ketika perasaan dalam hubungan berubah memahami lost feeling dari perspektif psikologi - News | Good News From Indonesia 2025

Pahami Lost Feeling dari Perspektif Psikologi, saat Perasaan dalam Hubungan Berubah

Pahami Lost Feeling dari Perspektif Psikologi, saat Perasaan dalam Hubungan Berubah
images info

Pahami Lost Feeling dari Perspektif Psikologi, saat Perasaan dalam Hubungan Berubah


Hubungan tidak selalu berakhir dengan pertengkaran besar atau perpisahan dramatis. Terkadang, yang terjadi justru lebih sunyi: dua orang masih bersama dan masih berkomunikasi, tetapi perasaan hangat yang dulu hadir perlahan menghilang.

Tidak ada kesalahan yang jelas, tidak pula konflik yang mencolok hanya rasa kosong yang sulit dijelaskan. Fenomena inilah yang kerap disebut sebagai lost feeling, sebuah kondisi emosional yang membuat individu mempertanyakan kembali makna hubungan yang sedang dijalani.

Dalam masyarakat modern, lost feeling sering dipahami sebagai tanda bahwa cinta telah habis. Padahal, dari sudut pandang psikologi, kondisi ini merupakan proses yang jauh lebih kompleks dan manusiawi.

Perasaan tidak selalu hilang secara tiba-tiba, melainkan berubah seiring dinamika emosi, kedekatan, serta pengalaman yang dijalani bersama.

Dengan demikian, lost feeling bukan sekadar pertanda berakhirnya cinta, melainkan sinyal psikologis bahwa hubungan sedang berada dalam fase perubahan. Memahami proses ini dapat menjadi kunci untuk menentukan apakah sebuah hubungan perlu diperbaiki, dipahami ulang, atau justru dilepaskan secara sadar.

Dari Cinta yang Intens ke Cinta yang Stabil

Pada fase awal hubungan, perasaan cinta umumnya didorong oleh intensitas emosi dan respons biologis, seperti peningkatan dopamin yang memunculkan rasa antusias dan euforia. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan secara alami bergerak menuju fase yang lebih stabil dan realistis.

Dalam video psikologi hubungan berjudul Why Relationships Lose Their Spark yang diunggah oleh kanal The School of Life, dijelaskan bahwa banyak orang keliru mengartikan berkurangnya intensitas emosi sebagai tanda cinta telah berakhir.

Padahal, yang sering terjadi adalah perubahan bentuk cinta dari yang penuh ledakan emosi menjadi lebih tenang, stabil, dan berorientasi pada komitmen.

Perubahan ini kerap disalahartikan sebagai lost feeling, terutama ketika individu masih menggantungkan ekspektasi pada sensasi emosional seperti yang dirasakan di awal hubungan.

Lost Feeling sebagai Respons Psikologis terhadap Rutinitas

Terapis hubungan Esther Perel, dalam video YouTube berjudul Desire and Long-Term Relationships, menjelaskan bahwa kedekatan yang terlalu intens dan rutinitas yang monoton dapat mengikis ketertarikan emosional dalam hubungan jangka panjang. Menurutnya, cinta dan hasrat membutuhkan keseimbangan antara keintiman dan ruang personal agar tetap hidup.

Ketika hubungan terjebak dalam pola yang sama secara terus-menerus, otak cenderung berhenti merespons rangsangan emosional. Akibatnya, seseorang merasa “tidak merasakan apa-apa”, meskipun secara rasional masih peduli dan terikat pada pasangannya.

Dalam konteks ini, lost feeling bukanlah kegagalan hubungan, melainkan sinyal bahwa ada kebutuhan emosional yang belum terpenuhi.

Antara Emosi yang Lelah dan Diri yang Berubah

Selain dipengaruhi oleh dinamika hubungan, lost feeling juga berkaitan erat dengan kondisi psikologis individu. Dalam podcast psikologi hubungan berjudul Why Some Relationships Feel Hard and What Actually Helps, dijelaskan bahwa kelelahan emosional, tekanan hidup, serta perubahan identitas diri dapat mengurangi kapasitas seseorang untuk merasakan kedekatan emosional. Tidak hanya terhadap pasangan, tetapi juga terhadap aspek lain dalam kehidupannya (Psychology Podcast, 2020).

Dengan kata lain, perasaan yang memudar tidak selalu bersumber dari hubungan itu sendiri, melainkan dari individu yang sedang mengalami kelelahan psikologis.

Lost feeling bukanlah akhir dari sebuah hubungan, melainkan undangan untuk berhenti sejenak dan melakukan refleksi baik terhadap hubungan yang dijalani maupun terhadap kondisi diri sendiri.

Psikologi membantu kita memahami bahwa perasaan tidak bersifat konstan, dan perubahan emosi merupakan bagian alami dari relasi manusia.

Dengan pemahaman yang lebih jernih, Kawan GNFI dapat mengambil keputusan bukan berdasarkan ketakutan atau asumsi semata, melainkan melalui kesadaran emosional yang lebih matang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ZY
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.