belajar dari kasus penjarahan mengapa pelukan emosional sama pentingnya dengan bantuan logistik - News | Good News From Indonesia 2025

Belajar dari Kasus Penjarahan: Mengapa Pelukan Emosional Sama Pentingnya dengan Bantuan Logistik?

Belajar dari Kasus Penjarahan: Mengapa Pelukan Emosional Sama Pentingnya dengan Bantuan Logistik?
images info

Belajar dari Kasus Penjarahan: Mengapa Pelukan Emosional Sama Pentingnya dengan Bantuan Logistik?


Peristiwa penjarahan minimarket atau gudang logistik pascabencana, seperti yang sempat terjadi di Sibolga, sering kali memicu perdebatan publik. Namun, jika kita melihat lebih dalam, fenomena ini sebenarnya adalah alarm keras bahwa masyarakat sedang berada dalam survival mode atau mode bertahan hidup yang ekstrem. Saat akses makanan terputus dan ketidakpastian memuncak, insting manusia akan mengambil alih logika demi menjaga nyawa.

Di sinilah Kawan GNFI bisa belajar sebuah fakta penting: penanganan bencana tidak bisa hanya mengandalkan tumpukan mi instan atau pengamanan ketat. Ada kebutuhan yang sering kali tak kasat mata tapi sangat menentukan perilaku warga di lapangan, yaitu pelukan emosional dan rasa aman.

Ketika seseorang terjebak dalam rasa takut yang luar biasa, kemampuan berpikir rasionalnya cenderung menurun. Penjarahan sering kali bukan tentang niat jahat, melainkan bentuk keputusasaan di titik terendah manusia.

Memahami sisi psikologis ini membantu kita melihat bahwa pemulihan rasa aman melalui informasi yang jelas dan dukungan emosional justru bisa mencegah tindakan impulsif warga. Bantuan mental awal terbukti mampu menenangkan "otak reptil" manusia yang sedang dalam kondisi terancam.

Photo by Ny Menghor on Unsplash
info gambar

Kepedulian sesama penyintas melalui dukungan logistik dan penguatan mental awal (PFA). | Foto: Unsplash | Ny Menghor


Hadirkan PFA: 'Kotak P3K' Mental yang Bisa Dilakukan Siapa Saja

Kabar baiknya, Indonesia memiliki modal sosial gotong royong yang luar biasa. Kita bisa meningkatkan kualitas bantuan ini melalui Psychological First Aid (PFA) atau Dukungan Psikologis Awal.

Penting untuk dipahami bahwa Kawan GNFI tidak perlu menjadi psikolog atau psikiater untuk memberikan dukungan ini. Sama seperti P3K untuk luka fisik, PFA adalah keterampilan dasar kemanusiaan yang bisa dilakukan oleh relawan, mahasiswa, hingga sesama warga di lapangan.

UNICEF merumuskan PFA ke dalam tiga prinsip praktis yang bisa dipelajari dengan cepat oleh siapa pun, yaitu:

1. LOOK: Hadir dengan Observasi

Sebelum memberikan bantuan, cobalah mengamati lingkungan sekitar. Perhatikan siapa yang tampak paling terguncang, bingung, atau sangat ketakutan. Dengan mengamati secara jeli, kita bisa memberikan bantuan yang tepat sasaran tanpa harus melanggar batas privasi atau memaksakan bantuan kepada korban yang masih rapuh.

2. LISTEN: Seni Mendengar Tanpa Menghakimi

Banyak korban bencana hanya butuh didengarkan agar emosi mereka kembali stabil. Dekati mereka dengan tenang, perkenalkan diri, dan jadilah pendengar yang aktif. Kawan tidak perlu memberikan nasihat medis; cukup jangan memotong pembicaraan atau memberikan janji muluk.

Terkadang, sekadar duduk di samping korban dan menunjukkan empati sudah cukup untuk menurunkan tingkat stres mereka secara signifikan.

3. LINK: Menghubungkan Harapan

Setelah emosi korban mulai tenang, bantu mereka mendapatkan kebutuhan dasarnya. Kawan bisa menjadi "penghubung" dengan memberikan informasi akurat mengenai posko kesehatan, lokasi pembagian makanan, atau membantu mereka mencari anggota keluarga yang terpisah. Kejujuran Kawan dalam memberikan informasi adalah kunci untuk membangun kembali rasa percaya diri mereka yang sempat runtuh.

Pada akhirnya, bencana memang bisa meruntuhkan bangunan fisik, tapi ia tidak boleh meruntuhkan rasa kemanusiaan kita. Fenomena penjarahan yang terjadi adalah pengingat bahwa di balik tindakan yang terlihat "salah", ada jiwa-jiwa yang sedang berteriak minta tolong karena kehilangan arah.

Sebagai Kawan GNFI, kita punya kesempatan untuk melampaui sekadar memberi bantuan barang. Dengan memahami PFA, kita bisa menjadi sumber ketenangan di tengah kekacauan. Inilah wujud nyata gotong royong masa kini: memastikan bahwa saat badai datang, tidak ada satu pun saudara kita yang merasa berjuang sendirian.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HA
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.