yuyun ahdiyanti bangkitkan kampung ntobo jadi sentra tenun bima - News | Good News From Indonesia 2025

Yuyun Ahdiyanti Bangkitkan Kampung Ntobo Jadi Sentra Tenun Bima

Yuyun Ahdiyanti Bangkitkan Kampung Ntobo Jadi Sentra Tenun Bima
images info

Yuyun Ahdiyanti Bangkitkan Kampung Ntobo Jadi Sentra Tenun Bima


Yuyun Ahdiyanti menghidupkan kembali kain tenun Ntobo sebagai sumber harapan bagi perempuan Bima.

Di kaki perbukitan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Kampung Ntobo menunjukkan geliatnya. Suara alat tenun berpadu dari satu rumah ke rumah, bukan sekadar ritme tradisi, tapi denyut ekonomi baru bagi warganya. Di tengah keheningan yang dulu menyelimuti desa itu, tumbuh sosok Yuyun Ahdiyanti, sang pembawa angin perubahan yang dijuluki “Srikandi Penenun Asa”.

Dari Kegelisahan, Yuyun Ahdiyanti Hidupkan Kembali Kain Tenun Ntobo

Sejak kecil, Yuyun tumbuh dalam lingkungan di mana tenun adalah bagian dari kehidupan sehari-harinya. Namun, Ntobo tak pernah dikenal sebagai kampung tenun. Di kampungnya, menenun hanyalah kegiatan sampingan untuk kebutuhan adat. Dari sana, tumbuh satu pertanyaan besar dalam dirinya:

“Mengapa warisan budaya yang bernilai tinggi tak mendapat penghargaan ekonomi yang setimpal?”

baca juga

Kegelisahan itu menuntunnya pada tekad besar agar tenun khas Bima bisa dikenal lebih luas. Pada 2015, Yuyun mencoba langkah kecil, memasarkan tenun hasil buatan ibunya lewat media sosial. Awalnya banyak yang ragu, sebagian orang menganggap langkahnya “terlalu berani” karena pasar tenun tradisional dianggap sempit. Tapi Yuyun tetap melangkah, ia belajar pewarnaan alami, memahami filosofi motif, dan menekuni strategi digital marketing, untuk menjawab keraguan itu.

Hasilnya tak instan, tapi langkah kecil itu mulai berbuah. Dari unggahan sederhana, pembeli berdatangan, pesanan datang silih berganti. Namun, keberhasilan itu justru menyingkap realitas lain, di sekitarnya banyak perempuan berhenti menenun karena hasilnya tak sebanding dengan tenaga yang dicurahkan. Kondisi itu membangkitkan tekad Yuyun untuk mengangkat martabat para penenun, agar mereka tak sekadar disebut “pengrajin”, tapi perempuan yang berdaya dan mandiri.

UKM Dina Bangkitkan Kain Tenun Ntobo

Dari semangat itu, lahirlah UKM Dina pada tahun 2015, dinamai dari nama ibunya sebagai penghormatan atas sosok perempuan pekerja keras yang menginspirasinya. Melalui UKM ini, para penenun tak lagi berjalan sendiri. Yuyun memberikan pelatihan, bahan baku, dan pendampingan agar mereka bisa naik kelas tanpa kehilangan akar budaya.

UKM Dina mengembangkan produksi Tembe Nggoli, kain tenun khas Bima yang dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Warisan ini telah ada sejak masa nenek moyang, diwariskan turun-temurun dengan makna filosofis yang mendalam.

“Setiap helai tenun adalah doa,” ujar Yuyun dalam wawancaranya bersama GNFI (2024).

Filosofi itulah yang Yuyun bawa ketika memperkenalkan Tembe Nggoli ke pasar modern.

Melalui UKM Dina, Yuyun menciptakan ruang belajar dan berkarya bagi perempuan desa, tempat di mana tangan-tangan mereka kembali punya makna.

Inovasi UKM Dina di Masa Pandemi

UKM Dina terus tumbuh, Yuyun dan timnya berinovasi mengadaptasi motif klasik menjadi produk modern seperti tas, syal, dan busana kasual. Yuyun juga memperkenalkan konsep eco-fashion, menggunakan pewarna alami dari daun mangga dan kulit jambu, agar setiap kain tak hanya indah, tapi juga ramah lingkungan.

Namun, tahun 2020, pandemi COVID-19 sempat menjadi ujian berat. Pameran dibatalkan, pesanan menurun drastis, dan ruang gerak dibatasi. Di saat banyak pelaku usaha menyerah, Yuyun justru memilih untuk bertahan lewat strategi baru. Mengubah masa sulit itu menjadi momen belajar, melatih para penenun dan anggota komunitas menggunakan media digital untuk promosi dan penjualan daring.

Strategi itu berhasil. Dalam dua tahun selanjutnya, di 2021 sampai 2023, Tembe Nggoli mulai menembus pasar global melalui e-commerce, hingga ikut dalam pameran virtual.

Pandemi yang semula dianggap titik lemah, justru menjadi titik balik. UKM Dina tumbuh lebih adaptif, modern, dan mandiri. Melahirkan generasi penenun baru yang tidak hanya terampil di tangan, tapi juga cerdas membaca zaman.

baca juga

Kampung Ntobo Bangkit Bersama Benang Harapan

Kini, Kampung Ntobo dikenal luas sebagai sentra ekonomi kreatif berbasis tenun. Banyak peminat datang bukan sekadar berbelanja, tapi juga ingin menyaksikan langsung proses menenun yang sarat makna.

Foto Pribadi Milik Yuyun Ahdiyanti
info gambar

Pengunjung Belajar Menenun Bersama Yuyun Ahdiyanti


Hasil wawancara dengan Yuyun Ahdiyanti menunjukkan bahwa saat ini UKM Dina menaungi lebih dari 200 penenun aktif, serta sekitar 15 orang penjahit dan pengrajin handicraft yang terlibat dalam proses produksi. Dengan manajemen yang rapi dan sistem kerja yang saling mendukung, UKM ini telah menjadi tulang punggung ekonomi bagi perempuan-perempuan di Ntobo. Dari kerja kolektif itu, omzet yang dihasilkan pun tak main-main, mencapai Rp100 juta hingga Rp300 juta per bulan.

Tak berhenti di sana, Yuyun juga membuka kolaborasi dengan akademisi dari berbagai universitas di Nusa Tenggara Barat. Bersama mereka, ia mengembangkan riset tentang pewarna alami dan teknologi nanopartikel ramah lingkungan, sebagai inovasi keberlanjutan industri tenun tradisional. Yuyun pun aktif mengajak pelajar dan anak muda desa mengenal proses menenun, agar budaya ini tetap hidup lintas generasi.

Kini, Tembe Nggoli hasil karya UKM Dina telah menembus pasar internasional, mengundang kekaguman para wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang datang ke Ntobo.

Atas dedikasi dan visinya, Yuyun Ahdiyanti meraih penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards ke-15 di bidang kewirausahaan. Namun bagi Yuyun, penghargaan itu bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal dari kisah panjang perempuan-perempuan Ntobo dalam menjaga warisan dan menumbuhkan harapan.

baca juga

Yuyun percaya, selama masih ada perempuan Ntobo yang menenun dengan hati, maka benang harapan akan terus dirajut, menguatkan warisan budaya dan menghidupkan ekonomi lokal.

Mari, dukung karya lokal dan cintai produk budaya bangsa. Karena setiap tenunan yang dibuat dengan hati, sejatinya sedang menenun Indonesia yang lebih indah dan berdaya.

#kabarbaiksatuindonesia!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.