Pasbana - Bagi sebagian besar generasi Minang yang pernah merasakan masa kecil di kampung halaman, tradisi berpantun menjadi kenangan manis yang sulit dilupakan. Bayangkan suasana di surau, masjid, atau lapau (warung kecil)—tempat di mana para ninik mamak dan tokoh masyarakat dengan fasihnya melantunkan pantun, memikat perhatian siapa saja yang mendengarkan.
Pantun-pantun itu bukan sekadar rangkaian kata indah. Mereka menyelinap anggun di sela-sela percakapan, menghadirkan pesan moral, perasaan, bahkan penghormatan bagi tamu yang hadir. Setiap bait yang diucapkan mengandung harmoni kata-kata yang dipilih dengan cermat, seolah menjadi cermin kecerdasan dan kehalusan budaya Minangkabau.
Baca Selengkapnya