Kawan GNFI, minyak bumi dan segala jenis pertambangan seperti batu bara, nikel, dan lain sebagainya merupakan suatu komoditas yang berharga. Sebuah negara bahkan harus membuat peraturan yang ketat dalam penambangannya, pemanfaatannya, hingga ekspor dan impornya. Tak jarang, suatu negara terlibat konflik dengan negara lainnya untuk menguasai dan memanfaatkannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa memang komoditas tersebut sangat bernilai.
Anggapan bahwa minyak bumi dan bahan tambang menjadi komoditas yang bernilai muncul sejak masa Revolusi Industri di abad ke-18, sekaligus menjadi sumber energi utama. Meskipun sebenarnya sejak zaman dulu masyarakat sudah menggunakan batu bara sebagai sumber energi, tapi barulah pada masa Revolusi Industri, komoditas tersebut menjadi sumber energi yang paling dicari, energi fosil.
Namun, itu semua hanyalah masa lalu. Saat ini, muncul satu komoditas baru yang menyaingi energi fosil. Komoditas tersebut adalah data. Meskipun data tidak bisa meyalakan mesin uap, menjalankan mobil, atau menjadi bahan bakar pembangkit listrik, tetapi data mendapat julukan sebagai ‘new oil’.
Mengapa data disebut dengan ‘new oil’? Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang terjadi di masyarakat sehingga semua orang memiliki data dan penyimpanan digital mereka masing-masing. Tidak hanya perorangan, data juga dimiliki oleh perusahaan baik yang kecil, menengah, hingga skala yang besar sekalipun. Selain perorangan dan perusahaan, data juga dimiliki oleh negara untuk mengatur dan mengurus kepentingan rakyat sebagai bagian dari negara itu sendiri. Situasi ini yang menjadikan data sebagai sesuatu yang sangat bernilai dan berharga layaknya energi fosil.
Lalu, di mana data-data tersebut disimpan? Sebuah data tidak disimpan di sembarang tempat, data-data tersebut disimpan pada penyimpanan awan atau yang biasa kita kenal dengan istilah ‘cloud’. Fungsinya agar pemilik data mudah untuk mengakses data tersebut dari mana saja dan kapan saja. Meskipun demikian, penyedia layanan cloud juga tidak bisa sembarang dan saat ini jumlahnya terbatas. Kebanyakan penyedia layanan penyimpanan awan tersebut adalah perusahaan yang berasal dari luar negeri seperti AWS, Microsoft Azure, Google Cloud, dan lain sebagainya.
Pengelolaan data yang dilaksanakan oleh perusahaan luar negeri inilah yang menjadi perhatian. Bayangkan jika data yang kita miliki, termasuk data negara, dikelola dan disimpan di luar negeri oleh perusahaan asing. Hal ini dapat menjadi ancaman nyata bagi kedaulatan digital Indonesia, mengingat data tersebut bisa saja disalahgunakan.
Melihat realita ini, Irfan Yuta Pratama, salah satu anak bangsa yang memiliki keahlian di bidang TI berinovasi untuk membuat sistem penyimpanan data awan yang berasal dari Indonesia. Ia kemudian mendirikan Awanio pada 2016. Awanio sendiri awalnya adalah perusahaan yang dibangun sebagai penyedia Platform as a Service (PaaS) yang mendukung kebutuhan kliennya akan hosting aplikasi dan data. Namun, seiring berjalannya waktu, Awanio berkembang dan bertransformasi menjadi perusahaan yang melayani segmen Business-to-business (B2B), yaitu Cloud Enabler Platform. Dengan layanan ini, pelanggan dapat mengatur dan mengontrol infrastruktur TI mereka melalui aplikasi yang diberikan oleh Awanio.
Awanio mungkin terdengar dan terlihat sama saja dengan penyedia layanan dari luar negeri. Namun, yang membedakan Awanio adalah lokasi penyimpanan Awanio yang berada di Indonesia, sehingga mendukung kedaulatan data bagi para penggunanya. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga akan semakin rendah karena tidak perlu membayar layanan tambahan dari luar negeri dengan biaya yang lebih mahal.
Visi dan misi yang dimiliki Awanio juga sangat terukur. Awanio memiliki visi menjadi Cloud Enabler dan IT Infrastructure Orchestrator terkemuka di dunia. Adapun misinya adalah meningkatkan ekosistem cloud lokal melalui peningkatan kemampuan dan kemajuan teknologi, melampaui daya saing global, dan memberdayakan organisasi untuk memanfaatkan kekuatan komputasi awan. Seluruh visi dan misi ini jelas menunjukkan Indonesia mampu untuk menjadi produsen layanan teknologi dan informasi dunia, tidak lagi hanya sebagai konsumen saja. Strategi ini merupakan langkah berani yang diambil demi menjaga kedaulatan data dan juga mengurangi ketergantungan Indonesia dengan produk serta layanan dari luar negeri. Selain itu, hal ini juga dapat mendorong terbukanya lapangan pekerjaan mengingat layanan ini berbasis di Indonesia.
Awanio bisa berdiri dan memberikan layanan sebesar ini, memiliki pelanggan yang berasal dari Jerman, Belanda, Singapura, dan Malaysia bukanlah tanpa tantangan. Penolakan pelanggan, kurangnya kepercayaan dari masyarakat dan perusahaan, hingga kurangnya kesadaran masyarakat akan adanya Awanio ini menjadi batu yang berada di terngah jalan Awanio. Namun, alih-alih menyerah, Awanio menjadikan batu tersebut sebagai batu loncatan untuk meraih prestasi yang gemilang.
Awanio menjawab keraguan dan pesimisme dengan prestasi gemilang, di antaranya mendapatkan sertifikasi TKDN yang persentasenya mencapai 98,68%. Pada 2021, Awanio mendapat dukungan pendanaan dari Init-6. Init-6 sendiri adalah sebuah perusahaan modal ventura yang didirikan oleh mantan pendiri Bukalapak, Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono. Kemudian, pada 2022, Awanio menjalani tahun dengan kejutan bahagia yang tiada hentinya. Hal itu termasuk memulai bisnis dan mendapat pelanggan dari Belanda dan juga kerja sama dengan IBM, Intel, serta Open Suse. Prestasi Awanio yang terbaru adalah memenangkan Satu Indonesia Award tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Astra. Selain itu, Co-Founder dan CEO Awanio diundang menjadi pembicara dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2025.
Apa yang dilakukan Awanio adalah sebuah contoh bahwa Indonesia mampu bersaing secara global dalam bidang TI dan menjadi salah satu produsen bukan hanya konsumen. Sebuah inovasi dan karya anak bangsa yang mampu membuktikan kapasitasnya di panggung dunia. Semangat dan tekad Irfan Y. Pratama melalui Awanio adalah satu dari sekian contoh bahwa kita semua memiliki kesempatan menunjukkan kapasitas dan kemampuan bersaing di panggung dunia. Selama kita mau untuk terus mencoba, tidak mudah menyerah, dan memanfaatkan peluang dengan sebaik mungkin, mimpi yang kita miliki dapat terwujud.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News