menelusuri perjalanan kbri den haag saksi lika liku hubungan indonesia belanda - News | Good News From Indonesia 2025

Menelusuri Perjalanan KBRI Den Haag, Saksi Lika-liku Hubungan Indonesia-Belanda

Menelusuri Perjalanan KBRI Den Haag, Saksi Lika-liku Hubungan Indonesia-Belanda
images info

Menelusuri Perjalanan KBRI Den Haag, Saksi Lika-liku Hubungan Indonesia-Belanda


Jejak sejarah antara Indonesia dan Belanda sudah saling bertaut sejak lama. Dulu, hubungan keduanya terjalin dalam konteks negara penjajah dan negara terjajah. Namun, relasi itu perlahan berubah menjadi mitra strategis yang saling berhubungan erat di berbagai bidang.

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belanda dimulai setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949. KMB menjadi tanda pengakuan kedaulatan penuh Belanda pada Indonesia, yang sekaligus menuntun Indonesia untuk mendapatkan lebih banyak pengakuan dari negara-negara sahabat, termasuk Amerika Serikat.

Di balik kedekatan yang terbangun hari ini, ada saksi bisu dan penggerak dari proses panjang itu. Adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag.

Bukan sekadar kantor, KBRI Den Haag menjadi ruang penyimpan memori dua negara—berawal dari konflik, berakhir jadi kolaborasi. Menariknya, KBRI Den Haag juga merupakan salah satu perwakilan Indonesia tertua di dunia.

Perjalanan Diplomasi Indonesia-Belanda Lewat KBRI Den Haag

Menyadur dari KBRI Den Haag, kantor perwakilan Indonesia di Belanda ditandai dengan didirikannya Komisariat Agung Republik Indonesia Serikat. M. Roem, ditunjuk sebagai Komisaris Agung Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Komisariat Agung itu berdiri di jalan R.J. Schimmelpennincklaan 3, Den Haag.

Pada 6 Februari 1950, Roem menyerahkan surat kepercayaan kepada Ratu Juliana di Istana Kerajaan Amsterdam. Hari itu juga menjadi penanda pembukaan Komisariat Agung Republik Indonesia Serikat dan cikal bakal perwakilan Indonesia pertama di Negeri Kincir Angin.

Jabatan Roem tidak lama. Bulan September, ia ditarik dari posisinya karena ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri di Kabinet Natsir. Roem menjadi satu-satunya Komisaris Agung Indonesia untuk Kerajaan Belanda.

Namun, hubungan Indonesia dan Belanda tidak berjalan mulus. Banyak kerikil tajam yang mewarnai perjalanan keduanya.

Setelah Roem turun, disebutkan bahwa pemerintah Indonesia tidak mengangkat Komisaris Agung yang baru karena buruknya hubungan dengan Belanda akibat masalah Irian Barat. Kemudian, di tahun 1954, Komisariat Agung Indonesia pindah ke Prinsessegracht 21, Den Haag.

Singkat cerita, di tahun 1956, setelah pembatalan hasil KMB, Komisariat Agung Indonesia resmi berubah menjadi KBRI. Namun, hubungan Indonesia dengan Belanda semakin memburuk, yang kemudian menuntun Indonesia untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda di tahun 1960. Belanda menjadi salah satu dari segelintir negara yang pernah diputuskan hubungan diplomatiknya oleh Indonesia akibat konflik.

Akan tetapi, hal ini tidak bertahan lama. Kedua negara sepakat untuk saling memulihkan hubungan diplomatiknya di tahun 1963. KBRI Den Haag pun memindahkan kantornya ke Tobias Asserlaan 8, Den Haag, dan masih bertahan sebagai gedung perwakilan RI di Belanda hingga saat ini.

Pada Maret 1965, pemerintah Indonesia menunjuk Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda yang pertama, Sudjarwo Tjondronegoro. Setelah Roem mundur sebagai Komisaris Agung, jabatan tersebut diisi oleh Wakil Komisaris Agung dan Kuasa Usaha Sementara (ad interim) hingga tahun 1965.

Sejak saat itu, hubungan kedua negara terus mengalami peningkatan. Bahkan, KBRI Den Haag juga membangun Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH).

Saat ini, Indonesia memiliki Indonesia House Amsterdam (IHA) yang berada di jantung kota Amsterdam. IHA sebelumnya merupakan Konsulat Jenderal Indonesia yang kemudian bertransformasi menjadi pusat kegiatan diplomasi dan promosi budaya Indonesia di Belanda.

Indonesia dan Belanda Kini

Hubungan Indonesia dan Belanda terus meningkat. Melansir dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, fokus utama hubungan bilateral Indonesia-Belanda adalah ekonomi, pengembangan kapasitas sumber daya manusia Indonesia, dan sumber transfer teknologi serta inovasi.

Dari sisi ekonomi, hubungan keduanya bersifat from aid to trade, menegaskan bahwa kerja sama Indonesia-Belanda sebagai mitra yang setara. Bahkan, Kemlu RI menyebut, Indonesia merupakan mitra prioritas bisnis utama Belanda di Asia setelah Tiongkok.

Di sisi lain, Indonesia juga menjadikan Belanda sebagai salah satu mitra terbesarnya di dunia. Hal ini membuktikan bahwa hubungan kedua negara terus harmonis dan komprehensif.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.