profesi pustakawan yang seharusnya menjadi navigator pengetahuan di tengah arus disrupsi ai - News | Good News From Indonesia 2025

Profesi Pustakawan sebagai Navigator Pengetahuan di Tengah Arus Disrupsi AI

Profesi Pustakawan sebagai Navigator Pengetahuan di Tengah Arus Disrupsi AI
images info

Profesi Pustakawan sebagai Navigator Pengetahuan di Tengah Arus Disrupsi AI


Di tengah laju perkembangan teknologi dan pesatnya penggunaan kecerdasan buatan (AI), profesi pustakawan menghadapi berbagai tantangan sekaligus mendapatkan peluang besar. Stigma lama tentang pustakawan sebagai "Penjaga Buku" di balik layanan perpustakaan sudah dianggap kuno.

Saat ini, pustakawan dituntut untuk berubah menjadi navigator pengetahuan, pemberi edukasi literasi digital, dan pelayan pengunjung perpustakaan yang handal.

Isu penting bagi profesi tersebut adalah bagaimana menjaga hubungan antara perpustakaan dengan pustakawan, di saat setiap orang, di manapun dan kapanpun dapat punya akses ke setiap informasi, baik terverifikasi benar maupun tidak, dalam hitungan detik dengan klik sederhana di layar perangkatnya.

Tantangan utama saat ini adalah ketika AI mengancam minat baca dan kunjungan fisik. Kehadiran teknologi seperti ChatGPT menghadirkan 2 tantangan merugikan:

  1. Potensi Berkurangnya Minat Baca Masyarakat: Kekhawatiran muncul bahwa kemudahan mendapatkan ringkasan atau jawaban instan dari AI dapat menghilangkan minat masyarakat untuk membaca dan menelusuri sumber informasi secara mendalam.
  2. Menurunnya Kunjungan Fisik Perpustakaan: Penggunaan layanan digital yang makin canggih menyebabkan penurunan kunjungan fisik pengunjung perpustakaan.

Pustakawan dalam Jawab Tantangan Kecerdasan Buatan

Survei oleh Kompas pada Agustus 2025 menunjukkan bahwa 27,11% responden menilai AI dapat menurunkan minat baca dan kunjungan masyarakat ke perpustakaan (Arwan Subakti, 2025).

Menanggapi hal ini, Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Aziz pentingnya inovasi bagi pustakawan ahli utama ditegaskan sebagai tanggung jawab mutlak dan karakteristik penentu bagi terwujudnya masyarakat yang maju (Alditta Khoirun Nisa, 2024).

Untuk menjawab tantangan tersebut, peran pustakawan harus melakukan:

Penggerak Utama Mendorong Literasi Informasi dan Digital

Di era yang banjir dengan informasi ini, pustakawan adalah garda terdepan dalam memerangi hoaks dan disinformasi. Peran mereka kini harus terfokus pada pemberian edukasi yang kritis.

Pustakawan harus mengajarkan cara membedakan sumber yang valid dari deepfake atau informasi palsu yang diproduksi AI. Tugas ini mencakup pemberian pelatihan verifikasi fakta, mengajarkan keterampilan evaluasi sumber (source evaluation), dan membantu mengurangi kesenjangan digital dengan membimbing akses ke basis data ilmiah bagi komunitas yang kurang terlayani, seperti masyarakat pedalaman.

Singkatnya, pustakawan menjadi pelindung masyarakat dari dampak negatif meluasnya informasi digital.

Pelaku Riset dan Penyedia Sumber di lingkungan yang telah Andalkan AI

Pustakawan dituntut menjadi kolaborator aktif dalam proses penelitian, bukan hanya penyedia sumber. Pustakawan harus menguasai metodologi penelitian, analisis data, dan alat bantu riset modern (seperti Mendeley atau alat analisis sitasi).

Mereka menjadi konsultan akademik yang membantu masyarakat, mahasiswa, dan peneliti dalam strategi penelusuran literatur yang efektif, manajemen data riset, hingga pelatihan mengenai etika penulisan ilmiah di tengah maraknya penggunaan plagiarism checker web dan AI writing tools.

Peran ini menempatkan pustakawan sebagai pelaku strategis yang secara langsung berkontribusi pada peningkatan kualitas publikasi ilmiah dari sebuah penelitian.

Berperan dalam Komunitas Inovasi Sosial

Pustakawan harus proaktif keluar dari gedung dengan program yang berdampak positif pada masyarakat. Inisiatif seperti program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dan Perpustakaan Keliling merupakan wujud nyata dari peran ini.

Inisiatif tersebut, yang sudah mulai jarang ditemukan di lingkungan sekitar masyarakat, menjadi salah satu alasan mengapa tingkat literasi Indonesia menurun. Pustakawan menjadi mediator informasi yang tepat untuk peningkatan kualitas hidup, dengan memberikan layanan literasi yang mendukung keterampilan hingga digital marketing bagi UMKM.

Dengan menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan komunitas yang relevan, kunjungan fisik akan kembali meningkat karena masyarakat membutuhkan pengalaman dan layanan berbasis human touch yang tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan.

Mengenal CPD untuk Profesional

Solusi dari isu disrupsi ini terletak pada Pengembangan Profesi Berkelanjutan CPD (Continuous Professional Development). Mengapa harus CPD?

Karena CPD adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang terstruktur dan berkaitan dengan tujuan meningkatkan kompetensi profesional, meliputi aspek pengetahuan, keahlian, dan pengalaman.

Dengan peningkatan kompetensi CPD dan penguasaan AI secara bijak, ini akan menjadi kunci sukses bagi pustakawan agar tidak kalah saing dengan kecanggihan AI.

Pustakawan wajib menguasai kompetensi digital yang baru. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Adin Bondar, menekankan perpustakaan memiliki peluang penting dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 melalui peningkatan dan penguatan literasi (TATANG MULYANA SINAGA, 2024).

Namun pemanfaatan AI, misalnya, dapat mempercepat pengelolaan koleksi dan membuka akses informasi yang sebelumnya sulit dijangkau, contohnya dalam penerjemahan naskah kuno akan menjadi merugikan jika tidak dimanfaatkan dengan baik olehpenggunaannya.

Pada akhirnya, di era AI, pustakawan yang berhasil adalah pustakawan yang mau dan mampu berkembang dari pengelola koleksi menjadi fasilitator pengetahuan dan pemberi informasi masyarakat mengenai dampak negatif banjir informasi. Mereka adalah garda terdepan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DG
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.