Masalah kemanusiaan menjadi salah satu hal yang masih terus terjadi hingga saat ini. Banyak kasus-kasus yang masih terjadi di berbagai tempat di Indonesia, mulai dari isu perdagangan manusia, kekerasan terhadap wanita, dan lainnya.
Meskipun demikian, adanya kasus-kasus ini bukan berarti menjadi halangan agar hidup terus bergerak ke depan. Masih banyak orang-orang yang peduli dan menaruh perhatian khusus terhadap masalah kemanusiaan yang terjadi di sekitar mereka.
Ronaldus Asto Dadut menjadi salah satu tokoh yang turut memberikan perhatian dan tenaganya pada permasalahan ini. Berawal dari pengalaman yang dia alami di masa kuliah, Ronald Asto tergerak untuk membentuk komunitas yang berfokus pada masalah kemanusiaan yang terjadi di daerah Tambolaka, Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Bagaimana kisah perjalanan Ronald Asto bersama komunitas yang sudah dia bentuk sejak 2014 lalu tersebut?
Masalah Kemanusiaan di Nusa Tenggara Timur
Dikutip dari E-Book 14th SATU Indonesia Awards 2023, Nusa Tenggara Timur diketahui menjadi salah satu daerah kantong tenaga kerja migran yang ada di Indonesia. Banyak pejuang devisa negara yang mengadu nasib di luar negeri yang berasal dari daerah tersebut.
Namun kondisi ini ternyata diiringi dengan permasalahan kemanusiaan yang juga terjadi di Nusa Tenggara Timur. Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kondisi ini adalah human trafficking atau perdagangan manusia.
Kasus-kasus ini juga menimbulkan permasalahan lain di sekitarnya. Misalnya, para korban yang terkena kasus ini mengalami depresi dan permasalahan lainnya seputar kesehatan.
Kelahiran J-RUK Sumba dan Kareka Sumba
Realitas yang terjadi di Nusa Tenggara Timur ini disadari langsung oleh Ronald Asto pada 2014 silam. Dirinya yang saat itu masih menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana diminta untuk menjemput 15 orang korban yang mengalami permasalahan ini.
Korban human trafficking yang dijemput oleh Ronald Asto pada waktu itu didominasi oleh perempuan dan sudah disekap selama tiga bulan lamanya. Para korban juga mengalami depresi serta kondisi yang tak terurus akibat kasus tersebut.
Melihat kenyataan ini secara langsung, Ronald Asto kemudian tergerak untuk membentuk sebuah wadah yang memberikan perhatian khusus pada masalah kemanusiaan, khususnya kasus-kasus human trafficking.
Akhirnya pada tahun yang sama, Ronald Asto bersama rekan-rekannya mendirikan sebuah yang bernama Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan Sumba (J-RUK) yang nantinya kemudian berganti nama menjadi Komunitas Relawan Kemanusiaan Sumba (KAREKA Sumba).
Kerja Kemanusiaan untuk Masyarakat
Meskipun pada awalnya dibentuk dengan fokus pada pemberian edukasi dan pencegahan akan kasus perdagangan manusia di Sumba, program-program yang dijalankan oleh KAREKA Sumba tidak hanya berfokus pada hal itu saja. Seiring berjalannya waktu, KAREKA Sumba juga menjalankan berbagai macam program yang berkaitan dengan kerja kemanusiaan lainnya.
Misalnya, KAREKA Sumba juga aktif memberikan wawasan terkait Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi masyarakat yang ada di Sumba. Selain itu, KAREKA Sumba juga menjalankan program kesehatan lain, seperti operasi bibir sumbing dan langit-langit bagi yang membutuhkan.
Program yang dijalankan oleh Ronald Asto bersama komunitasnya juga menyasar pada bidang pendidikan dan literasi. Komunitas KAREKA Sumba juga sering menggelar diskusi dengan berbagai tema terkait bidang pendidikan dan literasi, seperti pembahasan seputar beasiswa pendidikan dan lainnya.
Raih Penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017
Berkat kontribusi yang dia berikan untuk masyarakat Tambolaka, Sumba, Nusa Tenggara Timur, Ronald Asto mendapatkan penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2017 silam. Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi atas peran Ronald Asto bersama komunitas KAREKA Sumba dalam menjalankan kerja-kerja kemanusiaan untuk masyarakat yang ada di sekitar mereka.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News