mengapa bubur bertekstur kental inilah fenomena gelatinisasi pati - News | Good News From Indonesia 2025

Mengapa Bubur Bertekstur Kental? Inilah Fenomena Gelatinisasi Pati

Mengapa Bubur Bertekstur Kental? Inilah Fenomena Gelatinisasi Pati
images info

Mengapa Bubur Bertekstur Kental? Inilah Fenomena Gelatinisasi Pati


Pernahkah Kawan GNFI memperhatikan bagaimana segenggam beras yang direbus lama kelamaan berubah menjadi bubur yang kental dan lembut? Fenomena ini sering kita jumpai sehari-hari di meja makan, tetapi jarang disadari bahwa ada proses sains menarik di baliknya.

Kekentalan bubur ternyata tidak hanya berasal dari air mendidih atau nasi yang hancur, melainkan dipengaruhi oleh sifat alami pati yang merupakan komponen utama beras. Proses ilmiah ini disebut gelatinisasi pati, sebuah fenomena kimia pangan yang mengubah tekstur makanan secara drastis ketika pati dipanaskan bersama air.

Apa Itu Gelatinisasi Pati?

Pati merupakan salah satu komponen utama karbohidrat yang banyak ditemukan pada bahan pangan sumber energi seperti beras, jagung, kentang, dan singkong. Dalam beras, pati menjadi penyusun utama yang menentukan sifat fisik dan tekstur hasil olahan.

Secara kimia, pati tersusun atas dua jenis molekul polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki struktur rantai lurus yang berperan penting dalam membentuk tekstur padat dan tidak terlalu lengket, sedangkan amilopektin memiliki struktur bercabang yang memberikan sifat lengket dan elastis pada makanan.

Kedua molekul ini tersusun dalam bentuk granula pati, yaitu partikel kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Ketika bahan pangan yang mengandung pati, seperti beras, dipanaskan dengan air, granula pati mulai menyerap air dan membengkak. Pada suhu tertentu, struktur kristalin di dalam granula tersebut rusak, menyebabkan molekul amilosa keluar dan bercampur dengan air di sekitarnya.

Proses ini disebut gelatinisasi pati, yaitu tahap di mana pati berubah dari bentuk kering dan keras menjadi massa yang kental, transparan, dan mudah dicerna. Fenomena ini sangat penting dalam dunia pangan karena menentukan tekstur, viskositas, dan daya cerna berbagai produk, mulai dari bubur, kue, saus, hingga makanan instan.

Dalam pembuatan bubur, granula pati menyerap air dalam jumlah banyak. Seiring suhu yang terus meningkat, granula mengembang, pecah, dan melepaskan molekul amilosa serta amilopektin ke dalam larutan.

Hal ini menyebabkan tekstur bubur menjadi kental. Pada tahap ini, birefringence (cahaya khas pada granula pati) hilang, menandakan bahwa struktur pati telah berubah secara permanen. Menariknya, proses ini irreversibel, sehingga granula pati tidak bisa kembali ke bentuk semula.

Mengapa Bubur Bisa Lebih Kental Dibanding Nasi?

Nasi dan bubur memang sama-sama berasal dari bahan dasar yang sama, yaitu beras, namun perbedaan dalam teknik dan durasi memasak menjadikan keduanya memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Pada proses pembuatan nasi, air yang digunakan relatif sedikit dan waktu pemasakan tidak terlalu lama.

Akibatnya, granula pati dalam beras hanya menyerap air dalam jumlah terbatas dan tidak seluruhnya mengalami gelatinisasi. Hasilnya, butiran nasi tetap utuh, padat, dan pulen, dengan tekstur yang masih memiliki kekenyalan khas.

Sementara itu, pada pembuatan bubur, jumlah air yang digunakan jauh lebih banyak dan proses pemanasan berlangsung lebih lama. Suhu tinggi dan ketersediaan air yang berlimpah membuat granula pati menyerap air secara maksimal, membengkak, lalu pecah, melepaskan molekul amilosa dan amilopektin ke dalam larutan.

Perubahan ini menyebabkan peningkatan viskositas atau kekentalan, sehingga terbentuk tekstur lembut, kental, dan mudah ditelan. Selain itu, proses gelatinisasi yang lebih sempurna membuat bubur lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan, karena struktur pati yang kompleks telah terurai menjadi bentuk yang lebih sederhana.

Hal inilah yang menjadikan bubur sering dijadikan makanan pilihan bagi anak-anak, lansia, maupun orang yang sedang dalam masa pemulihan.

Teksturnya yang lembut, mudah dicerna, serta kemampuannya memberikan rasa kenyang tanpa membebani lambung menjadikan bubur tidak hanya sekadar makanan tradisional, tetapi juga contoh nyata penerapan ilmu pangan dalam kehidupan sehari-hari.

Relevansi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Fenomena gelatinisasi pati tidak hanya terjadi pada nasi dan bubur, tetapi juga dimanfaatkan dalam berbagai produk pangan. Industri makanan menggunakan proses ini untuk menciptakan tekstur yang konsisten.

Beberapa contohnya adalah:

- Pembuatan puding: teksturnya lembut karena pati terikat dengan air.

- Nasi instan: diolah dengan kontrol gelatinisasi agar mudah dimasak kembali.

- Mie instan: struktur adonan terbentuk melalui gelatinisasi sebagian, sehingga mie tidak mudah hancur saat direbus.

Kesimpulan

Bubur yang kental bukan sekadar hasil beras yang direbus lebih lama, melainkan hasil dari fenomena ilmiah bernama gelatinisasi pati. Dari segenggam beras, granula pati menyerap air, mengembang, pecah, dan menghasilkan tekstur lembut sekaligus kental.

Fenomena sederhana ini memperlihatkan bahwa sains selalu hadir dekat dengan kehidupan kita. Jadi, setiap kali Kawan GNFI menikmati bubur hangat, ada ilmu kimia pangan yang bekerja di balik setiap suapan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MG
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.