Di kedalaman hutan hujan Leuser, sekelompok tim patroli mencari perangkap satwa liar yang dipasang para pemburu.
Para ilmuan dan ahli konservasi telah lama menggolongkan kawasan Ekosistem Leuser sebagai salah satu kawasan konservasi paling penting di dunia. Terletak di dua provinsi paling utara Sumatera (Aceh dan Sumatera Utara), dengan luas 2,6 juta hektar yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati.

Leuser memiliki jumlah fauna terbanyak di kawasan Asia. Terdapat 10.000 spesies flora dan 200 spesies mamalia—banyak di antaranya tidak ditemukan di belahan dunia lain. Hanya 6.000 orang hutan tersisa di Sumatera, dengan 90 persennya hidup di kawasan ekosistem Leuser.
Ekosistem ini merupakan tempat perlindungan terbesar dari hutan hujan Malesian untuk orang utan, harimau Sumatera, badak, gajah, macan tutul, dan beruang madu.

Pada tahun 2015, polisi hutan menemukan ratusan jerat satwa setiap bulannya, namun sekarang berkurang hingga kurang dari sepuluh, menurut Forum Konservasi Leuser (FKL).
“Kami terlatih untuk melihat tanda-tanda pemburu di kawasan hutan, seperti adanya puntung rokok atau jejak kaki,” ujar Manager FKL.

Jerat itu dibuat menggunakan alat-alat sederhana dengan desain dan bentuk yang berbeda-beda tergantung jenis satwa yang menjadi target.
Targetnya adalah satwa liar yang terancam punah seperti harimau, gajah, badak, beruang, dan orangutan. Mereka dijual ke sindikat perdagangan hewan ilegal dengan harga tinggi.
Selain mencari jerat satwa liar, tim patrol juga mencari tanda-tanda deforestasi, seperti pembalakan liar, serta menghimpun data kehutanan untuk penelitian lanjutan.
Sumber: The Straits Times | Mongabay
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News