Sebagai negara agraris, Indonesia diberkahi hamparan lahan sawah membentang di berbagai wilayah yang menghasilkan padi setiap tahunnya. Namun, bersamaan dengan itu, muncul pula hasil sampingan yang melimpah, yaitu jerami padi.
Bagi petani, mungkin jerami hanya dianggap sebagai sisa panen saja tanpa nilai tambah. Namun, bagi para peternak, terutama saat musim kemarau ketika hijauan segar sulit ditemukan, jerami bisa menjadi penyelamat.
Sayangnya, jerami padi tidak cukup bergizi bila diberikan apa adanya. Kandungan proteinnya hanya sekitar 3–5%, sedangkan serat kasarnya keras dan sulit dicerna. Akibatnya, meski ternak terlihat kenyang, pertumbuhan dan produktivitasnya jadi tidak optimal.
Untuk itulah para peternak perlu mencari cara meningkatkan mutu jerami, dan salah satu teknologi sederhana tapi efektif yang dapat dilakukan adalah dengan amoniasi.
Mekanisme Kerja Amoniasi
Buku Animal Production Based on Crop Residues–Chinese Experiences (2002) menjelaskan bahwa jerami terdiri atas serat kasar seperti selulosa dan hemiselulosa, dua komponen yang sebenarnya bisa dicerna oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Masalahnya, sebagian besar serat itu terikat kuat oleh lignin, semacam “lem alami” tanaman yang membuat jerami kaku dan sulit dicerna oleh mikroba di rumen.
Nah, amoniasi berfungsi memutus ikatan lignin ini. Begitu ikatan itu terlepas, bagian serat yang sebelumnya tidak bisa diurai dapat menjadi lebih mudah dicerna. Hasilnya sangat signifikan:
- Daya cerna jerami meningkat hingga 20%.
- Kandungan protein naik 1–2 kali lipat.
- Jerami menjadi lebih lembut dan disukai ternak.
Selain menambah gizi, amoniasi juga membantu mengurangi jamur, menghancurkan biji gulma, serta membunuh telur parasit dan bakteri yang mungkin masih menempel pada jerami.
Cara Praktis Membuat Jerami Amoniasi
Di Indonesia, proses ini banyak dilakukan menggunakan urea sebagai sumber amonia karena lebih mudah didapat dan aman digunakan. Dikutip dari Digitani IPB, takarannya cukup sederhana:
- Gunakan 3–4% urea dari berat jerami kering. Misalnya, untuk 100 kg jerami, dibutuhkan sekitar 4 kg urea.
- Urea bisa dilarutkan lebih dulu dalam 40 liter air, atau disebarkan langsung secara merata di atas jerami.
Setelah dicampur, jerami dimasukkan ke dalam kantong plastik besar atau tong plastik, kemudian dipadatkan dan ditutup rapat agar udara tidak masuk. Proses pemeraman ini sebaiknya berlangsung minimal 7 hari agar reaksi amoniasi berjalan sempurna dan kualitas jerami meningkat maksimal.
Ketika dibuka, jerami biasanya berwarna cokelat tua, lembut, dan beraroma khas amonia—tanda bahwa proses berhasil. Sebelum diberikan ke ternak, cukup diangin-anginkan sebentar agar bau amonianya berkurang.
Yang Perlu Diperhatikan
Meski manfaatnya banyak, amoniasi tetap harus dilakukan dengan tepat dan hati-hati. Lalman et al. (2019) dari Oklahoma State University menekankan bahwa proses ini hanya cocok untuk jerami tua dan berkualitas rendah.
Jika digunakan pada hijauan muda atau berkualitas tinggi (seperti alfalfa atau sorgum muda), reaksi kimia antara amonia dan gula tanaman bisa membentuk racun 4-methylimidazole, yang memicu gangguan saraf pada sapi, dikenal sebagai crazy cow syndrome.
Agar aman, peternak harus memperhatikan hal berikut:
- Gunakan maksimal 4% sumber amonia (urea) dari bahan kering.
- Hindari jerami yang basah atau baru terkena hujan karena amonia bisa menumpuk di bagian lembap.
- Jangan berikan jerami amoniasi pada indukan yang masih menyusui pedet di bawah umur satu bulan karena racun bisa terbawa melalui susu, dan pedet lebih rentan keracunan.
Jika ternak menunjukkan tanda-tanda keracunan, seperti gelisah, berputar-putar, atau kejang, segera hentikan pemberiannya dan biarkan ternak beristirahat beberapa hari.
Jerami Bukan Sekadar Limbah Panen
Amoniasi bukan sekadar mencampur jerami dengan urea, tetapi merupakan cara cerdas peternak dalam memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Dari jerami yang dianggap tak berguna, bisa menjadi pakan bergizi yang mampu menjaga ternak tetap sehat dan produktif, bahkan saat hijauan sulit ditemukan.
Teknologi ini pun murah, mudah dilakukan, dan jadi bukti bahwa kemandirian peternak dapat dimulai dari pengetahuan sederhana.
Referensi:
- Lalman, D., Horn, G., Huhnke, R., & Sparks, D. (2019). Ammoniation of low quality roughages. Oklahoma Coopertive Extension Service, November, PSS-2243-1-PSS-2243-6. https://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Ammoniation+of+Low+Quality+Roughages#1
- Zhishan, Z., & Qiaojuan, Y. (2002). CHAPTER 3 - AMMONIATION OF CROP RESIDUES. In Animal Production Based on Crop Residues - Chinese Experiences. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS Rome 2002.
- https://digitani.ipb.ac.id/amoniasi-peningkat-nafsu-makan-ternak/
- https://www.fao.org/4/x6512e/X6512E07.htm
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News