hari santri nasional 2025 refleksi sejarah dan makna filosofis dibalik logo pita cakrawala - News | Good News From Indonesia 2025

Hari Santri Nasional 2025: Refleksi Sejarah dan Makna Filosofis Dibalik Logo Pita Cakrawala

Hari Santri Nasional 2025: Refleksi Sejarah dan Makna Filosofis Dibalik Logo Pita Cakrawala
images info

Hari Santri Nasional 2025: Refleksi Sejarah dan Makna Filosofis Dibalik Logo Pita Cakrawala


Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Perayaan ini dilakukan sebagai refleksi atas peran para ulama dan santri dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Saat itu, para santri tidak hanya berkutat dengan kegiatan keagamaan, melainkan juga aktif melakukan perlawanan terhadap penjajah. Hal ini selaras dengan pandangan para santri akan pentingnya kemerdekaan hidup sebagai suatu bangsa 

Hal inilah yang mendorong para santri untuk melakukan sebuah strategi perang yang kelak berguna pasca kekalahan Jepang. Strategi apakah itu? Selamat membaca!

baca juga

Gagasan Ulama Sebelum Kemerdekaan: Pelatihan Militer untuk Para Santri

Para ulama pesantren memiliki visi yang berbeda dari sebagian besar masyarakat sebelum kemerdekaan. Para ulama ini memandang perlunya pelatihan perang untuk para santri jika kelak Jepang mengalami kekalahan. Hal ini bukannya tak berdasar, bagi mereka, kekuatan perlawanan berada di tangan para pemuda.

Dikutip dari artikel NU Online, K.H. Hasyim Asy’ari, Ketua Jawatan Agama (Shumubu), yang diwakili K.H. Abd. Wahid Hasyim melakukan negosiasi bersama Pemerintahan Jepang di Hindia Belanda untuk memberikan pelatihan militer kepada para santri, dengan syarat pelatihan ini akan berdiri sendiri. 

Hal inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Laskar Hizbullah pada November 1943. Awalnya, laskar ini beranggotakan 150 santri yang berasal dari Karesidenan di Jawa dan Madura. Pelatihan mulai dilaksanakan di Markas Tertinggi Hizbullah yang terletak di daerah Cibarusa, Bogor pada awal tahun 1944. 

Langkah pertama ini menggugah lebih banyak santri untuk mengikuti pelatihan militer yang kelak menjadi bekal perlawanan Indonesia saat Belanda hendak menguasai kembali Indonesia pasca kekalahan Jepang.

Penyerangan Belanda dan Revolusi Jihad NU

Kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir perjuangan. Bagi Rakyat Indonesia, peristiwa ini mendorong perlawanan yang lebih keras untuk mempertahankan kebebasan yang diperoleh.

Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang saat itu menggandeng tentara Inggris hendak kembali menginjakkan kaki dan merebut kekuasaan di Indonesia pasca kekalahan Jepang.

Hal ini yang mendorong pertemuan para ulama cabang NU dari Jawa dan Madura untuk mendiskusikan sikap dan tindakan yang perlu diambil guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari Belanda.

Buah dari pertemuan tersebut menghasilkan Resolusi Jihad NU yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945. Menurut KH. Ng Agus Sunyoto dalam karyanya “Fatwa dan Resolusi Jihad”, dikutip dari artikel NU Online, resolusi tersebut memuat tiga poin penting terkait:

  1. Kewajiban setiap umat muslim untuk memerangi setiap pihak yang menghalangi suatu bangsa dalam mencapai kemerdekaannya.
  2. Hukum bagi orang yang meninggal dalam peperangan melawan musuh, dalam hal ini NICA dan sekutunya, adalah mati syahid.
  3. Hingga hukum bagi mereka yang memecah belah suatu bangsa. 

Atas dasar resolusi tersebut, dengan berbekal bambu runcing, para santri dengan berani ikut serta dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dan Semarang. Dari peristiwa tersebut lahir perlawanan di daerah lain, seperti Jatingaleh, Gombel, Ambarawa, hingga Parakan.

Tidak berhenti di sini, pada muktamar NU ke-16 pada Maret 1946, semangat Resolusi Jihad NU kembali digelorakan. “Tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan.” tegas K.H. Hasyim Asyari, dikutip dari artikel NU Online. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai hubbul wathon minal iman (cinta tanah air bagian dari iman) yang dicetuskan oleh beliau, bahwa perjuangan mempertahankan kedaulatan negara adalah bagian dari kewajiban agama.

Cikal Bakal Hari Santri Nasional

Resolusi Jihad NU yang dicetuskan oleh para ulama akhirnya menjadi landasan lahirnya Hari Santri Nasional pada 22 Oktober. Hal ini diresmikan melalui Keppres RI No. 22 Tahun 2015.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menerima usulan adanya peringatan hari santri dalam kunjungannya di Pondok Pesantren Babussalam, Malang, Jawa Timur. Awalnya, Presiden Joko Widodo mengusulkan 1 Muharram sebagai tanggal perayaan tersebut.

Namun, dikutip dari artikel NU Online, Presiden Joko Widodo akhirnya memilih tanggal 22 Oktober atas pertimbangan para ulama yang menyarankan tanggal tersebut kaitannya dengan sejarah Resolusi Jihad NU pada tahun 1945. Bagi Presiden Joko Widodo, perayaan hari santri perlu dihelat setiap tahun sebagai refleksi atas perjuangan para ulama dan santri dalam memperjuangkan dan membangun Bangsa Indonesia hingga hari ini.

Hal ini sejalan dengan pernyataan K.H. Abdul Ghofar Rozin yang masih dikutip dari artikel yang sama, “Ini wujud dari hak negara dan pemimpin bangsa, memberikan penghormatan kepada sejarah pesantren, sejarah perjuangan para kiai dan santri. Kontribusi pesantren kepada negara ini, sudah tidak terhitung lagi.”

baca juga

Makna Logo Hari Santri Nasional 2025

Logo Pita Cakrawala dalam Peringatan Hari Santri Nasional 2025
info gambar

Logo Peringatan Hari Santri Nasional 2025|Sumber Foto: Kemenag RI


Dirujuk dari publikasi Kemenag RI, pada tahun 2025 ini, Hari Santri Nasional mengangkat tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”. Logo yang digunakan mengangkat pola pita cakrawala dengan 6 warna. 

Pita Cakrawala adalah analogi para santri sebagai sebuah ikatan yang menguatkan bangsa, sosok yang melalui perjalanan panjang dengan pandangan luas yang dapat menuntun langkah masa depan. 

Pita tersebut memiliki 6 warna yang bermakna sebagai keberagaman yang menyatukan semangat persatuan. Selain itu, warna-warni pita juga melambangkan kontribusi para santri dalam berbagai bidang, seperti agama, pendidikan, sosial, budaya, hingga kebangsaan.

Bentuknya yang melengkung naik menandakan perjalanan santri dalam sejarah bangsa. Bagaimana peran santri tidak hanya menjaga, tetapi juga membangun dan memajukan peradaban.

Kemudian, pita cakrawala yang terdiri dari enam pita yang saling bertautan menggambarkan enam kekuatan utama santri, yaitu iman, ilmu, amal, akhlak, persatuan dan perjuangan. Sedangkan tipografi “Hari Santri 2025” yang terletak di bagian paling bawah menandakan peran santri sebagai fondasi yang teguh dalam menjaga dan mengawal kemerdekaan Indonesia, hingga melanjutkan perjuangan untuk membawa nilai rahmatan lil ‘alamin dalam peradaban global.

Dan yang terakhir, titik temu dari keenam pita tersebut menggambarkan universalitas yang menjadikan santri sebagai tempat perjumpaan global, baik antarbangsa dan antarbudaya. Dari logo tersebut, peran santri masih sangat relevan hingga hari ini, baik sebagai pengawal kemerdekaan, pembangunan bangsa, hingga titik temu bagi tercapainya perdamaian global.

Dengan demikian, refleksi sejarah dan makna filosofis dibalik logo Hari Santri Nasional 2025. Semoga perayaan ini dapat mendorong kontribusi santri yang lebih besar bagi masa depan Indonesia. Selamat merayakan dengan hikmat!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.