Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Forest Management Students’ Club (FMSC) 2025 telah melaksanakan kegiatan budidaya jamur tiram secara mandiri di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian mahasiswa kepada masyarakat yang berfokus pada peningkatan produktivitas lahan tidak produktif menjadi lahan yang memiliki nilai ekonomi dan lingkungan.
Melalui budidaya jamur tiram, Tim PPKO FMSC 2025 berupaya menciptakan ruang produktif baru yang berkelanjutan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa.
Langkah awal kegiatan ini dimulai dengan revitalisasi kumbung jamur di RW 8 Desa Karacak pada tanggal 14 dan 23 Agustus 2025. Kumbung jamur merupakan bangunan tempat tumbuh dan berkembangnya jamur tiram.
Sebelum dilakukan revitalisasi, kondisi kumbung kurang layak digunakan untuk proses budidaya. Oleh karena itu, tim melakukan perbaikan dengan mengganti atap menggunakan genteng baru dan menambahkan bilik agar kondisi suhu dan kelembapan di dalam kumbung lebih stabil.
Revitalisasi ini menjadi pondasi penting agar kegiatan budidaya jamur tiram dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan hasil panen yang optimal.
Setelah proses revitalisasi selesai, Tim PPKO FMSC 2025 melakukan persiapan budidaya jamur tiram dengan menggali berbagai pengetahuan teknis dan pengalaman lapangan. Tim mengadakan diskusi bersama beberapa tokoh yang telah berpengalaman dalam dunia budidaya jamur, seperti Ikhwan, laboran Laboratorium Patologi Departemen Silvikultur IPB University; Budi, seorang petani jamur senior; serta Nisa, petani jamur muda generasi Z yang telah berhasil mengembangkan usaha jamur tiram secara modern.
Dari hasil diskusi tersebut, tim mendapatkan banyak wawasan tentang teknik budidaya yang baik, pengelolaan kumbung, serta strategi pemasaran produk jamur tiram yang efektif. Bekal ilmu ini menjadi dasar pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Selanjutnya, pada 12–13 September 2025, tim mulai mempersiapkan seluruh kebutuhan alat dan bahan untuk pelatihan serta praktik budidaya jamur tiram, khususnya pembuatan media tanam baglog.
Beberapa bahan yang digunakan antara lain plastik, tali rafia, karet, ring baglog, serbuk gergaji, dedak, kapur dolomit, serta alat-alat pendukung seperti sudip, alat press, drum, kapas, terpal, plastik drum, proclin, dan alkohol.
Semua bahan tersebut memiliki fungsi penting dalam menciptakan media tanam yang steril dan siap digunakan untuk proses pertumbuhan jamur tiram.
Kegiatan pelatihan budidaya jamur tiram dilaksanakan pada 14 September 2025 dan dihadiri oleh Nisa sebagai narasumber serta Kelompok Tani Hutan (KTH) Sumber Jaya yang berjumlah 12 peserta.
Pelatihan diawali dengan penyampaian materi teori yang meliputi pengenalan budidaya jamur secara umum, cara pembuatan bibit F2, proses pembuatan baglog, hingga teknik pemindahan bibit F2 ke dalam baglog.
Setelah sesi teori, peserta diajak melakukan praktik langsung membuat 104 baglog dengan mencampurkan serbuk gergaji, dedak, dan kapur dolomit. Selama kegiatan berlangsung, suasana terlihat kondusif dan penuh antusiasme.
Para peserta mengikuti setiap tahap dengan semangat tinggi karena ilmu yang disampaikan dinilai sangat bermanfaat dan aplikatif untuk diterapkan secara mandiri di kemudian hari.
Proses pembuatan baglog tidak berhenti pada hari pelatihan. Kegiatan dilanjutkan pada 18 September 2025 untuk memastikan seluruh media tanam siap digunakan. Keesokan harinya, pada 19 September 2025, dilakukan proses pengukusan atau sterilisasi media baglog menggunakan drum besar. Tujuannya untuk membunuh bakteri dan jamur pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram.
Setelah media benar-benar steril dan dingin, pada 20 September 2025, dilakukan proses inokulasi bibit F2 ke dalam baglog. Baglog yang telah berisi bibit kemudian disusun di dalam kumbung dan dibiarkan selama kurang lebih enam minggu hingga tiba masa panen.
Sembari menunggu masa panen, Tim PPKO FMSC 2025 juga menyiapkan pembuatan bibit F2 baru menggunakan media jagung. Bibit ini nantinya akan digunakan untuk produksi baglog pada periode selanjutnya sehingga kegiatan budidaya jamur tiram dapat terus berkelanjutan tanpa bergantung pada pemasok bibit dari luar.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian masyarakat Desa Karacak dalam mengembangkan usaha jamur tiram.
Melalui kegiatan ini, Tim PPKO FMSC 2025 berharap budidaya jamur tiram dapat terus dijalankan dan menjadi salah satu alternatif sumber pendapatan masyarakat.
Selain meningkatkan nilai ekonomi desa, kegiatan ini juga memperkuat hubungan kolaboratif antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah desa dalam mewujudkan desa yang mandiri dan produktif secara berkelanjutan.
Hutan lestari, desa berdikari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News