surak ibra jejak perlawanan yang terukir dalam tari dan sorak dari garut - News | Good News From Indonesia 2025

Surak Ibra: Jejak Perlawanan yang Terukir dalam Tari dan Sorak dari Garut

Surak Ibra: Jejak Perlawanan yang Terukir dalam Tari dan Sorak dari Garut
images info

Surak Ibra: Jejak Perlawanan yang Terukir dalam Tari dan Sorak dari Garut


Garut masyhur sebagai kabupaten di Jawa Barat yang mempunyai kekayaan seni dan budaya. Selain seni adu domba, lais, dan pencak silat, Garut juga mempunyai sepotong warisan yang tak kalah memukau yaitu, surak ibra.

Surak ibra yang awalnya dikenal sebagai bongboyongan ini merujuk pada aktivitas membopong atau mengangkat seseorang. Kesenian ini tidak hanya sekadar tontonan, tapi juga media ekspresi perlawanan rakyat terhadap kolonialisme di masa lalu. 

Kesenian ini diperkirakan muncul sekitar tahun 1910 di Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Garut yang diciptakan oleh tokoh kharismatik, Raden Djajadiwangsa bin Raden Wangsa Muhammad.

Dirinya menggunakan seni pertunjukan ini sebagai cara halus namun tajam untuk menyindir dan menyatakan ketidaksetujuan warga terhadap kehadiran serta kebijakan sewenang-wenang penjajah Belanda.

Makna perjuangan di balik gerakan silat

Pertunjukan surak ibra secara teknis dilakukan secara kolosal. Melibatkan puluhan hingga ratusan pemain. Elemen utamanya adalah gerakan yang sangat mengadopsi jurus-jurus pencak silat, sebuah seni bela diri yang kental dengan nuansa patriotisme.

Pertunjukkan ini dibuka dengan iring-iringan para pemain yang membentuk formasi berbanjar. Mereka membawa obor bambu yang menyala, menciptakan suasana magis sekaligus membangkitkan semangat.

Diiringi musik tradisional seperti dogdog, angklung, gendang pecak, keprak, dan kentongan bambu, para penari mulai bergerak menirukan jurus silat dengan irama yang makin lama makin cepat.

Puncak dari pertunjukan ini adalah saat seorang tokoh utama diangkat beramai-ramai oleh pemain lain. Tokoh ini diperankan oleh seorang pendekar karismatik bernama Bapak Ibra (atau juga disebut Bapak Eson) harus menjaga keseimbangan saat diboyong tinggi-tinggi.

Simbolisme dalam adegan ini begitu kuat yaitu melambangkan semangat kebersamaan dan kesatuan warga dalam melawan penjajah, sekaligus representasi cita-cita untuk menciptakan tatanan pemerintahan yang merdeka dan mandiri.

Pelestarian warisan Kasepuhan Cinunuk

Raden Djajadiwangsa yang menjabat sebagai Kepala Desa Sindang Sari dan penyebar agama Islam melihat kesenian Surak Ibra sebagai sarana ampuh untuk menjaga motivasi warga agar tidak menyerah pada penjajahan.

Hal yang menarik adalah surak ibra mempunyai organisasi khusus yang bertugas melestarikannya. Pada Mei 1910, masyarakat Kasepuhan Cinunuk mendirikan Himpunan Dalem Emas (HDE) untuk melestarikan seni ini.

Meskipun HDE dibubarkan pada tahun 1948, pengelolaannya terus dilanjutkan oleh aparat desa setempat yang menandakan kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya warisan budaya tersebut.

Saat ini, tokoh seperti Bapak Amo dikenal sebagai pewaris dan pemimpin pertunjukan Surak Ibra yang terus menjaga nyala tradisi ini. Kehadiran tradisi ini tidak hanya potensial sebagai seni pertunjukan, tetapi juga sebagai narasi budaya.

Terus berdetak di momen hari besar

Masyarakat masih melestarikan tradisi ini agar tetap relevan dengan zamannya. Kesenian ini tidak hanya ditampilkan pada hajatan kebudayaan lokal, tetapi telah menjadi bagian wajib dalam perayaan hari-hari besar nasional dan daerah.

Setiap tanggal 17 Agustus dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, serta pada peringatan Hari Jadi Kabupaten Garut pertunjukan Surak Ibra diselenggarakan secara rutin.

Penampilan yang fleksibel dan kolosal dibuktikan dengan partisipasinya di berbagai acara seni, menjadikannya ikon budaya khas Garut yang tak ditemukan di daerah lain. Bahkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Garut turut melestarikannya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.