eka candra kahiking kembali nyalakan lilin kecil harapan anak putus sekolah di pedalaman - News | Good News From Indonesia 2025

Eka Candra Kahiking, Kembali Nyalakan Lilin Kecil Harapan Anak Putus Sekolah di Pedalaman

Eka Candra Kahiking, Kembali Nyalakan Lilin Kecil Harapan Anak Putus Sekolah di Pedalaman
images info

Eka Candra Kahiking, Kembali Nyalakan Lilin Kecil Harapan Anak Putus Sekolah di Pedalaman


Eka Candra Kahiking melalui Rumah Bakat memberi akses pendidikan gratis bagi anak putus sekolah di pedalaman timur Indonesia.

Di tanah negeri Indonesia tercinta, pendidikan seringkali menjadi nyala yang tak merata. Di pedalaman, wilayah Timur Indonesia, banyak harapan yang kerap kali tak terdengar dan hampir padam. Meredup seiring waktu terus berjalan, berharap akan ada nyala yang mengulurkan tangan. Nyala tersebut hadir bernama Eka Candra Kahiking, dengan inovasi gerakan yang kembali menyalakan lilin kecil harapan anak putus sekolah di pedalaman. Eka merupakan seorang putra daerah kelahiran Ulu Siau kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, ia telah merealisasikan kiprahnya pada bidang pendidikan dan mendapatkan banyak penghargaan.

Pada tahun 2017, Eka mendapatkan penghargaan sebagai pemakalah terbaik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud). Kemudian, ia menjadi pemenang lomba inovasi pembelajaran guru tingkat nasional pada tahun 2018. Kemenangannya tersebut, berhasil membawanya pada tahun 2019 sebagai utusan dari Indonesia ke Australia untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan guru di luar negeri. 

Ia melihat kondisi pendidikan di Indonesia Timur yang masih menghadapi persoalan serius, terutama yang terjadi di Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara. Banyak dari mereka yang putus sekolah menginginkan haknya untuk mendapatkan pendidikan serta pekerjaan yang layak. Pada tahun 2016, tercatat sebanyak 33.176 anak SD di Indonesia yang tidak melanjutkan sekolah, 176 siswa dari data tersebut merupakan siswa berasal dari Sulawesi Utara. Kemudian, pada tahun ajaran 2017/2018, Sulawesi Utara kembali menyumbang 94 siswa SD yang putus sekolah, angka tersebut setara dengan 0,34% dari jumlah nasional. Tidak berhenti disitu, pada 2018/2019 angka anak putus sekolah di Sulawesi Utara kian meningkat menjadi 222 siswa, kenaikan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya.

Kondisi inilah yang membuat Eka tak bisa hanya tinggal diam. Ia percaya, perubahan besar dapat dimulai dengan satu langkah kecil. Eka menggagas ide kreatifnya pada tahun 2018, yaitu sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, sosial keagamaan dan kebudayaan. Gerakan tersebut diinisiasi oleh keresahan yang menggerakkan naluri kemanusiaan, ia menggandeng 9 kawannya, bergerak seirama mewujudkan mimpi jadi kenyataan, dan bukan sebatas harapan.

Yayasan tersebut bernama Rumah Bakat, yang berarti Rumah Belajar Karangetang, Karangetang merupakan nama salah satu gunung di Pulau Siau, yang artinya tertinggi. Rumah Bakat tersebut mengusung tema besar Belajar Menghidupi Sesama dan bergerak dengan memberikan bantuan pendidikan gratis kepada mereka yang membutuhkan, khususnya bagi yang telah putus sekolah.

Dalam memberikan pengajaran, Eka dan kawan-kawannya berfokus pada meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta mental untuk pengembangan diri. Bersama 9 rekannya, Eka menggerakkan Rumah Bakat menggunakan kurikulum pendidikan kesetaraan berbasis keterampilan. Proses pengajaran dilakukan dengan waktu pertemuan sebanyak satu kali dalam seminggu, tepatnya di hari Sabtu. Dalam satu kali pertemuan tersebut, diupayakan peserta mendapatkan minimal 2 hingga 4 materi, yang disesuaikan dengan ketersediaan waktu peserta.

Materi pembelajaran yang diberikan pun sangat beragam, mulai dari mata pelajaran dasar seperti pengetahuan Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika, Seni Budaya, Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), dan mata pelajaran lainnya. Selain itu, para relawan pengajar tersebut turut mewujudkan keinginan dan kebutuhan dari peserta, yaitu mengadakan pembelajaran teknologi berupa pengenalan dan pengoperasian laptop. Pembelajaran teknologi tersebut harapannya kedepan peserta dapat mewujudkan mimpinya untuk dapat bekerja di kantor.

Mulanya, Eka menghadapi beberapa tantangan, seperti lokasi pelaksanaan pembelajaran hingga dana operasional. Bahkan, Eka juga turut menghadapi tantangan dari masyarakat yang masih bermental jalan pintas, banyak yang hanya menginginkan sertifikat/ijazah tanpa melalui proses belajar, ada juga masyarakat yang merasa malu untuk mengikuti program pendidikan tersebut.

Namun, Eka tidak memilih berhenti dan menyerah. Ia terus mengupayakan semua tantangan tersebut dengan sebaik-baiknya agar Rumah Bakat tetap berjalan dan memberikan manfaat sebagaimana mestinya. Eka mengerahkan seluruh usahanya dengan penuh ketelatenan dan kesabaran dalam menghadapi mental negatif yang dimiliki masyarakat sekitar, Ia menggunakan pendekatan personal dan membangun komunikasi dua arah, sehingga komunikasi interaktif kerap terjalin antara Eka dan peserta didik. Usahanya pun membuahkan hasil, masyarakat perlahan memiliki pola pikir dan sikap yang lebih positif.

Tantangan lain seperti belum adanya tempat yang dapat dimanfaatkan sebagai sekretariat lembaga representatif untuk menunjang berbagai administrasi kegiatan telah teratasi, dengan upaya yang dilakukan Eka untuk menyurati pemerintah daerah agar mendapatkan izin meminjam gedung yang layak pakai. Akhirnya, usaha Eka tidak sia-sia, ia berhasil mendapatkan izin untuk meminjam salah satu ruangan di SMP Negeri 1 Siau Timur.

Kendala lain yang juga dihadapi Eka ialah terkait dana operasional agar Rumah Bakat tetap dapat bergerak dengan optimal. Beruntung, kendala tersebut kini sudah teratasi dengan adanya bantuan berupa dukungan pemerintah melalui program bantuan dana operasional. Program tersebut ditujukan bagi anak usia 7-24 tahun yang telah putus sekolah. Dengan adanya dukungan tersebut, mereka yang mengalami putus sekolah masih memiliki kesempatan untuk kembali melanjutkan pendidikan dan mewujudkan harapan. Karena adanya bantuan tersebut pula, Rumah Bakat tetap dapat menjalankan kegiatannya dan memberikan akses pendidikan sesuai dengan tujuan utama Rumah Bakat didirikan.

Dengan semangat gigih yang tak pernah padam, sudah banyak anak putus sekolah yang berhasil memperoleh ijazah mereka berkat program Rumah Bakat. Berkat semangat juangnya tersebut, program Rumah Bakat berhasil menjadi salah satu penerima dalam ajang SATU Indonesia Awards pada tahun 2022. Pemberian penghargaan tersebut bukan sekadar apresiasi, melainkan menjadi energi baru untuk terus bergerak dan tidak pernah berhenti.

Kini, lilin kecil tersebut mulai menampakkan cahayanya, menyebar ke penjuru lain. Harapan yang awalnya hanya sebatas angan-angan, perlahan bisa mereka wujudkan. Menjadi lentera bagi desa yang katanya tertinggal. Setiap senyum anak, setiap riang tawa yang terdengar di sudut desa, ialah nyala baru dari lilin kecil yang berhasil menembus gelap. Hari ini, di ujung timur negeri, Rumah Bakat berhasil menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari mana saja, bahkan dari sebuah pulau kecil di timur Indonesia. Saatnya untuk menjaga, agar lentera harapan bangsa tetap menyala utuh ke penjuru nusantara.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.