Cabuk rambak adalah salah satu makanan tradisional khas yang berasal dari daerah Solo, Jawa Tengah. Apakah Kawan pernah mencicipi makanan yang satu ini sebelumnya?
Jika Kawan belum pernah mencicipi dan masih asing dengan kuliner yang satu ini, tidak perlu khawatir. Sebab keberadaan cabuk rambak memang sudah tidak semasif dulunya.
Pada saat ini, tidak banyak penjual yang menjajakan kuliner tradisional yang satu ini. Meskipun demikian, Kawan juga bisa membuat makanan tradisional khas Solo ini di rumah masing-masing jika tertarik untuk mencobanya.
Lantas bagaimana pembahasan lebih lanjut seputar cabuk rambak khas Solo?
Mengenal Cabuk Rambak
Dikutip dari buku Dawud Achroni yang berjudul Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka, cabuk rambak merupakan salah satu makanan tradisional yang patut Kawan coba ketika berkunjung ke daerah Solo, Jawa Tengah. Apalagi makanan tradisional ini sudah mulai jarang dijumpai di daerah tersebut.
Penamaan cabuk rambak sesuai dengan bentuk sajian dari makanan tradisional tersebut. Kata "Cabuk" merujuk kepada saus yang terbuat dari wijen putih.
Sementara itu, "Rambak" merupakan kerupuk yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau. Kedua bahan inilah yang nantinya disajikan di dalam kuliner tradisional tersebut.
Selain itu, ada juga tambahan bahan lain yang digunakan dalam kuliner yang satu ini, seperti ketupat dan lainnya.
Makanan Tradisional Khas Solo yang Mulai Terlupakan
Seiring berjalannya waktu, keberadaan cabuk rambak di Kota Solo sudah tidak semasif dulunya. Kawan masih bisa menemukan jajanan tradisional ini di beberapa pasar yang ada di daerah tersebut.
Biasanya penjual cabuk rambak merupakan ibu-ibu paruh baya maupun sudah agak tua. Mereka biasanya berjualan dengan cara berpindah-pindah dan menggendong jualannya.
Selain di pasar tradisional, penjual cabuk rambak juga bisa Kawan jumpai di beberapa pinggir jalan yang ada di Kota Solo. Nantinya para pembeli akan menikmati makanan tradisional khas Solo ini dengan cara lesehan di tikar yang sudah disediakan oleh para penjual.
Banyak hal yang membuat kuliner yang satu ini sudah mulai jarang dijumpai. Proses pembuatan yang memakan waktu lama bisa menjadi salah satu penyebab mengapa cabuk rambak sudah mulai jarang dijumpai.
Untuk membuat cabuk rambak, biasanya dibutuhkan waktu memasak hingga lebih kurang lima jam. Salah satu bahan yang banyak memakan waktu pembuatan adalah ketupat.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas yang kenyal. Dengan demikian, sajian cabuk rambak bisa dinikmati dengan maksimal nantinya.
Belum lagi cara penyajian cabuk rambak yang belum tentu bisa dilakukan oleh setiap orang. Biasanya cabuk rambak disajikan di atas pincuk yang terbuat dari daun pisang.
Untuk membuat pincuk ini dibutuhkan keahlian khusus agar daun pisang tidak patah dan robek ketika dilipat. Selain itu, para pedagang juga mesti berhati-hati dalam menyajikan makanan tersebut agar tidak tumpah begitu saja.
Resep dan Cara Membuat
Jika Kawan tertarik untuk mencicipi makanan tradisional yang satu ini, sebenarnya bisa untuk membuatnya di rumah masing-masing. Berikut resep dan cara membuat cabuk rambak, yakni.
Bahan Saus Wijen
- Wijen putih (75 gr)
- Kelapa parut (75 gr)
- Daun jeruk purut (5 lembar)
- Kemiri (2 buah)
- Bawang putih goreng (4 siung)
- Kencur (2 cm)
- Garam (1/4 sdt)
- Gula merah (50 gr)
- Air panas secukupnya
- Bahan Tambahan
- Ketupat (4 buah)
- Rambak sesuai selera
- Daun pisang dan lidi
Cara Membuat
- Sangrai wijen dan kelapa parut. Setelah itu haluskan.
- Sangrai kemiri, lalu haluskan bersama bawang putih, kencur, garam, daun jeruk purut, dan gula merah.
- Tambahkan campuran wijen dan kelapa parut yang sudah dihaluskan.
- Tambahkan air panas dan aduk hingga merata.
Penyajian
- Buat pincuk dari daun pisang.
- Iris ketupat tipis-tipis di dalam pincuk.
- Siram dengan menggunakan saus wijen.
- Tambahkan rambak.
- Tusukkan potongan lidi dan cabuk rambak sudah bisa dinikmati.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News