Indonesia, sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah, kini memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam perdagangan karbon di kawasan Asia Tenggara. Dalam laporan terbaru yang diterbitkan oleh Boston Consulting Group dan AC Ventures, terungkap bahwa Indonesia memiliki potensi perdagangan karbon yang paling besar di ASEAN pada tahun 2030, terutama dalam solusi berbasis alam atau Nature-Based Solutions (NBS).
Potensi NBS di Indonesia mencapai 1.032 metrik ton setara karbon (MtCO2e) pada tahun 2030, mengungguli negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Malaysia berada di posisi kedua dengan potensi NBS sebesar 160 MtCO2e, sedangkan Myanmar memiliki potensi NBS sebesar 106 MtCO2e dalam tujuh tahun mendatang. Potensi NBS di Thailand diperkirakan mencapai 76 MtCO2e, sementara Vietnam memiliki potensi sebesar 58 MtCO2e.
Potensi besar Indonesia dalam NBS tidak hanya mencerminkan kekayaan alamnya yang beragam, tetapi juga komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga lingkungan. Nature-Based Solutions mencakup berbagai praktik, seperti restorasi hutan, pelestarian ekosistem, penanaman kembali lahan yang terdegradasi, dan berbagai upaya lain yang berbasis alam untuk mengurangi emisi karbon, serta mengikuti perkembangan iklim.
Dengan dasar potensi NBS yang besar ini, pasar kredit karbon di Indonesia diproyeksikan mencapai 140 juta ton pada tahun 2030. Ini merupakan lonjakan yang signifikan dibandingkan dengan hanya sekitar 40 juta ton pada periode 2009-2019. Pertumbuhan pasar kredit karbon ini akan memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan ekonomi hijau dan perdagangan karbon.
Perlu dicatat bahwa perkiraan nilai kredit karbon bisa sangat bervariasi tergantung pada harga karbon global. Namun, dengan asumsi harga US$25 per ton pada tahun 2023, nilai kredit karbon sukarela Indonesia diproyeksikan mencapai US$3,5 miliar. Ini adalah jumlah yang signifikan dan dapat menjadi sumber pendapatan yang substansial bagi negara serta pelaku bisnis di sektor lingkungan dan keberlanjutan.
Baca Selengkapnya