dari party geser ke tren olahraga yang healthy - News | Good News From Indonesia 2025

Dari "Party" Bergeser menuju Tren Olahraga yang "Healthy"

Dari "Party" Bergeser menuju Tren Olahraga yang "Healthy"
images info

Dari "Party" Bergeser menuju Tren Olahraga yang "Healthy"


Bicara soal “keren”, saya jadi teringat ketika zaman dulu di film-film, media sosial, atau cerita teman, "keren" itu identik dengan nongkrong di pesta malam, minum-minum sampai lupa waktu, atau bergadang party hingga pagi. Itu dianggap gaya hidup bebas, budaya kebarat-baratan, dan petualangan muda-mudi.

Namun, sekarang? Jika Kawan GNFI membuka Instagram atau TikTok, yang ramai justru video workout pagi, challenge lari 10K, atau tips real-food. Sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR), saya melihat ini bukan sekadar tren sementara.

Ini merupakan perubahan besar, di mana tren olahraga—yang didorong oleh generasi muda, seperti gen milenial dan gen Z—telah mendominasi publik dengan gaya hidup sehat dan menggeser budaya party yang destruktif.

baca juga

Bahkan, tren ini bisa menjadikan kita sebagai agen perubahan untuk bangsa yang lebih baik dan selaras dengan Pancasila sebagai dasar kebangsaan.

Dulu, tren party dan minum miras memang sangat populer, terutama di kalangan muda. Di era 2000-an awal, pesta clubbing atau nongkrong di bar dianggap simbol kesuksesan—bebas dari aturan orang tua, ekspresi diri di tengah tekanan sekolah, kuliah, atau kerja.

Namun efeknya? Banyak yang berujung masalah, seperti kecanduan alkohol, rusaknya kesehatan, hingga kerusuhan dan kecelakaan lalu lintas.

Data dari BNN (Badan Narkotika Nasional) menyatakan, tingginya penyalahgunaan zat adiktif di kalangan remaja saat itu menyebabkan produktivitas bangsa turun. Pancasila, khususnya sila kedua tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, sebenarnya sudah mengingatkan kita akan pentingnya hidup sehat dan bertanggung jawab, bukan merusak diri sendiri atau orang lain. Hanya saja, dulu budaya tersebut nampaknya luput dari nilai-nilai bangsa kita.

Nah, memasuki era digital sekarang, tren olahraga telah berusaha mengubah semuanya, dengan kontribusi signifikan dari generasi milenial (lahir 1981—1996) dan Gen Z (lahir 1997—2012).

Kemajuan zaman seperti smartphone dan media sosial telah memudahkan akses berbagai kegiatan olahraga dan hidup sehat. Contohnya aplikasi seperti Strava atau MyFitnessPal yang membantu track aktivitas harian, komunitas online, challenge virtual, dan influencer lokal dari gen milenial seperti dr. Tirta yang kerap membagikan konten edukasi fitness, kesehatan, dan tips gaya hidup sehat.

baca juga

Pasca-pandemi COVID-19, survei Kemenkes menunjukkan partisipasi olahraga di kalangan muda naik sekitar 25%, dari jogging santai sampai HIIT (high-intensity interval training).

Tren ini mendominasi karena dianggap praktis, tidak menguras isi dompet, bisa dilakukan kapan aja, dan hasilnya pun nyata. Badan menjadi bugar dan pikiran pun lebih jernih.

Lalu, bagaimana dengan nasib tren party sekarang? Jawabannya, tentu masih ada. Namun, publik sekarang lebih banyak beralih ke “sober party” atau event olahraga malam seperti night run yang sehat dan fun tanpa hangover besoknya.

Pergeseran ini tidak hanya soal gaya hidup pribadi, tetapi potensi besar untuk kebangsaan. Pancasila selalu mengajarkan kita persatuan dalam keragaman (sila ketiga) dan keadilan sosial (sila kelima).

Tren sehat yang didorong oleh generasi muda ini bisa jadi senjatanya. Bayangkan kalau kita ubah budaya party yang destruktif menjadi gerakan massal olahraga untuk gotong royong.

Di jurusan PJKR, saya belajar bahwa pendidikan jasmani bukan hanya soal mengajarkan gerak badan, tetapi juga karakter nasionalis. Misalnya, kita bisa mencoba mengintegrasikan permainan tradisional seperti gobak sodor atau egrang ke program sekolah, agar anak-anak nantinya mengenal budaya sendiri sambal tetap aktif bergerak.

Hal tersebut dapat menggeser mindset dari “keren kalau mabuk” jadi “keren kalau sehat dan bugar”. Generasi milenial dan gen Z sebagai agen perubahan yang tumbuh dengan berbagai kemudahan akses, bisa menyebarkan pesan ini lewat konten viral—kurangi stunting, obesitas, dan masalah mental yang membuat bangsa kita melemah.

baca juga

Dengan demikian, ketika menuju Indonesia Emas 2045 nantinya, generasi sehat ini mampu menjadi tulang punggung ekonomi dan sosial-budaya yang kuat.

Meski begitu, tantangan tentunya akan selalu ada. Di daerah pelosok, akses fasilitas olahraga masih cukup susah, pengaruh tren party lama pun masih menempel di beberapa komunitas.

Di sinilah peran PJKR agak krusial, yaitu bagaimana kita bisa mendesain program inklusif yang menggabungkan olahraga dan diskusi nilai bangsa yang menarik dan mudah diakses meski di daerah pelosok.

Intinya, pergeseran dari tren party-party dan mabuk menjadi tren hidup sehat ini merupakan langkah cerdas menuju perubahan positif, di mana kita jadi agen utama buat bangsa lebih baik.

Pancasila bukan sekadar hafalan saja, tapi aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mari mulai dari sekarang, kita tinggalkan pesta destruktif, pilih gerak sehat, dan ajak orang sekitar. Karena suatu perubahan besar, pastinya dimulai dari langkah kecil dan kesadaran diri sendiri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.