menceritakan tentang tari gandrung, mulai dari sejarah, gerakan hingga filosofi.
Sejarah
Tari gandrung merupakan kesenian tari tradisional asli Banyuwangi, sebuah kota yang berada di ujung jawa timur. Gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
Filosofi
Tari gandrung juga merupakan sebuah ritual yang ditujukan untuk mengungkapkan kekaguman masyarakat Banyuwangi pada Dewi Sri, seorang dewi yang dalam mitologi Hindu Jawa Kuno dianggap sebagai Dewi Padi atau Dewi kesejahteraan yang telah memberikan hasil panen berlimpah pada masyarakat.

Gerakan Tari Gandrung
Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian yaitu jejer, maju atau ngibing dan seblang subuh
- Jejer
Bagian pertama disebut sebagai jejer. Bagian ini merupakan pembuka seluruh pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo.
- Maju
Babak pertengahan disebut dengan istilah maju atau ngibing. Pada babak ini para penari mulai bergerak menarikan tarian seraya memainkan selendangnya. Para penari akan bergerak seperti jalan pelan maju sambil menggerak-gerakkan selendang dengan kepala juga bergerak seperti geleng-geleng.
- Seblang subuh
Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Gerakan yang dominan pada seblang subuh adalah gerak perlahan yang penuh penghayatan. Kipas yang dibawa penari akan dimainkan pada babak Seblang Subuh.
Tata Busana Penari Gandrung
Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Anthasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya.
Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap pertunjukannya.
Properti Tari
Properti paling utama dalam tari gandrung ada 2, yaitu selendang (sampur) dan kipas. Di masa silam, kipas yang digunakan berjumlah 2 dan dipegang di tangan kiri dan kanan. Namun, setelah mengalami beberapa arasemen seringkali tarian ini hanya dilengkapi dengan 1 kipas saja, itupun hanya digunakan pada bagian tertentu dalam tarian, khususnya pada bagian seblang subuh.
Kedudukan Tari Gandrung Sekarang
Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi dengan bukti jika melewati perbatasan Banyuwangi-Jember terdapat patung Gandrung dan disudut lainnya. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serikat.
Tari Gandrung semakin dikenal masyarakat Indonesia setelah diundang untuk memeriahkan peringatan hari sumpah pemuda di Istana dan hari ulang tahun RI agustus lalu. Selain itu sejak pemerintahan bupati Abdullah Azwar Anas, pemerintah kabupaten Banyuwangi juga mengagendakan kegiatan festival tari gandrung sewu setiap tahunnya.
Sumber: Wikipedia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News