Kawan GNFI, di tengah derasnya arus informasi digital, masih ada hal-hal yang sulit dibicarakan secara terbuka. Salah satunya adalah topik tentang kesehatan seksual dan reproduksi. Banyak remaja ingin tahu, tetapi takut untuk bertanya. Ada rasa malu, dan ada pula rasa takut dihakimi.
Namun bagi Alvin Theodorus, diam bukan pilihan. Ia melihat masalah ini bukan sebagai aib, melainkan sebagai celah pengetahuan yang perlu diisi. Bersama tiga rekannya, Alvin mendirikan Tabu.id, sebuah platform edukasi dan advokasi kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja Indonesia.
Dari keberanian kecil itu, lahirlah gerakan besar yang kemudian membuatnya meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 di bidang kesehatan untuk wilayah DKI Jakarta.
Menembus Keheningan Menuju Ruang Aman
Ide Tabu.id berawal dari kegelisahan Alvin ketika masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Saat mengikuti kompetisi inovasi kesehatan, ia dan timnya menyadari satu hal penting: banyak remaja tidak memiliki akses terhadap informasi kesehatan seksual yang benar dan mudah dipahami.
“Topik ini terlalu sering disembunyikan, padahal dampaknya nyata,” ujar Alvin dalam sebuah wawancara dengan Indonesiana.id.
Mereka kemudian menciptakan platform digital yang ramah remaja dengan pendekatan peer educator atau pendidik sebaya. Melalui Instagram, TikTok, podcast, dan sesi diskusi daring, Tabu.id menyajikan edukasi dengan gaya yang santai tetapi tetap berbasis data.
Bahasa yang Menyentuh dengan Data yang Kuat
Salah satu kekuatan Tabu.id adalah kemampuannya menyampaikan hal yang sensitif tanpa menyinggung. Melalui kampanye #TidakLagiTabu, mereka berusaha mengubah pandangan bahwa membicarakan tubuh sendiri adalah hal yang memalukan.
Konten mereka beragam, mulai dari infografis berisi mitos dan fakta, kisah inspiratif dari remaja, hingga edukasi tentang kesehatan mental dan relasi yang sehat. Semua dikemas dengan desain yang menarik dan bahasa yang bersahabat.
Melalui unggahan di akun Instagram @tabu.id, ribuan remaja kini bisa belajar tanpa merasa takut atau dihakimi.
Penghargaan yang Menjadi Awal Perjalanan
Pada tahun 2021, kiprah Alvin dan Tabu.id mendapat pengakuan nasional melalui Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra. Penghargaan ini diberikan kepada anak muda yang berkontribusi nyata bagi masyarakat di berbagai bidang.
Namun bagi Alvin, penghargaan itu bukanlah puncak pencapaian. 'Ini baru langkah awal,' ujarnya dengan rendah hati. ‘Kami ingin terus memperluas jangkauan Tabu.id ke sekolah-sekolah dan komunitas remaja di seluruh Indonesia.’
Penghargaan tersebut menjadi bukti bahwa isu yang dahulu dianggap tabu kini diakui penting, bahkan strategis, untuk membangun generasi muda yang sehat dan berdaya.
Melangkah Tegar di Tengah Tantangan
Membangun gerakan di bidang yang sensitif tentu penuh tantangan. Alvin dan timnya pernah mengalami penolakan ketika hendak mengadakan diskusi di sekolah, karena topiknya dianggap tidak pantas. Ada pula pihak yang salah paham dan menilai Tabu.id terlalu berani.
Namun, alih-alih menyerah, Alvin memilih untuk terus berdialog. Ia meyakini bahwa perubahan hanya bisa terjadi melalui pendekatan yang inklusif dan empatik. 'Kami tidak ingin memaksa, kami ingin mengajak,' ujarnya.
Selain tantangan sosial, mereka juga menghadapi keterbatasan dana dan sumber daya. Sebagian besar kegiatan Tabu.id dijalankan oleh para relawan. Tetapi justru di situlah letak keindahan gerakan ini, karena lahir dari semangat gotong royong dan keinginan tulus untuk membantu sesama.
Dampak Nyata Tabu.id untuk Remaja Indonesia
Tak hanya berfokus pada edukasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, Tabu.id juga terus menyesuaikan diri dengan dinamika sosial anak muda masa kini.
Pada Rabu, 18 Juni 2025, Tabu.id menggelar webinar bertajuk “Cari Pacar atau Cari yang Lain? Ngobrolin Dating Apps Bareng Pakar” yang diselenggarakan secara gratis melalui Zoom.
Acara ini dipandu oleh Anti Dwita, selaku Stakeholder Engagement Officer TCID, dengan menghadirkan dua pembicara yang ahli di bidangnya: Andhika Ajie Baskoro, peneliti di Pusat Riset Kependudukan BRIN yang tergabung dalam Kelompok Riset Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi, serta Dian Wisnuwardhani, M.Psi., seorang psikolog dan relationship coach.
Melalui diskusi ini, para peserta diajak untuk memahami fenomena penggunaan dating apps dari sisi psikologis dan sosial, termasuk bagaimana cara menggunakan platform tersebut dengan aman dan bertanggung jawab.
Dalam unggahan di akun Instagram resmi Tabu.id, tim menuliskan pesan yang ringan namun bermakna:
“Makin banyak yang main dating apps, tapi masih banyak juga, loh, yang belum tahu gimana cara pakenya biar aman dan beneran bisa ketemu pasangan yang sehat.”
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa Tabu.id tidak hanya fokus pada edukasi seputar tubuh dan reproduksi, tetapi juga berperan aktif dalam membantu remaja memahami relasi modern dengan cara yang sehat, beretika, dan penuh kesadaran diri.
Kini, Tabu.id telah menjangkau lebih dari 109.000 pengguna aktif di platform Instagram dan ratusan ribu di paltform digital lain. Mereka rutin mengadakan kelas daring, kolaborasi dengan lembaga pendidikan, serta webinar bersama tenaga kesehatan profesional.
Salah satu program yang paling menarik perhatian adalah 'Tabu Punya Cerita', di mana remaja dapat mengirimkan pengalaman mereka secara anonim. Program ini menjadi jembatan emosional antara edukasi dan empati, bukti bahwa edukasi bisa terasa hangat tanpa kesan menggurui.
Selain itu, Tabu.id juga bekerja sama dengan beberapa sekolah di DKI Jakarta untuk memberikan pelatihan pendidik sebaya, agar diskusi tentang kesehatan seksual dan reproduksi dapat terus berlanjut tanpa ketergantungan pada satu pihak.
Menjadikan Tabu Sebagai Harapan
Kawan GNFI, kisah Alvin Theodorus adalah kisah tentang keberanian membuka percakapan yang selama ini tertutup. Di tengah masyarakat yang masih berhati-hati terhadap isu kesehatan seksual, ia memilih untuk tidak diam. Ia mengubah stigma menjadi kesempatan untuk belajar bersama.
Melalui Tabu.id, Alvin membuktikan bahwa pendidikan yang berpijak pada empati mampu menumbuhkan perubahan nyata. Ia tidak sekadar berbicara tentang kesehatan, tetapi juga tentang martabat manusia. Setiap remaja berhak tahu tentang tubuhnya, kesehatannya, dan haknya untuk hidup dengan aman serta bermartabat.
Semoga langkah Alvin menjadi inspirasi bagi banyak Kawan GNFI lainnya. Sebab perubahan, sekecil apa pun, selalu dimulai dari keberanian untuk berbicara. Dan terkadang, dari hal yang dulu dianggap tabu, justru lahir sesuatu yang paling berarti.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News