Bernama ilmiah Rhinecanthus verrucosus, ikan yang punya gigi mirip manusia ini adalah anggota dari keluarga Balistidae, yang dikenal dengan sebutan "Blackbelly triggerfish".
Nama "trigger" atau pemicu berasal dari mekanisme pertahanan unik mereka, di mana duri dorsal pertama yang panjang dan kuat dapat dikunci dalam posisi tegak dengan menggunakan duri dorsal kedua yang lebih kecil yang berfungsi seperti "pelatuk" (trigger).
Mekanisme ini membuat mereka sangat sulit dicabut dari celah karang atau dari mulut predator. Blackbelly triggerfish memiliki beberapa sebutan lokal di Indonesia, seperti ikan kambing, ikan ayam, pegot, atau entong.
Punya "Gigi Seri" Mirip Manusia
Secara fisik, Rhinecanthus verrucosus adalah “kanvas” seni alam. Tubuhnya pipih dan oval, dengan pola warna yang kompleks. Bagian punggungnya didominasi oleh warna krem atau kecoklatan dengan bintik-bintik gelap, sementara ciri yang paling mencolok, seperti namanya, adalah perut berwarna hitam yang kontras.
Garis-garis kuning dan biru sering menghiasi area sekitar mulut dan mata, menambah kesan eksentriknya. Matanya yang kecil dan independen dapat bergerak bebas, memberinya bidang pandang yang luas untuk mengawasi predator atau mangsanya.
Namun, daya tarik utama yang membuat ikan ini viral adalah struktur giginya. Berbeda dengan kebanyakan ikan yang memiliki gigi runcing atau seperti jarum, Blackbelly Triggerfish memiliki gigi yang sangat mirip dengan gigi manusia.
Mereka memiliki delapan gigi seri yang tajam di rahang depan, diikuti oleh gigi geraham yang lebih rata di bagian belakang. Struktur gigi ini bukanlah kebetulan, melainkan adaptasi evolusioner yang sempurna untuk makanannya.
Gigi seri yang kuat digunakan untuk mencabut dan menggigit mangsa yang melekat kuat, sementara gigi geraham yang datar digunakan untuk menghancurkan dan melumat.
Dikutip dari CNN Indonesia, Peneliti Oseanografi LIPI Selvia Okta, menjelaskan struktur gigi yang mendatar ini menunjukkan bahwa ikan ini bukanlah karnivora agresif, melainkan lebih tepat disebut omnivora dengan kecenderungan pemakan segala yang keras.
Perilaku Blackbelly Triggerfish juga tak kalah menarik. Mereka adalah perenang yang anggun, menggunakan sirip dorsal dan analnya yang terletak di belakang tubuh untuk mendayung.
Saat merasa terancam, mereka akan segera memasuki celah karang dan mengunci duri dorsalnya, membuat mereka seperti bongkahan batu yang sulit dilepaskan. Ikan ini juga dikenal sangat protektif terhadap sarangnya selama musim kawin.
Induk betina akan menjaga telur-telurnya yang diletakkan di dasar berpasir dengan gigih, dan tidak segan menyerang penyelam atau makhluk lain yang berani mendekat, meskipun ukurannya tidak besar.
Namun, di luar musim bertelur, seperti ditegaskan oleh Selvia, ikan triggerfish pada umumnya tidak berbahaya bagi nelayan dan penyelam. Mereka lebih memilih untuk menghindar daripada menghadapi konfrontasi.
Penghuni terumbu karang
Ikan Blackbelly Triggerfish adalah penghuni khas perairan tropis yang hangat dan jernih. Habitat utamanya adalah terumbu karang, baik di laguna yang tenang maupun di lereng terumbu yang menghadap laut lepas. Mereka sering ditemukan berenang di dekat dasar, menjelajahi celah-celah karang dan hamparan berpasir untuk mencari makanan.
Persebarannya mencakup wilayah Indo-Pasifik, dan Indonesia, sebagai jantung segitiga terumbu karang dunia, menjadi rumah yang sangat ideal bagi spesies ini.
Menurut Selvia, ikan jenis ini memang banyak ditemukan di perairan Indonesia. Keberadaan mereka yang melimpah menunjukkan kondisi lingkungan laut yang masih baik, karena mereka bergantung pada karang yang sehat untuk tempat tinggal dan sumber makanan.
Apakah blackbelly triggerfish dilindungi?
Pertanyaan penting yang sering muncul adalah, apakah ikan Blackbelly Triggerfish termasuk spesies yang dilindungi? Berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), Rhinecanthus verrucosus dikategorikan dalam status "Least Concern" atau "Risiko Rendah".
Ini berarti secara global, populasi Rhinecanthus verrucosus dianggap stabil dan tidak menghadapi ancaman kepunahan dalam waktu dekat. Di Indonesia sendiri, ikan ini tidak tercantum dalam daftar spesies yang dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Ketiadaan status perlindungan ini erat kaitannya dengan pemanfaatannya oleh masyarakat. Ikan Blackbelly Triggerfish, atau yang lebih dikenal sebagai ikan kambing atau ikan ayam, memang banyak dikonsumsi.
Dagingnya yang putih dan padat memiliki cita rasa yang khas, meskipun beberapa orang menyebutnya memiliki aroma yang kuat, mirip daging kambing—yang menjadi asal muasal salah satu namanya.
Nelayan tradisional sering menangkap ikan ini untuk dijual atau dikonsumsi sendiri, menjadikannya bagian dari sumber protein bagi masyarakat pesisir. Keberadaannya dalam rantai perikanan tangkap skala kecil relatif berkelanjutan, asalkan ekosistem terumbu karang tetap terjaga.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News