Kawan GNFI tentu tahu, orang Indonesia dari daerah berbeda pasti punya logat khas masing-masing. Nah, bayangkan kalau hal serupa terjadi pada kambing.
Misalnya, kambing di Bandung dan kambing di Jogja punya cara mengembik yang berbeda. Lucu, kan? Tapi tunggu dulu, menurut penelitian ilmuwan dari Queen Mary University of London, hal ini bukan sekadar imajinasi, tapi benar adanya.
Dalam studi berjudul Social effects on vocal ontogeny in an ungulate, the goat, Capra hircus yang diterbitkan di jurnal Animal Behaviour, peneliti menemukan bahwa kambing bisa memiliki logat suara khas kelompoknya, tergantung di mana dan dengan siapa mereka dibesarkan. Jadi, suara kambing ternyata bukan hanya “mbeek” biasa, tapi bisa berbeda nada!
Dari “Mbeek” Biasa Jadi “Mbeek” Berlogat
Penelitian ini dilakukan di White Post Farm, Inggris, dengan empat kelompok anak kambing yang semuanya memiliki ayah yang sama. Jadi sebagian besar adalah saudara kandung atau saudara tiri. Para peneliti merekam suara anak kambing saat berusia 1 minggu dan 5 minggu.
Hasilnya menarik:
- Di usia 1 minggu, suara mereka masih mirip secara genetik, belum banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
- Tapi di usia 5 minggu, ketika mereka mulai berinteraksi dalam kelompok, suara mereka mulai “menyesuaikan” dengan teman satu kandang.
Dengan kata lain, anak kambing yang tumbuh dan dibesarkan bersama punya suara yang lebih mirip satu sama lain dibandingkan dengan kambing dari kelompok lain, meskipun mereka hanya saudara tiri.
Fenomena ini disebut “call convergence”, yaitu proses di mana hewan menyesuaikan suara agar serupa dengan individu lain dalam kelompoknya. Mirip seperti kita yang lama tinggal di daerah baru lalu tanpa sadar meniru logat lokal di sana.
Bukti Bahwa Kambing Juga “Belajar Bicara”
Temuan ini mengubah cara ilmuwan memandang kemampuan vokal dari mamalia. Sebelumnya, hanya beberapa kelompok hewan seperti burung penyanyi, paus, gajah, dan kelelawar yang diketahui mampu “belajar suara baru” atau meniru bunyi. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa kambing juga punya fleksibilitas vokal (vocal plasticity) yang cukup tinggi.
Artinya, kambing tak sekadar berteriak “Mbeek” sembarangan. Mereka bisa menyesuaikan nada dan irama suara untuk membentuk identitas sosial kelompok. Menariknya lagi, kemampuan ini muncul sejak dini, hanya dalam beberapa minggu setelah lahir.
Bagi kambing liar, hal ini mungkin membantu mereka menjaga kebersamaan, membedakan antar kelompok, dan menghindari predator. Sementara bagi kambing peliharaan, ini menunjukkan bahwa mereka ternyata lebih sosial dan komunikatif dari yang kita bayangkan.
Bentuk Evolusi Bahasa
Para peneliti menyebut fenomena ini bisa jadi jejak awal evolusi kemampuan berbicara pada manusia. Jika kambing saja mampu menyesuaikan suara sesuai lingkungannya, mungkin kemampuan semacam ini sudah ada jauh sebelum manusia mengembangkan berbagai macam bahasa secara kompleks.
Studi ini juga menunjukkan bahwa kemampuan menyesuaikan suara ternyata tidak hanya dimiliki manusia, tapi juga cukup umum pada mamalia lainnya. Artinya, bahasa manusia yang kita kenal sekarang mungkin berawal dari bentuk komunikasi suara sederhana yang juga digunakan oleh hewan-hewan sosial seperti kambing.
Jadi, suara kambing yang terdengar sama di telinga Kawan GNFI itu sebenarnya bisa menyimpan identitas sosial berupa semacam logat khas kelompoknya. Kalau kawan GNFI suatu hari pergi berkunjung ke peternakan kambing, coba dengarkan baik-baik. Siapa tahu, embikan kambing di Bandung dan di Jogja memang punya logat berbeda.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News