Di era digitalisasi, memanfaatkan teknologi bukan hanya penting tetapi juga esensial untuk meningkatkan produktivitas dan memastikan keberlanjutan bisnis. Perjalanan inspiratif Paundra Noorbaskoro, seorang lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, yang secara inovatif memelopori budidaya udang berbasis Internet of Things (IoT), menjadi teladan bagi para wirausaha muda di seluruh Indonesia, mendorong mereka untuk mengadopsi teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas dan praktik berkelanjutan.
Keberhasilan Paundra sebagai pelopor budidaya udang berbasis IoT juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dengan peningkatan produktivitas usahanya, Paundra mampu membuka peluang kerja baru bagi warga lokal. Selain itu, operasional budidaya udang yang mengadopsi teknologi IoT ini lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya.
Tahun 2018 menandai langkah awal Paundra bersama tiga rekannya dalam membangun startup budidaya udang berbasis aplikasi. Namun, seperti banyak perjalanan wirausaha, jalan yang mereka tempuh penuh lika-liku. Pada 2020, usaha tersebut terpaksa berhenti beroperasi akibat berbagai kendala yang tidak terduga. Bagi banyak orang, kegagalan mungkin menjadi titik akhir. Namun tidak bagi Paundra. Ia justru menjadikan pengalaman pahit itu sebagai bahan bakar untuk bangkit lebih kuat.
Dengan semangat yang tidak pernah padam, Paundra mengumpulkan kembali inspirasi dan motivasi untuk bangkit serta memulai kembali usaha budidaya udang vaname. Ia mendalami ilmu budidaya udang dengan memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya saat kuliah, rajin membaca berbagai jurnal ilmiah dan menonton video pembelajaran di YouTube. Kesulitan yang dialami saat pertama kali budidaya bersama rekannya dijadikannya sebagai pijakan penelitian untuk menemukan solusi.
Proses pengembangan sistem IoT yang bisa memonitor parameter kritis seperti salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, dan kejernihan air memerlukan waktu dan biaya tidak sedikit. Paundra menyadari berbagai tantangan utama seperti penyakit udang (EMS, White Feces, dan feses udang yang berwarna putih ) serta kondisi kualitas air yang sering bermasalah dan menyebabkan kematian massal udang di Pacitan. Riset mendalam melibatkan komposisi pakan, pengendalian penyakit, dan pengawasan parameter kualitas air menjadi kunci kesuksesannya.
Untuk mewujudkan visinya, Paundra membeli delapan kolam bundar sebagai lokasi uji coba. Di sinilah ia mulai merancang sendiri sistem manajemen berbasis IoT yang inovatif untuk kolam udang. Selain itu, ia juga mengembangkan protokol budidaya standar yang berfungsi sebagai prosedur operasional standar (SOP) komprehensif. Sistem ini memungkinkan petani memantau kondisi kolam dan kualitas air secara real-time, memastikan kesehatan dan produktivitas optimal.
Seluruh sampel air dianalisis secara menyeluruh untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat membahayakan kesehatan udang. Setelah menemukan berbagai kendala, ia mencari solusi untuk mengatasinya. Eksperimen dilakukan sebanyak tiga kali sepanjang periode penebaran bibit. Ia memantau dengan teliti setiap siklus penebaran bibit sambil mencatat berbagai permasalahan yang muncul. Menurut Paundra, riset ini membutuhkan dana dan waktu yang cukup besar. Riset tersebut dijalankannya selama kurang lebih satu tahun pada 2021. Pada suatu kesempatan ketika masih menjalankan riset, ia menebarkan bibit ke dalam enam kolam. Akan tetapi, saat masa panen tiba, hasil yang diperoleh tidak sesuai yang diharapkan.
Kendala tersebut berhasil diatasi melalui serangkaian riset yang kemudian diterapkan menggunakan konsep Internet of Things (IoT). Pada awal 2022, Paundra mulai mengaplikasikan konsep IoT di kolam budidaya udang vaname miliknya. Ia memulai dengan penebaran bibit udang di kolam tersebut. Bibit tersebut dibeli menggunakan sisa dana tabungannya. Langkah awalnya adalah mempersiapkan air dalam kondisi optimal agar udang dapat berkembang dengan baik. Standar kualitas air dijaga secara ketat. Selanjutnya, kedalaman kolam yang disiapkan berkisar antara 100 hingga 120 cm. Kemudian terdapat 8 parameter lain seperti kadar garam, oksigen terlarut (DO), tingkat keasaman, kadar nitrat, kandungan H2S, tingkat kejernihan air, dan sebagainya. Seluruh parameter tersebut harus dipantau dan dijaga keseimbangannya. Apabila ada parameter yang tidak sesuai, hal ini akan berdampak pada kesehatan udang. Paundra memerlukan sebuah sistem yang mampu memudahkan pekerjaannya dalam memantau kondisi air kolam. Ia kemudian mengembangkan ekosistem berbasis IoT.
Menggunakan perangkat teknologi, ia menciptakan aplikasi yang terkoneksi dengan data mengenai kondisi air kolam. Data kolam dan udang tercatat secara rinci dalam aplikasi, termasuk parameter kualitas air yang diperlukan, dan lain-lain. Seluruh data terpantau melalui aplikasi tersebut. Saat terjadi penurunan kualitas air, informasi ini dapat langsung terdeteksi. Dengan demikian, tindakan korektif bisa segera dilakukan. Untuk memantau kondisi kesehatan udang, Paundra menerapkan metode sampling. Namun teknik ini umumnya hanya diterapkan pada situasi tertentu. Ia memberikan contoh, misalnya dalam satu kolam biasanya diberikan pakan sekitar 10 kg, kemudian jumlah pakan 10 kg tersebut dimasukkan ke dalam wadah khusus.
Selanjutnya, wadah pakan tersebut akan ditempatkan di dalam kolam. Apabila udang dalam kondisi sehat, pakan akan habis dalam waktu satu hingga satu setengah jam. Namun apabila kondisi udang kurang sehat, pemberian pakan tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Data yang dicatat secara konsisten setiap hari melalui sistem ini menjadi acuan untuk menentukan langkah implementasi. Semua kegiatan dijadwalkan dengan teratur. Meskipun timbul masalah, pasti tersedia solusinya. Menurut Paundra, sistem berbasis IoT yang ia kembangkan juga mampu menjadwalkan waktu panen udang. Melalui aplikasi ini, ia dapat memantau bobot udang di dalam kolam. Umumnya, panen perdana dilakukan ketika udang mencapai usia 57 hari. Pada panen pertama tersebut, ia hanya mengambil 20% dari total populasi kolam. Pada usia ini, bobot udang mencapai sekitar 5,5 gram. Paundra telah meraih berbagai penghargaan atas inovasi budidaya udang berbasis IoT yang ia kembangkan. Salah satu penghargaan tersebut adalah SATU Indonesia Award 2022 kategori Teknologi. Melalui program budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi yang iarintis sejak 2018, Paundra memanfaatkan teknologi dengan mengembangkan Internet of Things untuk memonitor kondisi kolam dan kualitas air. Ia juga telah menciptakan aplikasi yang merekam data dari kolam-kolam tersebut.
Dalam rangka mengembangkan jaringan usahanya, Paundra juga telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan besar seperti PT Astra International Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kerja sama ini membantu Paundra dalam memperoleh permodalan usaha serta memperluas jaringan distribusi produknya.
Sistem IoT yang dikembangkan juga memungkinkan penjadwalan panen berdasarkan pertumbuhan berat udang. Pada panen awal, hanya sebagian kecil udang yang diambil agar siklus budidaya tetap optimal. Dengan teknologi ini, Paundra mampu mengatasi kematian massal udang secara signifikan dan meningkatkan produktivitas tambaknya tanpa menggunakan bahan kimia beracun, menjadikannya lebih ramah lingkungan.
Kolaborasi dengan sejumlah korporasi besar seperti PT Astra International Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah dijalin oleh Paundra untuk mengembangkan jejaring bisnisnya. Melalui kolaborasi ini, Paundra berhasil mendapatkan permodalan usaha dan memperluas saluran distribusi produknya. #kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News