Isu tentang keberlanjutan di sektor pertanian sekarang makin sering dibahas, apalagi kebutuhan pangan terus naik sementara limbah industri juga makin banyak dan mencemari lingkungan. Salah satu cara kreatif yang mulai dikembangkan di Indonesia adalah memanfaatkan limbah serbuk kayu sebagai media tanam jamur tiram (Pleurotus ostreatus).
Cara ini bukan hanya membantu mengurangi limbah yang menumpuk, tapi juga bisa menghasilkan produk pangan bergizi dan ekonomis. Selain itu, inovasi ini bisa jadi peluang usaha baru bagi masyarakat desa yang ingin meningkatkan penghasilan tanpa merusak lingkungan.
Industri penggergajian kayu di Indonesia menghasilkan volume limbah yang besar setiap tahunnya. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini dapat mencemari tanah dan udara karena praktik pembakaran terbuka masih sering dilakukan.
Serbuk kayu bisa dipakai sebagai media tanam jamur tiram karena mengandung lignin dan selulosa yang bisa diubah menjadi sumber makanan bagi jamur. Kandungan ini membantu jamur tumbuh lebih baik dan meningkatkan kadar proteinnya. Selain murah dan mudah didapat, serbuk kayu juga ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah yang biasanya terbuang (Suparti et al., 2014).
Pembuatan media serbuk kayu dilakukan dengan mencampur serbuk gergaji kayu sengon, jerami padi, bekatul, dan kompos hijau hingga rata. Campuran ini dimasukkan ke dalam plastik berukuran 1 kg (disebut baglog), lalu dipadatkan.
Setelah itu, baglog disterilkan dengan cara dikukus, kemudian didinginkan dan diinokulasi dengan bibit jamur tiram. Terakhir, baglog disimpan di kumbung bersuhu sekitar 18–30°C sampai miseliumnya tumbuh sempurna dan siap berbuah (Hariadi et al., 2013).
Proses ini merupakan contoh penerapan teknologi tepat guna yang sederhana, murah, dan ramah lingkungan. Teknologi pengolahan limbah seperti ini bisa meningkatkan hasil produksi tanpa merusak lingkungan karena prosesnya tidak memerlukan pupuk kimia atau pestisida.
Dari aspek ekonomi, budi daya jamur tiram memiliki nilai tambah tinggi dengan biaya produksi yang rendah. Pemanfaatan limbah serbuk kayu menekan biaya bahan baku hingga 40% dibandingkan dengan media jerami (Nugraha, 2021). Selain itu, produk jamur tiram memiliki nilai gizi tinggi kaya protein, serat, dan mineral sehingga berpotensi menjadi pangan fungsional modern.
Pengembangan agroindustri jamur tiram juga memiliki efek sosial positif. Kegiatan ini dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat desa, khususnya kelompok tani dan ibu rumah tangga.
Penelitian oleh Putra et al. (2021) dalam lingkup agroindustri, budi daya jamur tiram mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal karena mengubah hasil panen menjadi produk olahan bernilai tinggi. Melalui pelatihan dan penerapan teknologi, petani dapat meningkatkan efisiensi produksi serta memperluas pasar.
Produk olahan seperti bakso dan nugget jamur tiram menjadi contoh diversifikasi yang meningkatkan nilai tambah. Dengan begitu, agroindustri jamur tiram tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat pedesaan.
Pemanfaatan limbah serbuk kayu untuk media tanam jamur tiram merupakan implementasi nyata konsep circular economy di sektor pertanian. Setiap bagian rantai produksi menghasilkan nilai tambah tanpa meninggalkan limbah berbahaya.
Di samping ramah lingkungan, sistem ini juga memperkuat ketahanan pangan nasional melalui diversifikasi sumber pangan nabati (Handayani, 2022). Lebih jauh, kegiatan ini mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Inovasi sederhana seperti ini membuktikan bahwa keberlanjutan tidak selalu membutuhkan teknologi tinggi, tetapi bisa lahir dari kreativitas lokal yang adaptif terhadap potensi lingkungan.
Agroindustri jamur tiram berbasis serbuk kayu menunjukkan bahwa transformasi limbah menjadi sumber pangan adalah langkah yang tepat untuk menuju ekonomi hijau. Model usaha ini tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi dan sosial masyarakat. Melalui kolaborasi antara petani, industri kayu, dan pemerintah daerah, pengembangan jamur tiram dapat menjadi contoh nyata praktik pertanian berkelanjutan di Indonesia selaras dengan visi kemandirian pangan dan pelestarian lingkungan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News