Pertanian masih jadi tulang punggung ekonomi di banyak daerah di Indonesia. Sayangnya, sebagian besar hasil pertanian masih dijual dalam bentuk mentah, sehingga nilai yang diterima petani relatif kecil.
Nyatanya, kalau hasil pertanian itu diolah, nilainya bisa naik lebih dari yang kita kira. Maka dari itu, di sinilah peran agroindustri jadi penting, yaitu mengubah hasil panen jadi produk yang lebih bernilai. Salah satu contohnya bisa dilihat dari melinjo (Gnetum gnemon), tanaman lokal yang selama ini dikenal sebagai bahan dasar emping.
Mengapa Melinjo?
Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) merupakan salah satu tanaman khas tropis yang memiliki banyak manfaat bagi manusia. Hampir seluruh bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan, mulai dari batang, daun, bunga, hingga buahnya.
Batang melinjo umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan atau kayu bakar karena memiliki tekstur yang kuat dan tahan lama. Daunnya sering digunakan sebagai bahan sayuran dalam berbagai masakan tradisional Indonesia, seperti sayur asem atau lodeh, karena memiliki cita rasa khas dan kandungan gizi yang cukup tinggi (Suryani dan Zulkarnain, 2021).
Melinjo banyak tumbuh di Jawa Tengah (seperti Klaten dan Wonogiri), Jawa Timur, Sumatera Barat, sampai Sulawesi. Di daerah-daerah itu, banyak rumah tangga yang sudah lama mengandalkan usaha emping sebagai mata pencaharian utama. Sebagian besar masih dikerjakan manual, tapi ada juga yang mulai pakai alat pengering dan pengemasan modern.
Selain itu, bunga melinjo juga dapat diolah menjadi bahan pangan, biasanya dijadikan pelengkap dalam masakan daerah.
Buah melinjo merupakan bagian yang paling populer dan sering dikonsumsi. Buah muda melinjo dapat dimasak sebagai sayuran, sedangkan bijinya diolah menjadi emping, camilan khas yang digemari masyarakat Indonesia.
Tidak hanya itu, melinjo memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, seperti menurunkan gula darah, mencegah kanker, bersifat antioksidan dan bergizi tinggi. Pada biji melinjo terkandung senyawa polifenol (flavonoid, dan tannin).
Selain itu, terkandung pula senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Kulit melinjo juga mengandung asam askorbat, tokoferol, dan polifenol yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan juga berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase.
Proses perebusan meningkatkan aktivitas antioksidannya. Kulit melinjo mengandung asam askorbat, tokoferol, dan polifenol memiliki aktivitas sebagai antioksidan juga berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase (Santoso et al., 2010).
Mengapa Agroindustri Melinjo Penting?
Alasan utamanya sederhana, yaitu karena tanaman melinjo memiliki potensi besar dalam meningkatkan nilai ekonomi masyarakat. Harga biji melinjo mentah pada dasarnya tergolong rendah dan sering kali belum memberikan keuntungan yang signifikan bagi petani. Namun, setelah melalui proses pengolahan menjadi produk turunan seperti emping, nilai jualnya dapat meningkat berkali-kali lipat.
Hal ini disebabkan oleh adanya nilai tambah dari proses produksi yang melibatkan tenaga kerja, keterampilan, dan waktu. Emping melinjo sendiri merupakan salah satu camilan tradisional yang memiliki daya tarik tinggi di pasar lokal maupun ekspor karena rasanya yang khas, teksturnya yang renyah, serta citra sebagai produk pangan khas Indonesia.
Selain meningkatkan nilai jual produk, pengolahan melinjo juga berperan penting dalam mendukung perekonomian masyarakat pedesaan. Industri kecil dan menengah berbasis melinjo memberikan peluang besar bagi tumbuhnya lapangan kerja baru.
Mulai dari petani yang menanam dan memanen melinjo, para pengrajin yang mengolahnya menjadi emping, hingga para pedagang yang memasarkan produk jadi ke berbagai daerah. Seluruh rantai produksi ini menciptakan ekosistem ekonomi yang saling terhubung dan menggerakkan kegiatan ekonomi desa.
Industri melinjo sebenarnya sudah ada sejak lama. Bedanya, sekarang mulai lebih modern dan dikerjakan oleh ibu-ibu di desa. Potensi ini semakin besar dengan dukungan dari program hilirisasi pemerintah, teknologi, dan pemasaran digital.
Selain itu, tren masyarakat terhadap makanan lokal dan sehat semakin meningkat saat ini. Ini bisa menjadi momentum yang bagus untuk mengangkat produk olahan melinjo ke level yang lebih tinggi, bahkan ke pasar internasional.
Melinjo mungkin terlihat sederhana, tapi dengan pengolahan yang tepat, biji kecil ini bisa jadi sumber ekonomi yang besar. Agroindustri melinjo membuktikan bahwa potensi lokal Indonesia bisa berkembang asal dikelola dengan kreatif dan berkelanjutan.
Jika petani, UMKM, dan pemerintah bisa bergerak bersama, bukan hal mustahil melinjo jadi salah satu ikon sukses pembangunan pertanian nasional yang berbasis pada kekuatan lokal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News