"Bingung, nih, mau makan apa? Makan yang itu, tak boleh. Makan ini juga tak boleh. Tapi...aku ingin beratku turun". Sebut salah satu wanita dengan berbadan lebar dan besar.
Perempuan itu cukup tersiksa. Menerapkan tips diet dari salah satu media sosial beberapa bulan lalu. Bukan sehat yang didapat kemudian. Melainkan tubuh kurus dan rawan penyakit. Mungkin sekilas, tips diet itu berhasil. Tapi sejatinya ia sedang membangun penyakit baru tanpa ia sadari.
Mungkin, itu juga yang dialami oleh mereka, yang ingin hidup sehat. Punya tubuh proporsional. Sayangnya, mereka belum benar-benar tahu darimana informasi yang kredibel. Belum tahu seberapa valid tips sehat yang mereka dapat.
Di sisi lain, harus diakui juga, masih ada kenyataan dari Survei Status Gizi Indonesia yang menyebut masih di angka 19,8% untuk tahun 2024. Meski begitu, status gizi ini masih menjadi tantangan tersendiri dan perlu diperbaiki. Masih perlu segera tindakan nyata.
Kegelisahan inilah yang kemudian mendorong seorang gadis bernama Ayu Fauziyyah untuk membuat resep sehat dengan gizi yang tercukupi. Ia berinisiatif membuat resep itu pada media sosial. Ia melihat bahwa kini banyak orang di Indonesia telah beralih pada media sosial. Dari sinilah kemudian ia membuat sebuah media bernama "Pojok Gizi Indonesia".
Awalnya ia berkolaborasi dengan temannya yang memiliki semangat sama. Berusaha mengemas sedemikian rupa agar konten yang ia buat menarik. Dengan konten yang menarik, ia berharap lebih mudah dicerna oleh masyarakat. Disusun dengan kata-kata yang sederhana. Memakai visual yang menarik. Menyampaikan berdasarkan basis ilmiah agar informasi yang disebar benar-benar terpercaya dan bisa dipertanggungjawabkan.
Apa Tujuan dari Pojok Gizi?
Layaknya sebuah perjalanan, pasti memiliki tujuan yang ingin digapai. Pojok Gizi memiliki tiga tujuan utama dari yang awalnya sekadar memberi informasi masalah gizi berbasis ilmiah. Tujuan itu diantara lain memberi informasi yang akurat untuk masalah gizi kepada pakar gizi, mahasiswa gizi, dan tentunya masyarakat umum. Kedua, membantu meningkatkan status gizi di lingkup masyarakat. Ketiga, membantu menyediakan para mahasiswa gizi yang dalam meningkatkan skill dan pengetahuan.
Dalam membantu meningkatkan status gizi di masyarakat, pojok gizi setidaknya melakukan empat hal utama. Mulai dari pemberian makanan tambahan untuk balita di posyandu. Memberi makanan tambahan untuk lansia setiap hari Jumat di lingkungan sekitar. Pelatihan kader posyandu dan penyuluhan edukasi gizi ibu balita. Terakhir, edukasi gizi ke anak sekolah.
Di sisi lain, pojok gizi memfasilitasi mahasiswa gizi yang ingin meningkatkan kemampuan dengan melakukan tiga hal utama. Mulai dari membuat webinar dan sharing session yang berkaitan dengan skill dan kompetensi mahasiswa gizi. Pojok gizi juga membuat media edukasi dan kompetensi untuk mahasiswa gizi seperti Papan Gpad dan Nutrition Flashcard. Bahkan pojok gizi juga masih membuat bimbingan belajar bagi mereka untuk persiapan PKL gizi di rumah sakit dan puskesmas.
Harapan ke Depan Pojok Gizi
Pojok gizi tidak ingin berhenti di sini. Ia masih ingin mewujudkan mimpinya. Mimpi agar kegiatan pengabdian masyarakat meningkat. Menambah pelatihan kader posyandu. Menambah jumlah penyuluhan serta edukasi gizi.
Pojok gizi masih bermimpi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengetahuan gizi masyarakat dan mahasiswa gizi dengan pelatihan, webinar, dan instagram live. Masih ingin memperbanyak kolaborasi dengan berbagai pihak agar informasi gizi bisa tersebar lebih luas dan ahli gizi makin dikenal masyarakat. Pojok gizi masih bermimpi akan membuat aplikasi gizi untuk mempermudah proses gizi berstandar bagi ahli gizi dan mahasiswa gizi.
Di samping itu, pojok gizi juga memiliki harapan terhadap ekosistem edukasi kesehatan dan generasi muda. Setidaknya ada empat hal. Pertama, edukasi kesehatan harus menjadi gerakan bersama. Bukan hanya tenaga kesehatan. Kedua, generasi muda punya peran besar menyebarkan konten positif di era digital. Ketiga, literasi gizi meningkat dan mitos diluruskan, dan lahir generasi Indonesia yang sehat dan cerdas. Keempat, harapannya anak muda bukan hanya menjadi sekadar konsumen. Anak muda menjadi kreator konten kesehatan yang kredibel.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News