Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengumumkan kabar penting bagi dunia sejarah dan paleoantropologi Indonesia. Sebanyak 28.131 fosil dari total lebih dari 30.000 artefak dalam koleksi ilmuwan Eugene Dubois yang kini tersimpan di Belanda, dijadwalkan akan tiba di Tanah Air tahun ini. Koleksi monumental ini mencakup temuan krusial Homo erectus atau yang lebih dikenal sebagai Manusia Jawa, penemuan yang mengubah narasi evolusi manusia modern.
Pernyataan tersebut disampaikan Menbud Fadli Zon dalam taklimat media yang digelar di Museum Nasional, Jakarta Pusat, pada hari Kamis (2/10/2025). "Mengenai ketibaan di Indonesia. Ini memang sudah kemarin setelah ada serah terima secara resmi, tim juga sudah bertemu kembali. Tinggal nanti teknisnya menunggu dari pemerintah Belanda, diharapkan sebetulnya tahun ini," ujar Fadli Zon, menekankan urgensi proses repatriasi ini.
Secara rinci, Menbud menjelaskan bahwa dari total keseluruhan, sebanyak 28.131 fosil telah berhasil diidentifikasi, sementara sisanya yang berjumlah sekitar 25 persen masih menunggu proses identifikasi lebih lanjut. Oleh karena itu, prioritas pemulangan difokuskan pada koleksi yang sudah teridentifikasi dengan jelas. Proses pemulangan fisik puluhan ribu fosil ini sendiri direncanakan akan menggunakan pesawat kargo, dengan seluruh biaya dan fasilitas ditanggung oleh Pemerintah Belanda.
Pameran dan Narasi Baru di Museum Nasional
Setelah koleksi ini tiba di Indonesia, rencana ambisius telah disiapkan oleh Kementerian Kebudayaan. Koleksi fosil Dubois, termasuk fosil Manusia Jawa, akan dipamerkan secara permanen di Museum Nasional Indonesia dengan pendekatan dan narasi yang benar-benar berbeda. Langkah ini merupakan upaya pemerintah untuk memaksimalkan nilai edukasi dan sejarah dari artefak-artefak tersebut bagi masyarakat luas.
"Kita akan pamerkan di sini, mungkin di ruangan ini. Tapi nanti narasinya akan berbeda tentu. Ada cara menampilkan juga beda," ungkap Fadli Zon.
Ia menambahkan bahwa upaya tersebut akan dilakukan dengan standar terbaik, sejalan dengan yang ia saksikan di Belanda. Saat mengunjungi Museum Naturalis di Leiden, Belanda, ia melihat bagaimana fosil koleksi Dubois ditampilkan menggunakan teknologi canggih seperti hologram.
Menbud meyakinkan publik bahwa keseriusan Pemerintah Belanda dalam merawat artefak tersebut, yang terlihat dari penggunaan teknologi dan sistem pemeliharaan yang ketat, akan ditiru dan bahkan dikembangkan di Indonesia.
“Dan mereka juga memang termasuk sangat serius di dalam merawat dan memperlakukan artefak fosil-fosil tersebut. Jadi kita juga akan melakukan tentu saja hal yang sama," tegasnya, memastikan bahwa Indonesia siap menjaga warisan sejarah ini dengan standar internasional.
Makna Rekonsiliasi dan Transfer Ilmu Pengetahuan
Proses pengembalian benda sejarah ini jauh melampaui sekadar transfer fisik artefak. Fadli Zon menyebut repatriasi ini sebagai sikap bijaksana dan bentuk penghormatan Belanda kepada Indonesia. Lebih dari itu, ia melihat ini sebagai upaya mendasar untuk memperkuat persahabatan dan kerja sama baru antara kedua negara pascakolonial.
Menurut Menbud, proses repatriasi ini memiliki makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Ia menilai repatriasi sebagai upaya pemulihan memori kolektif bangsa, pemulihan narasi otentik evolusi manusia, serta bentuk rekonsiliasi sejarah yang bertujuan untuk "menutup luka lama masa kolonial."
Sebelumnya, serah terima dokumen pengembalian koleksi fosil Dubois ini telah dilaksanakan secara resmi di Museum Naturalis, Leiden, Belanda, bertepatan dengan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Belanda. Fadli Zon menjelaskan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kerja panjang Tim Repatriasi Kementerian Kebudayaan yang telah melakukan riset intensif dan perundingan dengan Colonial Collections Committee (CCC) Belanda sejak awal tahun 2025.
Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan (Ditjen DPKSK) Kementerian Kebudayaan, Endah TD Retnoastuti, menegaskan bahwa proses ini melibatkan tim teknis gabungan Indonesia-Belanda. Ia menekankan bahwa repatriasi bukan hanya sekadar pemulangan benda fisik, tetapi juga aspek sains dan legalitas terkait temuan tersebut.
“Sisi saintifik itu juga sangat penting karena yang dipulangkan itu bukan hanya sekedar fisik fosilnya saja, tapi seluruh pengetahuan ada di dalamnya. Dan juga metadata-nya juga akan disampaikan ke kita," kata Endah. Ia juga menargetkan bahwa setidaknya masterpiece fosil dapat tiba di Tanah Air sebelum Desember 2025.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News