tari folaya dan upacara famee fangasi dalam ritual kematian suku nias - News | Good News From Indonesia 2025

Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias

Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias
Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias
Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias
Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias
Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias
Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias
Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias
Tari Folaya dan Upacara Fame’e Fangasi dalam Ritual Kematian Suku Nias

Suku Nias punya cara sendiri untuk menghadapi kematian anggota keluarga dan kerabatnya. Mereka punya Tari Folaya dan upacara Fame'e Fangasi sebagai bagian dari ritual kematian.

Di kalangan Suku Nias, terdapat acara adat yang bertujuan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang yang telah meninggal, terutama orang dengan status sosial atau kedudukan yang tinggi. Dalam acara tersebut, ada Tari Folaya yang ditampilkan oleh laki-laki di sekitar peti jenazah sebelum diberangkatkan ke tempat pemakaman.

Tari Folaya tidak bisa dilakukan sembarangan dan ada tahapan yang harus diikuti. Saat hendak memasuki rumah duka, seorang Ere Hoho (pimpinan adat) terlebih dahulu melakukan höli (ajakan). Langkah selanjutnya adalah melantunkan syair Boli Hae (nyanyian menuju rumah duka) oleh para perempuan atau istri para tetua adat secara bersahutan.

Syair Böli Hae memiliki arti bahwa mereka sudah mulai memasuki kediaman penyelenggaraan upacara adat. Sementara kaum perempuan tetap melantunkan syair Böli Hae, laki-laki melakukan gerak Hiwö sambil melantunkan syair Hiwo.

Jika dilihat, Tarian Folaya identik dengan gerakan kaki yang melompat kecil secara bergantian sambil tangan kanan menunjuk ke arah kanan atas, dan kepala mengikuti arah tangan kanan. Saat tarian dibawakan, pemain musik juga turut aktif mengiringi dengan alat musik tradisional Nias, seperti Gondra, Aramba dan Faritia.

Pada dasarnya, upacara Fame’e Fangasi sendiri adalah ritual setelah kematian dengan tujuan untuk memutuskan hubungan orang yang meninggal kepada yang hidup dan sebaliknya. Fangasi (fangasiwai) memiliki arti masa terakhir atau penyelesaian kepada orang yang meninggal agar jiwa orang yang meninggal tersebut dapat pergi ke alam baka dengan tenang. Selain itu, upacara in merupakan bentuk ucapan terima kasih kepada orang-orang yang sudah terlibat membantu pemakaman.

Dalam upacara Fangasi 100 - 200 ekor babi akan dikurbankan dengan mendatangkan tokoh agama dan tokoh adat untuk mendoakan orang yang meninggal setelah penguburan. Hal ini diutamakan kepada para orang tua (laki-laki) serta mereka yang memiliki kedudukan dalam adat.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.