Batik Kembang Mulyo merupakan inovasi menarik dari DSA Jepara. Batik ini menyajikan kreasi yang unik dan berkelanjutan dengan memanfaatkan pohon mangrove sebagai sumber pewarna alami. Batang serta daun mangrove yang sebelumnya dikenal hanya sebagai pencegah erosi pantai, sekarang diolah menjadi pewarna alami yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pewarna sintetis.
Batik Kembang Mulyo DSA Arrum Samudra Jepara telah sukses menempati posisi lima besar dalam kompetisi KBA-DSA Innovation tahun 2024. Karya batik ini mengangkat tema "Inovasi Batik Ekologis dengan Pewarna Alam Limbah Mangrove dari Kluster Pengolahan" di kategori Desa Sejahtera Astra Inovasi Bisnis Berkelanjutan. Prestasi ini akan menjadi dorongan bagi para anggota kluster untuk terus maju.
Perkembangan Batik Kembang Mulyo
Batik Kembang Mulyo merupakan salah satu perusahaan batik yang terletak di Jepara dan dimiliki oleh Ibu Nurun Nikmah Awwalina. Perusahaan ini telah beroperasi selama bertahun-tahun.
Pada awalnya, Batik Kembang Mulyo mengandalkan warna sintesis dalam produksi batiknya. (Pringgenies, 2013) Contohnya termasuk indigosol, naphtol, quickbase, indanthrene, procion, dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan perusahaan dan meningkatnya permintaan pasar, Batik Kembang Mulyo mulai beralih ke pewarna alami.
Pada bulan Agustus tahun lalu, DSA Arrum Samudra telah melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendampingan edukasi membatik menggunakan bahan alam dengan KUB Kembang Mulyo. Peserta yang terlibat adalah siswa-siswi dari MI Musalikil Huda 2, kelas 1-5 dengan total 120 murid. Bahan yang dipakai dalam membatik terbuat dari pohon mangrove dan pohon mahoni. Kegiatan ini memperkenalkan batik kembang mulyo agar dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Makna dalam Motif Batik Kembang Mulyo
Batik Kembang Mulyo adalah sebuah karya dari Kartini di Desa Mulyoharjo Jepara yang menunjukkan kesatuan, keseimbangan, serta harmoni di dalam kehidupan masyarakat. Ini ditampilkan melalui pola cabang dan daun yang saling terhubung. Filosofi ini melambangkan bahwa kehidupan saling terikat dan saling memerlukan satu sama lain.
Berdasarkan informasi dari batiksejawat.com, pola myelem yang terlihat di bagian tengah adalah istilah lain dari Medulla Spinalis, yaitu saraf tulang belakang. Banyak orang tidak sepenuhnya memahami perannya. Ia merupakan bagian dari sistem saraf pusat, yang merupakan perpanjangan dari otak dan berfungsi sebagai jalur utama bagi keluarnya saraf-saraf. Banyak individu mengalami kelumpuhan akibat cedera pada bagian tersebut.
Dari pola Batik Kembang Mulyo ini, kita bisa memahami betapa pentingnya keterhubungan antar satu pihak dengan pihak lainnya.
Pewarna Alami dari Pohon Mangrove
Salah satu jenis mangrove yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pewarna alami adalah Rhizopora Mucronata, yang juga dikenal dengan nama Bakau Hitam. R. Mucronata dapat dijadikan sebagai sumber pewarna alami dalam industri tekstil, serta mampu menghasilkan berbagai macam warna (Lacasse dan Baumann, 2012).
Bakau hitam mengandung pigmen yang khas. Kandungan pigmen ini bisa menjadi keuntungan yang memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar ekosistem mangrove. Proses ekstraksi dari daun, kulit batang, dan propagul dapat menghasilkan warna coklat dengan variasi intensitas yang beragam. Warna coklat ini menandakan adanya kandungan tanin di dalamnya (Musman, 2010, Pringgenies, 2018).
Langkah-Langkah Proses Pewarnaan Kain Batik
Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pewarnaan batik menggunakan bahan alami dari mangrove:
- Mempersiapkan bahan baku;
- Mengekstraksi kulit batang mangrove dengan merendamnya dalam air, kemudian memasaknya selama sekitar satu jam dalam keadaan tertutup pada suhu 100°C;
- Melakukan penguapan untuk menghasilkan ekstrak yang lebih kental;
- Menyaring larutan untuk mendapatkan ekstrak yang siap digunakan;
- Menerapkan ekstrak kulit batang mangrove sebagai pewarna batik dengan metode pencelupan dan perendaman selama sekitar 2 jam;
- Mengeringkan kain;
- Melakukan fiksasi pada kain dengan menggunakan fiksasi tunjung (FeSO4) selama 20 menit;
- Melakukan mordanting dengan tawas;
- Mencuci dan mengeringkan kain sehingga siap untuk dibatik.
Dengan adanya inovasi pewarna alami pada batik kembang mulyo ini, kawan GNFI tentu bisa menjadikan motivasi untuk menciptakan karya yang luar biasa dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News