Proyek pengelolaan limbah menjadi energi (waste to energy) yang digarap Danantara Indonesia menunjukkan daya tarik yang besar.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Patria Sjahrir, mengungkapkan bahwa lelang proyek ini telah menarik minat sekitar 120 perusahaan, baik nasional maupun internasional, hanya dalam waktu dua minggu sejak pengumuman.
Pandu menyatakan bahwa proses seleksi akan berfokus pada kualitas teknologi dan dampak lingkungan. “Cara kami memilih perusahaan (pemenang lelang) itu sederhana, yakni kami ingin teknologi terbaik dengan dampak lingkungan yang paling minimal,” ujarnya, dikutip dari Antara.
Proyek ini merupakan bagian dari solusi mengatasi volume sampah Indonesia yang sangat mengkhawatirkan, dimana timbunannya diklaim dapat menutupi seluruh wilayah Jakarta dengan ketebalan 30 sentimeter.
Untuk meningkatkan daya tarik investasi, pemerintah menghapus biaya pembuangan sampah (tipping fee) dan menetapkan harga listrik yang menarik. “Kami juga telah menetapkan harga sebesar Rp20 per kilowatt hour (kWh), yang menurut saya cukup menarik,” tambah Pandu.
Tahap awal proyek akan membangun 10 fasilitas di lima kota besar pada akhir tahun, dengan total 33 proyek yang direncanakan. Sebagian pendanaannya akan bersumber dari Patriot Bond yang telah mencapai Rp50 triliun.
“Secara kumulatif, ini akan menjadi proyek waste to energy terbesar di dunia,” pungkas Pandu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
