Taman Ismail Marzuki dipilih menjadi lokasi acara “BerKawan” GNFI pada Sabtu, 4 Oktober 2025 lalu. Seru, interaktif, dan edukatif merupakan kesan yang saya dapatkan di acara kemarin.
Pasalnya, Berkawan kali ini hadir dengan konsep yang berbeda, yaitu kegiatan yang mendorong Kawan GNFI untuk bebas mengeksplorasi kawasan TIM, berinteraksi dengan Kawan lainnya, bertukar pikiran, melakukan observasi, serta bekerja sama dalam mengekspresikan ide-ide kreatif melalui media karton.
Awal mulanya, kita akan dibagi menjadi tiga kelompok. Lalu, setiap kelompok dibebaskan untuk observasi langsung atau riset online mengenai Taman Ismail Marzuki.
Setelah itu, tiap kelompok diberi waktu untuk menuangkan hasil temuannya melalui media karton. Kawan juga dibebaskan untuk menghiasnya sekreatif dan semenarik mungkin, sebelum dipresentasikan di depan kelompok lainnya.
Nah! Ini yang paling ditunggu, yaitu momen presentasi dari setiap kelompok. Suasana di Gedung Ali Sadikin langsung terasa ramai ketika para peserta menampilkan hasil karya mereka.
Presentasi juga semakin seru dengan adanya sesi q&a antar kelompok yang tidak hanya menambah wawasan baru, tetapi juga menghadirkan penyampaian yang edukatif, interaktif, dan humor yang mengundang gelak tawa Kawan lainnya!
Pada saat presentasi, banyak sekali hal yang dibahas mengenai Taman Ismail Marzuki, mulai dari sejarah, arsitekturnya, kemajuan perpustakaan, tingkat literasi dan masih banyak lagi.
Namun, dari banyaknya topik pembahasan mengenai Taman Ismail Marzuki yang dipaparkan, terdapat satu fakta sejarah yang memantik rasa ingin tahu saya, yakni fakta bahwa TIM pada awalnya merupakan sebuah kawasan kebun binatang yang dikenal sebagai Kebun Binatang Cikini.
Langsung saja yuk! Kawan GNFI, simak sejarah dan fakta menariknya di bawah ini!
Taman Ismail Marzuki: Dari Kebun Binatang hingga Perpustakaan Modern
Dahulu kala, tepatnya di tahun 1864 Taman Ismail Marzuki ini awal mulanya merupakan sebuah kebun binatang yang berada di pekarangan rumah milik Raden Saleh. Seorang pelukis terkemuka yang juga dikenal sebagai pelopor seni lukis modern di Indonesia ini menjadikan binatang-binatang peliharaannya sebagai inspirasi dalam menghasilkan karya seni.
Di pekarangan rumahnya yang membentang luas dari RS PGI Cikini hingga kawasan TIM saat ini, ia memelihara banyak sekali satwa liar seperti gajah, harimau, hingga jerapah. Banyaknya jenis satwa ini membuat masyarakat setempat tertarik untuk berkunjung.
Alhasil Raden Saleh pun membuka pekarangan rumahnya agar dapat dikunjungi oleh warga sekitar, hingga ia wafat di tahun 1880, tanah dengan luas kurang lebih 10 hektar tersebut dihibahkan untuk menjadi Planten en Dierentuin atau yang berarti kebun binatang.
Selama era Kolonial Belanda, kebun binatang warisan Raden Saleh dikelola oleh Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna (Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia), hingga Indonesia mencapai kemerdekaannya, Kebun Binatang Cikini lalu dikelola oleh Pemerintah Indonesia.
Di tahun 1964, pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, satwa-satwa yang ada di Kebun Binatang Cikini dipindahkan ke Taman Margasatwa Ragunan karena memiliki lahan yang lebih luas.
Namun, rumah peninggalan Raden Saleh masih dipertahankan sebagai pusat kesenian untuk menjawab keresahan seniman-seniman Jakarta yang kekurangan fasilitas dalam menyalurkan bakat dan seni kreatif.
Melansir dari laman megapolitan.kompas.com Ali Sadikin beranggapan bahwa keinginan para pelaku seni di Jakarta itu selaras dengan cita-cita Jakarta sebagai kota budaya.
Selain itu, Kawan pasti bertanya-tanya mengapa sih bernama Taman Ismail Marzuki? Pada tanggal 10 November 2004 silam, Ismail Marzuki yang merupakan seorang komponis pejuang Indonesia mendapatkan anugerah pahlawan nasional atas perjuangan dan dedikasinya untuk bangsa Indonesia.
Lalu saat ini, di Taman Ismail Marzuki memiliki sebuah perpustakaan modern yang memiliki 100.000 lebih koleksi buku dari berbagai genre yang bisa dinikmati oleh para pembaca. Di sana kita juga dimanjakan oleh berbagai fasilitas, seperti ruang baca, ruang anak, wifi, toilet, dan musholla.
Wajah Baru Taman Ismail Marzuki Kini
Setelah melewati proses revitalisasi selama beberapa tahun. Akhirnya pada tanggal 3 Juni 2022 Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikannya dan siap dibuka untuk umum.
Nah, Kawan di dalam kawasan TIM ini terdapat banyak fasilitas yang bisa kita nikmati, lho! Contohnya adalah kita bisa menonton pertunjukkan teater di beberapa titik, yaitu Graha Bhakti Budaya, Gedung Teater Besar, dan Gedung Kesenian Jakarta.
Lalu, yang tengah menjadi perbincangan hangat di sosial media adalah perpustakaan TIM yang memiliki begitu banyak koleksi buku dan menghadirkan tempat membaca yang bersih, nyaman dan interiornya yang estetik.
Taman Ismail Marzuki juga cocok untuk Kawan yang suka dengan fotografi dan mengincar spot-spot foto yang instagramable karena di sana menghadirkan gaya arsitektur yang menarik.
Tak perlu khawatir juga merasa lapar dan haus ketika di sana, karena di Taman Ismail Marzuki menyediakan berbagai macam jajanan dan tempat makan yang memiliki cita rasa yang lezat dan terjangkau juga harganya.
Bagaimana nih Kawan GNFI, sangat menarik bukan perjalanan Taman Ismail Marzuki dari zaman dahulu hingga sekarang. Yuk! Bersama kita jadikan tempat ini sebagai wadah kreatif bagi masyarakat luas dan jangan lupa untuk menjaga kebersihan di sini, ya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News