organisasi putera dari alat propaganda jepang menjadi wadah kebangkitan nasional - News | Good News From Indonesia 2025

Organisasi PUTERA: Dari Alat Propaganda Jepang jadi Wadah Kebangkitan Nasional

Organisasi PUTERA: Dari Alat Propaganda Jepang jadi Wadah Kebangkitan Nasional
images info

Organisasi PUTERA: Dari Alat Propaganda Jepang jadi Wadah Kebangkitan Nasional


Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945), bangsa Indonesia mengalami masa penuh propaganda, pengawasan, dan tekanan militer.

Namun, di balik strategi Jepang yang tampak menindas, terdapat celah yang justru dapat dimanfaatkan para tokoh nasional untuk menumbuhkan semangat kebangsaan.

Salah satu contoh nyata dari fenomena ini adalah berdirinya PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), sebuah organisasi bentukan Jepang yang secara tidak langsung menjadi wadah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. 

Sejarah Berdirinya PUTERA

Mengutip dari buku "Sejarah Indonesia Modern 1200-2004" karya M.C Ricklefs menjelaskan pendirian PUTERA atau Pusat Tenaga Rakyat didirikan oleh pemerintah pendudukan Jepang pada 9 Maret 1943 sebagai pengganti organisasi sebelumnya, Gerakan Tiga A.

Tujuan utama pembentukan PUTERA adalah untuk menggalang dukungan rakyat Indonesia bagi kepentingan perang Jepang di Asia Timur Raya, terutama setelah posisi militer Jepang mulai terdesak dalam Perang Dunia II.

baca juga

Namun, berbeda dengan Gerakan Tiga A yang sepenuhnya dikelola oleh Jepang, PUTERA memberikan ruang lebih besar bagi tokoh-tokoh Indonesia untuk tampil di depan publik. Jepang menyadari bahwa untuk menarik simpati rakyat, mereka membutuhkan figur nasional yang dihormati.

Karena itu, mereka menunjuk empat tokoh besar Indonesia yang dikenal sebagai “Empat Serangkai”, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.

Secara resmi, PUTERA berada di bawah kendali pemerintah Jepang, tetapi dalam praktiknya organisasi ini menjadi alat diplomasi politik cerdas bagi para tokoh nasional untuk menanamkan semangat kebangsaan di tengah penjajahan.

Tokoh-Tokoh PUTERA

1. Ir. Soekarno

Sebagai pemimpin utama PUTERA, Soekarno memanfaatkan organisasi ini untuk menyampaikan gagasan kebangsaan dan persatuan rakyat Indonesia. Melalui pidato-pidato yang disiarkan radio dan surat kabar, ia menanamkan nilai kerja keras, disiplin, dan semangat gotong royong yang dibungkus dengan narasi mendukung Jepang, namun sesungguhnya membangkitkan kesadaran nasional.

2. Drs. Mohammad Hatta

Hatta berperan sebagai penyeimbang dan pemikir strategis di tubuh PUTERA. Ia menyadari risiko kerja sama dengan Jepang, namun melihat peluang untuk memperkuat basis politik rakyat. Dalam berbagai kesempatan, Hatta menekankan pentingnya pendidikan politik dan pembentukan kader bangsa untuk menghadapi masa depan setelah penjajahan berakhir.

3. Ki Hadjar Dewantara

Sebagai tokoh pendidikan, Ki Hadjar Dewantara memanfaatkan PUTERA untuk mengembangkan kesadaran intelektual masyarakat. Ia menanamkan nilai-nilai kemandirian dan kebudayaan nasional melalui pendidikan informal dan kegiatan sosial, meski dalam batas yang diizinkan oleh Jepang.

4. K.H. Mas Mansyur

Tokoh ulama yang dikenal moderat ini memiliki peran penting dalam menghubungkan PUTERA dengan kalangan santri dan masyarakat Islam. Ia berusaha menyeimbangkan propaganda Jepang dengan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan, agar umat tidak terseret begitu saja dalam kepentingan penjajah.

baca juga

Keempat tokoh ini bekerja sama dengan sangat hati-hati. Walau mereka tampak bekerja di bawah Jepang, mereka membangun kesadaran nasional yang tersembunyi di balik retorika resmi yang pro-Jepang. Di sinilah kecerdasan politik bangsa Indonesia mulai menampakkan bentuknya.

Namun, setelah beberapa waktu, Jepang mulai merasa bahwa PUTERA tidak lagi efektif untuk kepentingan mereka. Alih-alih memperkuat semangat pro-Jepang, organisasi ini justru memperkokoh nasionalisme Indonesia.

Akibatnya, pada tahun 1944, PUTERA dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan digantikan oleh Jawa Hokokai, yang lebih ketat dalam pengawasan militer.

PUTERA menjadi contoh unik bagaimana bangsa Indonesia memanfaatkan situasi penjajahan untuk kepentingan nasionalnya sendiri. Meskipun dibentuk oleh Jepang untuk tujuan propaganda perang, organisasi ini justru menjadi wadah yang memperkuat kesadaran politik, memperluas jaringan perjuangan, dan menumbuhkan semangat persatuan di tengah tekanan kolonialisme.

Para tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam membaca situasi politik. Mereka sadar bahwa perjuangan tidak selalu dilakukan dengan senjata, tetapi juga dengan strategi, diplomasi, dan pendidikan kesadaran nasional.

Meskipun PUTERA hanya bertahan singkat, warisan ideologinya tidak pernah padam. Dari wadah inilah tumbuh generasi yang siap menyambut kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. PUTERA bukan sekadar organisasi bentukan penjajah, melainkan simbol kecerdikan dan semangat bangsa Indonesia dalam memanfaatkan setiap kesempatan untuk menuju kemerdekaan sejati.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.