Sulawesi Selatan tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, tetapi juga dengan ragam kuliner tradisional yang menggugah selera. Salah satu hidangan yang mencerminkan kekayaan cita rasa dan tradisi masyarakat Bugis adalah barongko, kue tradisional berbahan dasar pisang yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Barongko adalah salah satu makanan khas tradisional dari Sulawesi Selatan yang memiliki cita rasa manis dan lembut.
Kudapan ini terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti pisang kapok yang sudah matang, santan, telur, dan gula. Kemudian, dibungkus rapi menggunakan daun pisang sebelum dikukus hingga matang.
Proses pembuatannya yang masih dilakukan secara tradisional menjadi bagian dari keunikan
Barongko. Daun pisang yang digunakan tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus, tetapi
juga memberikan aroma khas yang harum dan menambah kenikmatan saat disantap.
Teksturnya yang lembut berpadu dengan rasa manis alami dari pisang menjadikan Barongko
cocok dinikmati sebagai hidangan penutup maupun teman minum teh di sore hari.
Sejarah Kue Tradisional Barongko
Pada masa kerajaan Bugis dan suku Makassar, kue barongko merupakan hidangan istimewa
yang hanya disajikan untuk para raja dan bangsawan. Masyarakat biasa pada saat itu belum
dapat menikmati kelezatan barongko, karena kue ini dianggap sebagai simbol kemewahan dan kehormatan di lingkungan istana.
Seiring perkembangan waktu, kue barongko tidak lagi menjadi hidangan khusus untuk kalangan istana. Kini, camilan ini dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Bugis dan telah menjadi salah satu makanan khas yang melambangkan kekayaan kuliner Sulawesi Selatan.
Selain kelezatannya, makanan juga memiliki makna filosofis yang mendalam bagi
masyarakat Sulawesi Selatan. Dalam budaya Bugis, barongko berasal dari ungkapan barangku mua udoko yang berarti "barangku sendiri yang kubungkus."
Ungkapan ini melambangkan nilai siri ' atau harga diri yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis. Makna tersebut mengajarkan pentingnya menjaga harkat dan martabat diri sendiri sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai kehidupan dan budaya leluhur.
Makna filosofis lainnya terlihat dari bahan dasar barongko yang terbuat dari pisang dan
dibungkus dengan daun pisang. Pembungkus daun pisang ini melambangkan nilai kejujuran,
yaitu bahwa pikiran dan perasaan seseorang harus selaras dengan tindakannya.
Harmoni antara hati, pikiran, dan perbuatan mencerminkan kepribadian yang jujur serta mencerminkan nilai luhur dalam budaya masyarakat Bugis.
Kudapan tersebut biasanya disajikan dalam berbagai acara penting di Sulawesi Selatan, seperti
upacara pernikahan, acara syukuran, maupun prosesi adat seperti sunatan. Kehadirannya dalam setiap perayaan menjadi simbol kebahagiaan, kehormatan, dan rasa syukur masyarakat Bugis Makassar.
Kue barongko tidak hanya disajikan dalam acara-acara adat atau perayaan di Sulawesi Selatan, tetapi juga menjadi hidangan favorit masyarakat Bugis saat bulan Ramadan.
Menjelang waktu berbuka puasa, makanan tradisional ini sering dijadikan sebagai menu pembuka karena rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut. Di sepanjang jalan Kota Makassar maupun di berbagai daerah di Sulawesi Selatan, kue tersebut mudah dijumpai dijajakan oleh para penjual.
Bagi masyarakat Bugis, barongko dianggap sebagai makanan yang cocok untuk mengawali buka puasa karena memberikan rasa segar dan menenangkan setelah seharian berpuasa.
Pada tahun 2017, kudapan tersebut resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penetapan ini menjadi bukti bahwa barongko merupakan bagian penting dari identitas dan kekayaan kuliner tradisional masyarakat Sulawesi Selatan.
Pengakuan tersebut juga menegaskan bahwa cita rasa dan nilai budaya yang terkandung dalam kue Barongko adalah warisan asli bangsa Indonesia yang tidak dapat diambil maupun diklaim oleh negara lain.
Kue barongko memiliki keunikan tersendiri, baik dari cita rasanya maupun dari filosofi yang
terkandung di dalamnya. Sebagai salah satu warisan kuliner tradisional, makanan ini tetap
menjadi kue yang selalu nikmat dinikmati kapan saja.
Hingga kini, kelezatan dan makna budaya yang dimilikinya membuat barongko tidak kalah istimewa dibandingkan dengan aneka kue tradisional lainnya di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News