Waluh adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada berbagai jenis tanaman dari genus Cucurbita, khususnya Cucurbita moschata. Tanaman ini merupakan anggota keluarga labu-labuan atau Cucurbitaceae.
Di berbagai daerah di Indonesia, waluh dikenal dengan berbagai nama, seperti labu parang (Melayu), labu merah, labu manis, dan di beberapa tempat di Jawa disebut waluh.
Jenis Cucurbita moschata juga sering disebut sebagai "pumpkin" atau "winter squash". Asal-usul tanaman waluh diperkirakan dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, melalui perdagangan dan penjelajahan.
Mengenal Waluh Secara Ilmiah
Secara ilmiah, waluh yang paling umum dibudidayakan di Indonesia diklasifikasikan sebagai Cucurbita moschata. Klasifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Cucurbitales; Famili: Cucurbitaceae; Genus: Cucurbita; Spesies: Cucurbita moschata.
Istilah "waluh" atau "labu" di Indonesia kadang-kadang juga digunakan untuk spesies lain seperti Cucurbita maxima (labu raksasa) dan Cucurbita pepo (labu kuning). Namun, C. moschata adalah yang paling tahan terhadap hama dan penyakit di iklim tropis seperti Indonesia, sehingga menjadi pilihan utama budidaya.
Karakteristik buah C. moschata yang khas adalah bentuknya yang sering memanjang, dengan daging buah berwarna jingga tua dan tekstur yang padat serta tidak terlalu berserat.
Ciri-ciri Waluh
Waluh memiliki sistem perakaran yang luas dan dangkal, dengan akar tunggang yang tumbuh menembus tanah hingga kedalaman sekitar 30-50 cm, diikuti oleh banyak akar serabut yang menyebar secara horizontal. Sistem akar yang ekstensif ini membantu tanaman dalam menyerap air dan nutrisi dari area yang luas.
Batang waluh berbentuk herba (tidak berkayu), bersifat menjalar atau merambat di permukaan tanah, dan dapat mencapai panjang hingga lima meter. Batangnya berusuk, berbulu, dan memiliki ruas-ruas dimana dari setiap ruas dapat tumbuh daun, bunga, serta sulur (tendril). Sulur ini berfungsi sebagai alat untuk memanjat dan membelit penyangga.
Daun waluh berbentuk tunggal, bertangkai panjang, dan letaknya berselang-seling pada batang. Helai daunnya lebar, berbentuk menjari (palmatifid) dengan 5-7 lekukan, dan permukaannya kasar karena adanya rambut-rambut halus. Warna daun hijau, yang menandakan kandungan klorofil untuk proses fotosintesis.
Waluh adalah tanaman berumah satu (monoecious), artinya dalam satu individu terdapat bunga jantan dan bunga betina yang terpisah. Bunga jantan biasanya muncul lebih dahulu, bertangkai panjang, dan memiliki benang sari.
Bunga betina memiliki bakal buah (ovarium) di bagian bawah mahkota bunga yang nantinya akan berkembang menjadi buah setelah terjadi penyerbukan, biasanya dibantu oleh serangga seperti lebah.
Buah waluh termasuk buah pepo, yaitu buah berdaging dengan kulit luar yang relatif keras. Bentuk dan ukurannya bervariasi, dari bulat hingga lonjong, dengan berat bisa mencapai beberapa kilogram. Kulit buah ketika muda berwarna hijau, dan ketika matang berubah menjadi kuning tua hingga jingga.
Daging buahnya tebal, berwarna jingga terang, dengan tekstur yang lembut dan rasa manis. Di dalam daging buah terdapat rongga yang berisi banyak biji. Biji waluh berbentuk pipih, berwarna putih kecoklatan, dan kaya akan minyak dan protein.
Waluh Kukus, Salah Satu Olahan Waluh
Waluh adalah tanaman yang sangat multifungsi, dimana hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan, namun buahnya merupakan bagian yang paling bernilai secara komersial dan konsumsi.
Menurut Data Komposisi Pangan Indonesia, daging waluh kaya akan karbohidrat, serat pangan, vitamin A (dalam bentuk beta-karoten yang memberikan warna jingga), vitamin C, kalium, dan antioksidan. Beta-karoten dikenal sebagai prekursor vitamin A yang penting untuk kesehatan mata dan sistem imun. Kandungan seratnya yang tinggi baik untuk kesehatan pencernaan.
Waluh dapat diolah menjadi beragam hidangan, baik tradisional maupun modern. Salah satu olahan yang paling sederhana dan menyehatkan adalah **waluh kukus**. Dengan mengukusnya, nutrisi seperti vitamin yang larut air dapat lebih terjaga dibandingkan jika direbus.
Waluh kukus dapat disajikan langsung sebagai makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi, atau dicampur dengan sedikit gula aren sebagai camilan sehat. Olahan lainnya adalah kolak waluh, dimana potongan waluh dimasak dengan santan dan gula aren.
Waluh juga sering dihaluskan untuk dijadikan isian pai, bahan baku sup krim, campuran bubur, dodol, bahkan keripik. Biji waluh (pepitas) dapat dikeringkan dan dipanggang untuk dijadikan kuaci yang kaya akan mineral zinc. Dalam industri pangan, warna jingga alami dari waluh sering diekstrak sebagai pewarna makanan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


