Halo, Kawan GNFI! Taukah Kawan tentang pentingnya akurasi sebuah alat, baik untuk pengukuran laboratorium, kesehatan, atau alat-alat disekitaran kita? Contohnya minuman dalam kemasan, semuanya dapat di konsumsi dan higenis. Hal itu karena telah melalui proses pengecekan dengan ketepatan alat yang canggih.
Lalu, apakah semua produksi barang akan melalui pengecekan dan ditulis secara manual? Yaps, dulu semuanya dilakukan secara manual dengan para profesional dibidangnya. Namun, seiring berkembangnya zaman dan memasuki era industri 4.0 sehingga semuanya serba digital.
Jika Kawan penasaran dengan bagaimana konsep kalibrasi alat di era digitalisasi ini, mari kita cari tahu bagaiaman sebuah tekonologi berkembang di era digital.
Pentingnya Melakukan Kalibrasi Alat Laboratorium
Menurut KBBI, kalibrasi merupakan tanda-tanda yang menyatakan pembagian skala. Sedangkan, menurut greenlab.co.id, kalibrasi adalah proses membandingkan alat ukur berdasarkan standart nasional/internasional.
Maknanya kalibrasi dapat menyelaraskan alat-alat ukur yang ada laboratorium dengan skala acuan baik standart nasional/internasional. Tujuannya agar alat tersebut menghasilkan pengukuran yang sebenarnya dan selalu konsisten dari waktu ke waktu.
Jadi, kalibrasi sangat penting yaitu untuk menjaga fungsi alat agar konsisten dan keakuratan hasil pengukuran dengan standart sebagai acuan. ISO/IEC 17025:2017 sebagai standar internasional dalam teknisi laboratorium pengujian dan kalibrasi.
Kini, laboratorium sudah menerapkan standar ini dengan memperkuat kualitas melalui manajemen risiko yang matang, dapat mengendalikan proses pengujian yang lebih presisi, evaluasi keberlanjutan, dan mendapatkan dokumentasi hasil uji secara digital. Dengan demikian, mudah diakses dan terpercaya.
Lalu, apakah semua alat perlu dilakukan kalibrasi? Tidak, kalibrasi dilakukan pada alat yang hasil pengukurannya berupa angka. Seperti neraca, labu takar, pipet volumetrik, spektrofotometer, dan lainnya.
Transformasi Kalibrasi, Manual ke Digital
Menurut artikel (Pranata, Rafsie Achmad), secara umum waktu yang dibutuhkan untuk pencatatan kalibrasi manual sekitar 50 menit. Karena proses ini membutuhkan 2 kali kerja, dimulai mencatat dengan kertas kemudian memindahkan ke software excel.
Dengan menjawab tantangan itu, terdapat peningkatan tekonologi dengan membuat sistem digital atau otomatis. Pada artikel yang ditulis (Pranata, Rafsie Achmad) mengatakan bahwa pembuatan sistem pelaporan hasil kalibrasi dapat meningkatan efisiensi waktu hingga 89% dari kalibrasi manual dan tetap mempertahankan nilai akurasi yang tinggi.
Selain itu, peralihan kalibrasi manual ke digital dibutuhkan keahlian SDM dengan menggunakan sertifikat kalibrasi digital. Seperti yang dilakukan Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Menuju Smart Lab di Era Digitalisasi
Untuk meningkatkan keahlian di bidang kalibrasi, BSN mengadakan webinar Digital Calibration Certificate yang dilaksanakan pada Mei 2025. Webinar ini dilakukan untuk meningkatkan SDM dan efisiensi pengelolaan data kalibrasi. Jadi, dipastikan dokumen kalibrasi tidak berbentuk kertas melainkan dalam bentuk digital yang dapat diakses dimanapun.
Selain kalibrasi digital untuk mengurangi bahan kertas, kalibrasi juga dilakukan dengan berbasis IoT (Internet of Things) sebagai alat komunikasi dengan sistem pemantauan. Dimana untuk menuju Smart Lab di era digital ini, memerlukan aspek otomatisasi.
Seperti halnya yang dilakukan (Tiyas, Wahyumulyaning Anis. dkk), sistem kalibrasi otomatis berbasis IoT akan membantu kalibrasi manual dengan menggunakan sensor. Tujuannya sama halnya dengan kalibrasi digital. Kalibrasi ini dapat diterapkan di berbagai bidang seperti pertanian cerdas.
Apakah Laboratorium Indonesia Siap menuju Smart Lab?
Siap ataupun belum, kita dituntut untuk melek akan teknologi dan terus beradaptasi ditengah dunia yang semakin digital. Untuk mempersiapkan smart lab kita perlu meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten.
Untuk mendukung SDM yang kompeten, kini sertifikat digital telah ditetapkan seperti halnya yang dilakukan BSN. Selain itu, sebagai pondasi dalam kalibrasi, standar ISO/IEC 17025:2017 menjadi acuan yang mencakup persyaratan lembaga, manajemen mutu, dan kesiapan digital.
Jadi, dalam era digital ini keakuratan kalibrasi bukan lagi sekadar hasil, tapi, komitmen terhadap sains yang lebih presisi dan terpercaya di masa depan. Selain itu digitalisasi mendukung kita untuk lebih aware terhadap keberlanjutan untuk mengurangi penggunaan kertas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News