Setiap daerah memiliki budaya dan tradisi yang menjadi ciri khas tersendiri. Hal ini mencakup berbagai aspek, seperti tarian tradisional, alat musik tradisional, lagu daerah, rumah adat, pakaian adat, makanan khas, dan lain sebagainya. Di zaman sekarang ini, generasi muda sudah mulai asing dengan berbagai budaya yang ada di daerah setempat. Mengingat minat generasi muda yang kian menurun terhadap warisan leluhur, sehingga butuh yang namanya pelestarian kembali agar ke depannya beragam budaya bisa lebih dikenal oleh semua kalangan.
Salah satu warisan budaya ikonik yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah Keris. Keris merupakan senjata tradisional Nusantara yang memiliki nilai budaya, filosofis, dan simbolis mendalam selain fungsi utamanya sebagai senjata. Umumnya terbuat dari kombinasi logam seperti besi, baja, dan pamor (nikel atau meteorit) yang ditempa berulang kali untuk menciptakan pola yang indah. Di Indonesia, terdapat daerah yang dikenal sebagai pengrajin keris, yaitu Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep.
Karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pembuat keris, maka desa ini dijuluki sebagai Desa Wisata Keris. Hingga sekarang ini, produksi keris di Desa Aeng Tong-tong masih terus berjalan karena kerajinan ini menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama warga, selain bertani dan pekerjaan lainnya. Pesanan demi pesanan datang silih berganti, baik untuk kebutuhan koleksi atau digunakan sebagai souvenir para wisatawan.
Desa Aeng Tong-tong bukan hanya sekadar melestarikan budaya saja, melainkan menjaga identitas budaya agar tidak punah pada masyarakat. Tepat ada tahun 2022, Indonesia menjadi tuan rumah pada acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, yang mana untuk acara tersebut bertempat di Bali. KTT G20 tercatat memiliki anggota sebanyak 20 negara, yang terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, China, Turki, dan Uni Eropa.
Berawal dari mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2022 (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno, saat berkunjung ke Desa Aengtongtong dan menyaksikan secara langsung proses pembuatan keris. Maka, dalam pertemuan puncak yang diselenggarakan di Bali tersebut, keris dari Desa Aeng Tong-tong dipilih sebagai buah tangan resmi bagi para delegasi. Karena keterbatasan waktu dalam pembuatan, sehingga keris hanya dibuat sebanyak 20 buah untuk masing-masing negara, mengingat menyesuaikan para tamu undangan yang mengikuti kegiatan tersebut.
Dari postingan salah satu dari akun Instagram @kominfosumenep, keris yang dijadikan sebagai souvenir atau buah tangan pada acara G20 di Bali, bernama Keris Nogosari Ladrang Jogja (selut grajen Nogososro Kamarogan) 15 luk, yang terbuat dari perak lapis emas. Proses pembuatannya dinilai cukup rumit. Dimulai dari pemilihan besi, penempaan, pembentukan bilah, kinatah (ukir besi jika keris ukir), kemudian warangka (pembuatan sarung keris yang terbuat dari kayu), lalu yang terakhir mewarangi atau mencampurkan dengan cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau dicelupkan ke keris. Warangka keris ini terbuat dari kayu yang dilapisi dengan perak yang bermotif floral, dengan ladrang gaya Jogja.
Berdasarkan dari laman gosumenep.com, bahwa sepanjang beberapa tahun ini Desa Aeng Tong-tong memperoleh tiga penghargaan. Pertama, apresiasi dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagai Desa wisata yang memiliki empu keris terbanyak di dunia. Kedua, Desa Aeng Tong-tong dinobatkan sebagai Juara 1 Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 Kategori Daya Tarik Pengunjung dari Kemenparekraf RI. Luar biasanya, Desa Aeng Tong-tong bisa mengalahkan ribuan desa wisata dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Dan yang ketiga, Desa Aeng Tong-tong meraih Rekor MURI sebagai Desa Wisata juga dengan jumlah empu keris terbanyak di dunia.
Menurut Menparekraf, filosofi di balik proses pembuatan keris ternyata merefleksikan dinamika kehidupan. Mulai dari ditempa, diukir, dibengkokkan, hingga akhirnya keris tersebut menjadi produk yang membanggakan bangsa. Semoga keris asal Desa Aeng Tong-tong ini semakin dikenal tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Bukan hanya karena produknya yang berkualitas tapi juga tentang filosofi yang terkandung dalam setiap bilah maupun lekukannya. Mulai dari pemilihan besi, pembakaran, penempaan, pengukiran, hingga kemudian menjadi sebuah karya bernilai tinggi.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News