dua spesies baru anggrek ditemukan di raja ampat seperti apa wujudnya - News | Good News From Indonesia 2025

Dua Spesies Baru Anggrek Ditemukan di Raja Ampat, Seperti Apa Wujudnya?

Dua Spesies Baru Anggrek Ditemukan di Raja Ampat, Seperti Apa Wujudnya?
images info

Dua Spesies Baru Anggrek Ditemukan di Raja Ampat, Seperti Apa Wujudnya?


Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat, kembali membuktikan kekayaan alamnya. Penemuan botani berhasil diidentifikasi oleh para peneliti, yakni dua spesies anggrek baru yang menambah keanekaragaman hayati Indonesia. 

Kedua anggrek tersebut, yang diberi nama Dendrobiumsiculiforme dan Bulbophyllumewamiyiuu, menjadi alarm pentingnya upaya konservasi dan pelestarian hutan Papua.

Proses penemuan kedua anggrek ini berawal dari sebuah kegiatan inventarisasi yang ambisius pada tahun 2022. Di bawah tajuk “Orchids of the Bird’s Head Peninsula”, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Papua Barat berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan survei mendalam di Pulau Batanta. 

Tim berhasil mengumpulkan berbagai spesimen anggrek alam dan mendokumentasikan pemanfaatannya oleh masyarakat lokal. Namun, proses identifikasi membutuhkan kesabaran. 

Butuh waktu beberapa tahun hingga koleksi anggrek tersebut akhirnya berbunga, membuka kesempatan untuk melakukan pengamatan morfologi yang mendetail dan krusial. 

Hasil kajian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Telopea pada Agustus 2025 memastikan bahwa kedua spesies tersebut memang belum pernah dideskripsikan sebelumnya. Publikasi ini adalah buah dari kolaborasi internasional yang melibatkan peneliti dari BRIN, KSDA Papua Barat, Kew Botanic Gardens di Inggris, dan Australian Tropical Herbarium.

Mengenal Dendrobiumsiculiforme

Sosok Dendrobium siculiforme menampilkan diri dengan kemegahan yang khas. Sebagai anggrek epifit yang hidup menempel di batang pohon, ia memiliki batang tegak yang dapat tumbuh hingga setengah meter dengan daun yang tersusun berseling. Keindahannya yang sesungguhnya terpancar saat bunganya merekah. 

Dari pucuk batangnya, muncul sekitar enam kuntum bunga yang saat mekar sempurna dapat mencapai diameter 7 sentimeter. Warnanya adalah perpaduan menawan antara krem kekuningan dengan pola guratan cokelat keunguan. 

Nama "siculiforme" sendiri berasal dari bahasa Latin "sicula" yang berarti "belati kecil", sebuah metafora puitis untuk bentuk bagian tengah bibir bunganya yang runcing dan tajam bagai mata belati. Anggrek ini ditemukan hidup di hutan dataran rendah Batanta pada ketinggian sekitar 630 meter di atas permukaan laut, menambahkan misteri pada habitatnya yang spesifik.

baca juga

Keunikan Bulbophyllumewamiyiuu 

Saudara barunya, Bulbophyllumewamiyiuu, menawarkan pesona yang berbeda. Spesies ini memiliki bentuk yang lebih mini, dengan "batang semu" atau pseudobulb berukuran 8 hingga 12 sentimeter dan hanya memiliki satu helai daun di setiap pseudobulbnya. Meski kecil, warnanya sangat mencolok, sepal dan petalnya memiliki dasar warna kuning dengan semburat merah marun yang kontras. 

Namun, keunikan terbesarnya justru terletak pada namanya. Epitet "ewamiyiuu" diambil dari bahasa Batta, bahasa yang digunakan oleh Suku Batanta setempat, yang berarti ‘bergaris’. Nama ini merujuk pada garis-garis kecokelatan yang menghiasi pseudobulbnya. Pemilihan nama dari bahasa Batta, yang merupakan bahasa terancam punah dengan hanya sekitar 150 penutur tua, bukanlah suatu kebetulan. 

“Penamaan spesies ini dalam bahasa Batta menyoroti peran vital komunitas lokal dalam konservasi alam dan menghormati Suku Batanta, atas upaya mereka melindungi hutan Pulau Batanta,” jelas peneliti dalam jurnalnya. Ini adalah penghargaan mendalam bagi para penjaga hutan sejati.

Panggilan untuk Konservasi

Di balik kegembiraan penemuan ini, terselip sebuah peringatan yang mengkhawatirkan. Kedua anggrek ini diduga kuat merupakan spesies endemik dengan sebaran alami yang sangat terbatas hanya di Kepulauan Raja Ampat. Kondisi ini membuat mereka sangat rentan terhadap ancaman. 

Tim peneliti bahkan mengusulkan agar Dendrobium siculiforme langsung diberikan status Kritis (Critically Endangered) dalam daftar merah IUCN. Ancaman terbesar datang dari kerusakan habitat akibat aktivitas manusia dan tekanan dari para kolektor. 

“Penemuan ini menegaskan pentingnya hutan-hutan di pedalaman Papua sebagai gudang sumber daya genetik yang belum banyak terungkap,” ungkap Destario Metusala, Peneliti Ahli Utama BRIN. Ia juga menyoroti risiko nyata perdagangan ilegal, yang bahkan telah menjangkiti Bulbophyllum ewamiyiuu hingga ke pasar di Pulau Jawa.

Penemuan dua anggrek baru ini adalah pengingat yang gamblang bahwa Indonesia masih menyimpan harta karun biodiversitas yang tak ternilai, sekaligus betapa rapuhnya kekayaan tersebut. Mereka adalah duta bisu dari hutan Papua yang menyuarakan pesan mendesak: eksplorasi ilmiah harus berjalan beriringan dengan perlindungan habitat dan pemberdayaan masyarakat lokal. 

Seperti yang disimpulkan oleh para peneliti, “Upaya konservasi harus dilakukan bersama agar keindahan anggrek-anggrek ini tidak hilang dari belantara Papua.”

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.