Daerah bergelar “Bumi Wali” ini letaknya berdekatan garis pantai utara Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Lamongan di sebelah timur, Kabupaten Rembang di sebelah barat dan Kabupaten Bojonegoro di sebelah Selatan. Letak geografis ini menjadikannya jalur penting di pantura, menghubungkan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tidak heran jika kehidupan masyarakatnya banyak dipengaruhi aktivitas maritim
Tuban menyimpan pesona alam sekaligus objek wisata yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Sebut saja deretan pantai yang terkenal, pantai Boom, Pasir Putih dan Sowan yang menjadi bukti bahwa wisata bahari Tuban memiliki potensi besar jika dikembangakan.
Selain ketiga pantai tersebut, ada destinasi bahari unik yang senakin berkembang, yakni Pantai Kelapa di Desa Panyuran, Kecamatan Palang. Pihak pengelola pantai membuat inovasi terapi garam dan produksinya menggunakan metode Green Salt Tunnel (GST).
Dalam beberapa tahun terakhir, Pantai Kelapa juga terus mengalami perkembangan. Pemerintah daerah bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) gencar memanfaatkan media sosial dan acara lokal untuk memperkenalkan berbagai daya tarik baru, mulai dari spot foto estetik, area kuliner, tempat berkuda, kolam renang hingga terapi garam.
Relaksasi di Tengah Suasana Pantai
Selain menawarkan pemandangan, wisata Pantai Kelapa juga menghadirkan inovasi baru berupa terapi rendam kaki air garam. Inovasi ini menjadi salah satu daya tarik tambahan bagi wisatawan yang ingin merasakan manfaat relaksasi alami khas pesisir.
“Untuk rumah terapi kapasitasnya 33 bak. Terapi garam kita manfaatkan untuk memanjakan wisatawan ketika mereka pegal, capek, rematik dan sebagainya setelah perjalanan jauh,” terang Muhasan selaku ketua Pokdarwis saat diwawancarai, dilansir dari laman tubankab.go.id. Dirinya juga menerangkan garam terapi adalah jenis khusus yang dicampur antiseptik, air garam, air panas dan air tawar.
Saat ini ongkos terapi dipatok Rp25 ribu per orang untuk 20 menit. Sewaktu saya datangi pada Sabtu (11/10) salah satu petugas keamanan menerangkan rumah terapi hanya dibuka pada hari Minggu.
Pengobatan alternatif berbasis garam ini sebenarnya bukan hal baru. Konsep serupa pernah digagas oleh kelompok usaha garam rakyat “Pendowo Limo” pada tahun 2023 di Pantai Jetis, Purworejo, Jawa Tengah. Bedanya di Pantai Kelapa terletak pada tata cara yang digunakan.
Inovasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan jumlah pengunjung, tetapi juga memberi nilai tambah bagi warga sekitar melalui pengelolaan wisata berbasis potensi lokal.
Kawan mungkin penasaran bagaimana terapi ini menyehatkan. Menurut artikel Kementrian Kesehatan (Kemenkes), keslan.kemkes.go.id merendam kaki dengan air garam hangat dapat menghilangkan pegal dan mencegah insomnia. Ini karena kandungan magnesium sulfat yang membuat aliran darah pada kaki lancar dan air hangat yang membantu merelaksasi otot kaki.
Kehadiran rumah terapi ini menjadi bukti bahwa wisata tak melulu soal hiburan, melainkan juga tentang bagaimana alam dapat berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran. Melalui pengelolaan yang berkelanjutan, Pantai Kelapa berpotensi menjadi destinasi wisata kesehatan unggulan di pesisir Tuban.
Belajar Produksi Garam di Eduwisata GST
Beralih ke GST, “Tempat ini sifatnya lebih ke edukasi produksi garam, sehingga cenderung ditujukan untuk pelajar. Jumlah pengunjung sekitar sepuluh orang per minggu, biasanya dari kalangan pelajar, mulai dari anak TK sampai SMA,” ujar Tarmuji selaku pembuat garam yang telah bekerja sejak eduwisata ini bediri pada 2023.
Ia juga menerangkan keunggulan produksi garam metode GST tidak tergantung pada cuaca. Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu kurang lebih dua minggu, itupun setelah melalui beberapa proses tahapan purifikasi sampai pengkristalan.
Kawan GNFI bisa melihat proses pembuatannya melalui situs resmi Pantai Kelapa di www.pantaikelapa.com.
Pihak pengelola melibatkan beberapa pihak dalam prosesnya, salah satunya Pusat Studi Pesisir dan Kelautan Universitas Brawijaya untuk meneliti kandungan NACL dan nilai manfaat garam yang dihasilkan. Lebih lanjut, hasil akhir produk garam dapat dijual secara langsung, sehingga dampaknya dirasakan oleh masyarakat.
Selain menjadi sarana edukasi, keberadaan GST juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga sekitar. Pengunjung tidak hanya belajar proses pembuatan garam, tetapi juga bisa membeli produk garam lokal seperti garam spa, garam ternak dan garam konsumsi. Dengan cara ini, eduwisata garam di Pantai Kelapa tak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Kawan GNFI yang penasaran dengan wisata Pantai Kelapa Tuban bisa melihat sosial media mereka atau web pantai kelapa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News